Dingin nya malam beradu sendu dengan pikiran Shena, kala gadis itu menunggu pacar nya, yang kini sedang berjuang mempertahankan kehidupannya. Shena menarik selimut yang semula di beri oleh Davida, gadis itu memang datang beberapa jam yang lalu. Ketika ia mengetahui bahwa Kaisar akan di operasi.
Suara jam yang berdetak sembari menatap lampu operasi yang terus menyala, mendadak membuat hati Shena dan pikiran nya berperang di dalam sana. Akan kah ia dan Kaisar akan kembali bersama, atau takdir cowok itu malah membawa nya, ke tempat dimana mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
"Shen. Mata Lo kelihatan capek banget, kita pulang dulu ya," bujuk Silvia.
Namun Shena menggeleng. Dan tetap pada pendiriannya di awal. "Gue bakal tetap disini, gue mau nemenin pacar gue berjuang."
Ntah sudah berapa ratus kali, Shena menghapus jejak air mata yang mengalir tanpa henti. Shena terus-menerus mencoba meyakinkan dirinya, bahwa semua nya akan baik-baik saja. Namun, sekuat apapun dia mencoba, pikiran nya selalu mengarah ke sana, ke tempat yang membuat hati Shena teriris rasanya.
"Aku tahu, dia sangat berarti buat kamu. Tapi, kamu gak boleh lupa. Kalau air mata kamu, adalah kelemahan nya," ucap Davida mencoba untuk memberi sedikit semangat pada Shena. Walau pada akhirnya, hatinya yang menjadi taruhan nya. Davida tidak bohong, dia masih sangat mencintai sosok Ketua Ravens, yang ia panggil dengan sebutan Elga.
Namun, Davida cukup malu untuk mengungkapkan itu lagi. Karena ia sadar, perlakuan dan kebohongan yang selama ini ia tutup rapat, membuat Kaisar tidak akan pernah lagi menerima dirinya. Bahkan sangat membenci nya, Davida terlalu egois dan berpikir cinta Kaisar sangat lah besar, sehingga ia bisa memaafkan walaupun cowok itu tahu, Davida membuat kesalahan besar dengan berpacaran dengan sahabat Kaisar. Sangat menjijikkan, dan Davida pun mengakui.
Shena menoleh sekilas dan kembali menatap lurus. "Lo nggak akan paham."
Shena benar-benar muak dengan orang-orang yang terus bersuara di dekatnya. Karena baginya, orang-orang tidak akan mengerti kalau bukan mereka yang mengalami. Shena pernah kehilangan, dan rasanya begitu sakit. Bahkan cukup membuat Shena trauma hingga saat ini. Dan, dia tidak mau kehilangan lagi.
Shena menunduk, kemudian menatap kalung bergambar kura-kura itu. Begitu sangat menyenangkan, ketika Kaisar tertahan di rumah Shena akibat hujan yang turun sangat deras, mereka berdua mulai mendekor kamar Shena, dan mengecatnya menjadi warna biru. Kaisar juga melukis gambar pantai di beberapa tembok. Lemari-lemari Shena cowok itu lukis dengan gambar kura-kura, di meja belajar Shena, Kaisar meletakkan satu arloji kuno, peninggalan kakek nya. Kata cowok itu, agar Shena selalu ingat minum vitamin, kapan waktu nya berdoa, dan hal-hal random lain nya.
Shena terpelonjak kaget ketika lampu ruangan operasi tiba-tiba dimatikan. Semua orang kini mendekat ke arah pintu, kecuali Shena. Dia masih tetap duduk di posisi nya yang awal. Jantung nya berdegup sangat kencang, berita kematian atau keselamatan yang akan gadis itu dengar. Shena terus menutup mata dan merapalkan doa, Shena menoleh ke arah ayah nya, Hendra memang sudah datang sejak dua jam yang lalu. Pria itu menatap Shena dengan senyuman penuh semangat.
Dokter keluar dari ruangan. "Orang tua pasien?"
Om Johan pun mendekat. "Iya, Dok. Saya."
Jantung Shena semakin berdetak tak karuan. Kedua tangan gadis itu terasa sangat dingin, kemudian hangat ketika Silvia datang dan menggenggam nya sangat erat.
"Apapun yang terjadi, tetap bahagia Shena."
"Kami sudah mencoba yang terbaik, dan melakukan semampu kami. Kami sudah memeriksa pasien beberapa kali, pupil mata melebar, refleksi cahaya negatif, nafas nya berhenti dan tidak ada denyut nadi dan jantung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Teen FictionIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...