53. Ketua yang peka

509 35 0
                                    

Kaisar menuruni anak tangga, dan kaki nya melangkah menuju dapur, disana sudah ada Gery dan Reno, keduanya tampak bergelut dengan alat masak, di meja makan ada Andra dan Jef yang menikmatinya masakan kedua cowok itu, dan di ruang tengah ada Dewa, yang kelihatan masih begitu asik menikmati serial yang ia tonton.

Kaisar berjalan mendekati Dewa, dan mengambil remote Tv yang ada di atas sofa, Kaisar mengarahkan remote tersebut ke arah televisi, dan dalam satu ketukan, serial yang di saksikan oleh Dewa, langsung mati. Pria kaya tersebut pun langsung menoleh pada pelaku, Kaisar yang berdiri sambil menatap nya tajam, Kaisar bersedekap dada dan melemparkan remote dengan kasar ke arah Dewa. "Mana Aluna?!" tanya cowok itu, dengan suara yang tak kalah tegas.

Dewa pun menatap sekelilingnya. "Di luar sih kek nya, emang nggak ada?" Dewa pun beranjak, seolah melirik ke arah luar pintu utama. "Tadi dia nangis, kirain mau nenangin diri dulu."

"Cari!" Suruh Kaisar dengan intonasi suara semakin tegas.

Mendengar itu, Dewa pun dengan gerakan cepat segera berlari menyusul kepergian Aluna. Setelah melihat punggung Dewa semakin jauh, Kaisar kembali kepada tujuan awal nya, yaitu ke dapur. Dan mengisi perut.

Andra meminum susu buatan Reno dengan nikmat, di sebelah nya ada Jef yang menikmati ice cream sembari membuat konten, ala mukbang. Kaisar pun menoleh ke arah Gery yang tampak sedang memasang tabung gas, beberapa hari ini Gery memang memilih untuk tidak pulang ke rumah nya, mungkin alasan nya sangat sederhana. Dia ingin menenangkan pikiran nya, karena di rumah, cowok itu pasti akan di serang dengan banyaknya harapan-harapan yang sangat tidak masuk akal.

"Daniel mana?" Kaisar bertanya.

Mendengar pertanyaan dari ketua Ravens tersebut, ke empat pria yang tadi sedang sibuk dengan kegiatan mereka, kini menoleh pada sumber suara. Jef juga segera mematikan kamera nya. "Di rumah nya, galau dia," jawab Jef.

"Karena?" Kaisar menaikkan sebelah alisnya, sembari memasukkan sepotong roti ke dalam mulut.

"Dia baru tahu, kalau Vidia udah tunangan." Jef menjawab.

Kaisar kini menoleh ke arah Gery, yang juga menatap nya. Setelah tatapan cukup lama, Gery membuang muka ke arah lain dan kembali menatap panci yang berisi beberapa kentang dan wortel. Kaisar bukan tidak tahu, kalau Vidia sudah tunangan dengan pria lain, tapi, Kaisar merasa. Bahwa urusan percintaan seperti ini, adalah urusan pribadi.

"Sar, gue rasa, ada bunga-bunga cinta yang hampir mekar lagi di markas ini," ucap Andra dengan tersenyum tanpa dosa.

"Maksud Lo?"

Andra meletakkan segelas susu yang semula ia genggam dan menatap satu persatu teman-teman nya, cowok itu juga mengarahkan jari nya di udara, seolah sedang menghitung. "Pertama, Kaisar bawa Shena ke markas, see! Cinta mereka pun mekar, kedua Daniel dan Vidia, walaupun ending keduanya di ambang kehancuran, ketiga, Reno dan cewek kemarin, gue lupa namanya. Tanpa mereka sadari, ada se cerca harapan yang gue lihat, dan yang terakhir ada Dewa dan, you know lah." Andra pun geleng-geleng.

"Aluna?" Tebak Jef.

"Lo lupa dua orang lagi." Kaisar pun mengingatkan.

"Siapa?" Kini Gery yang bertanya, tatapan mata cowok itu mengarah kepada senyuman penuh arti Kaisar.

Kini Kaisar pun ikut menoleh ke arah Gery. "Gery dan Silvia, Jefrey dan Bella."

"Anjing!" Jef yang mendengar namanya di sebutkan, mendadak memuntahkan ice cream yang hampir sempurna ia telan. Di area kompor, Reno dengan gerakan cepat mematikan kompor yang semula di hadapan Gery, karena cowok itu kini malah melamun.

"Silvia? Sahabat Shena?" tebak Andra.

Kaisar hanya mengangguk.

"Kok bisa?" Andra malah semakin bingung.

"Tanya pelaku nya lah," balas Kaisar.

"Kok bisa, Ger? Bukan nya Lo suka sama Shena? Bahkan Lo masuk IPA buat Shena 'kan?"

Gery mengambil tisu dan mengelap kedua tangan nya, cowok itu ingin segera pergi namun kata-kata Kaisar menahan langkah cowok itu untuk pergi.

"Visiona bakal jadi saksi, ada beberapa kisah cinta yang bakal berakhir duka disana," kata Kaisar.

"Nggak," balas Gery dan berbalik, cowok itu pun duduk di sebelah Jef, dan bersebrangan dengan Kaisar. "Lo bukan Tuhan, yang tahu masa depan."

"Prediksi gue, karena Lo semua munafik." Kaisar lagi-lagi tertawa.

"Bukan munafik, tapi keadaan yang memaksa mundur," balas Jef dengan kepala menunduk, cowok itu sedang berusaha menyembunyikan rasa sedih nya.

Kaisar kini menaikkan kedua kaki nya di atas meja, seolah siap mengadili kisah cinta para anggota nya. "Pertama, Andra. Mungkin Andra menyerah sama takdir, karena orang yang ia cinta udah berpulang, tapi Lo semua? Perempuan itu masih di bumi, masih bisa Lo temui. Kenapa nggak diperjuangkan?"

"Pada dasarnya yang tidak mengalami, nggak akan mengerti," Jef menyahut.

Kaisar tertawa mendengar itu. "Oke, supaya nggak ada yang di tutup-tutupi antara kita semua, gue bakal bongkar kebodohan kalian semua!" Kaisar menatap ke empat pria yang kini berada di hadapannya, Reno telah mematikan kompor dan ikut bergabung, duduk di samping Gery.

"Daniel, dia mungkin gak tahu. Kalau laki-laki yang jadi tunangan Vidia adalah, Dewa."

"Hah?!" Ke empat cowok tadi kompak menatap Kaisar dengan tatapan tak percaya.

"Gue belum selesai," cegah Kaisar.

"Dan yang paling dilema antara tiga manusia itu adalah, Dewa. Kenapa? Pertama, dia gak mungkin mengkhianati sahabat nya, apalagi dia tahu. Perempuan yang bakal jadi istri nya, adalah perempuan yang paling dicintai sahabat nya, kedua. Dewa gak mencintai Vidia sedikitpun, begitu juga Vidia, dia cuma mencintai Daniel. Dan bodohnya ketiga manusia ini, mereka terlalu memikirkan perasaan orang lain, tanpa memikirkan perasaan mereka sendiri. Vidia dan Dewa terlalu menuruti kedua orang tua mereka, dan mengorbankan perasaan mereka, termasuk mengorbankan persahabatan antara Dewa dan Daniel."

"Manusia yang kedua," lanjut Kaisar. "Gery dan Silvia, Silvia terlalu egois dengan hanya memikirkan sahabat nya, perempuan itu gak memikirkan perasaan nya juga perasaan Gery, bahkan kalau dia berpikir luas. Menjaga Shena gak perlu dengan menikahi ayah nya, Right? Dan bodohnya Gery, dia malah menerima dengan lapang dada, tanpa berjuang sekali lagi."

Lagi-lagi ke tiga laki-laki yang ada di hadapan Kaisar ini, kompak menoleh ke arah Gery, antara terkejut atau heran, dengan penjelasan Kaisar barusan. Pasalnya, mereka tidak pernah tahu, atau bahkan pernah melihat kedekatan antara Silvia dan juga Gery, belum lagi Kaisar mengatakan, bahwa pacar dari Gery itu, akan menikah dengan Om Hendra, pemilik dari SMA Visiona, sekaligus ayah dari sahabat nya sendiri.

Apalagi asumsi yang bisa mereka utarakan di pikiran mereka masing-masing, selain menebak, kalau alasan Silvia paling utama adalah uang, karena semua orang juga tahu, betapa kaya nya pemilik SMA Visiona itu, padahal kalau mereka berpikir lebih luas, ada begitu banyak hal yang menjadi alasan Silvia. Bukan hanya sekedar uang, karena keluarga Silvia pun, tidak kalah ber-uang dari keluarga Shena.

"Manusia yang ketiga, Jefrey dan Bella. Hanya karena, Bella pacaran dengan orang lain, bukan berarti mereka punya perasaan yang sama. Dan manusia paling goblok adalah, Jefrey itu sendiri, Lo terlalu lapang dada, tanpa melihat semua sisi."

"Sekian dulu wejangan sore ini, gue harus pulang!" Kaisar segera mengambil jaket nya di sofa, dan melenggang pergi dari markas.

Reno mengelus dadanya, untung saja Kaisar tidak bongkar kartu tentang dirinya. Kalau tidak, bisa malu habis-habisan dia. Reno menoleh ke arah kiri, dan melihat ketiga sahabat nya yang sibuk bergelut dengan pikiran mereka masing-masing, apakah wejangan Kaisar berhasil membuka otak para cowok ini?

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang