75. The End

706 38 0
                                    

Kaisar ingin segera di bawa ke ruang operasi. Namun, sebelum itu. Rini memohon agar mereka bisa bicara sebentar pada Kaisar.

"Mama nggak boleh nangis, kalau sesuatu buruk terjadi. Shena akan jadi anak Mama," kata Kaisar yang membuat tangis Rini semakin menjadi-jadi.

Rini berjongkok di samping ranjang Kaisar, tangan nya menggenggam lembut sebelah punggung tangan anak nya.

"Sar, mama minta maaf. Kalau selama ini mama belum bisa membahagiakan kamu, mama jahat dengan memisahkan kamu dengan papa kamu. Tapi, kamu harus percaya mama sangat menyayangi kamu, mama sangat takut kehilangan kamu."

Kaisar mengangguk. "Jaga Shena untuk Kaisar, Ma."

Johan kemudian memeluk Kaisar sangat erat. Dan berusaha tetap berpikir positif, bahwa segala sesuatu di bumi ini tidak ada yang tidak mungkin. "Berjuang sekali lagi, Sar. Untuk bisa kembali berkumpul dengan keluarga yang kamu impikan."

"Pa," panggil Kaisar dengan suara parau. "Kalau hari ini Kaisar di panggil Tuhan, tolong bebaskan Dilon. Kaisar nggak mau Shena sedih, dia kehilangan ibu nya, dan mungkin kehilangan orang yang dia cintai. Karena itu, Kaisar nggak mau dia harus kehilangan satu-satunya saudara nya juga." Johan hanya mengangguk dengan air mata yang berderai deras.

Kaisar juga melihat Dewa yang berdiri tegak, sama seperti yang lain pria itu juga hanya bisa menangis. "Pa, kalau Kaisar hari ini pergi. Tolong, donorkan hati Kaisar untuk adik Dewa."

"Nggak, Sar!" Tolak Dewa. "Lo pasti baik-baik aja."

"Lo harus nurut sama ketua!" Dewa di buat bungkam dengan pernyataan Kaisar, di sela-sela suara nya yang mulai memelan.

"Ger." Gery segera mendekat ke arah Kaisar, dan berdiri tepat di samping cowok itu. Kaisar segera memberikan pin gagak yang dulu sempat di berikan ayah Shena padanya. "Berikan Ravens ke tangan yang tepat, berjanji sama gue. Ravens nggak akan pernah bubar sampai kapan pun. Kalaupun gue selamat, gue tahu gue bakal punya cacat fisik. Dan gue gak akan bisa memimpin Ravens lagi."

"Sampai kapan pun, Lo akan tetap jadi ketua Ravens, Sar. Nggak peduli, mampu atau nggak. Posisi Lo nggak akan pernah diganti siapapun, posisi ketua Ravens hanya kita berikan ke generasi selanjutnya," imbuh Gery.

"Sar," panggil Daniel pelan, Cowok itu pun kini terduduk lemah di lantai, tepat di samping ranjang Kaisar.

"Rombongan anak negeri, bahkan teman-teman Randy dari Tunas bangsa sekarang bergabung bersama Ravens, kita jadi pasukan yang lebih besar. Lo harus berjuang, supaya kita semua bisa sama-sama melihat Ravens di tangan generasi selanjutnya."

Kaisar tidak bisa menjawab dengan kata apa selain tersenyum. Kalau dia memiliki kesempatan untuk menentukan takdir nya, mungkin Kaisar akan bertahan dan berjuang sekali lagi. Untuk orang-orang yang ia cintai, juga Visiona dan Ravens yang sangat ia banggakan.

Kaisar kemudian menoleh pada Shena yang hanya diam, namun air mata nya terus mengalir. Sungguh, Kaisar tidak ingin melihat tangis itu lebih lama lagi, Kaisar ingin melihat Shena yang galak, egois namun penuh dengan ruang maaf. Kaisar ingin melihat sosok Shena dengan senyuman indah nya, tawa nya yang begitu candu untuk di lihat. Dan, Kaisar ingin hidup lebih lama lagi untuk melihat nya.

"Bahagia selalu, Shena!" Kaisar menarik tangan Shena dan menggenggam nya sangat erat. Dan, untuk pertama kalinya Shena melihat, laki-laki kuat itu mengeluarkan air mata dari ekor matanya. Shena berusaha tersenyum dan mengangguk meyakinkan, kalau dia akan baik-baik saja.

Shena hanya mampu mengangguk, menjawab permohonan Kaisar itu. Hati Shena remuk menjadi kepingan, mendengar permohonan Kaisar itu. Dengan suara parau, dan nafas yang susah untuk ia tarik, dia masih berusaha berkata seperti itu, membuat darah Shena berdesir hebat.

Perlahan ranjang Kaisar di dorong agar segera masuk ke dalam ruangan operasi, tangan Shena yang semula Kaisar genggam. Kini harus terlepas karena cowok itu yang kian menjauh, meninggalkan Shena.

Shena berbalik dan menatap satu persatu teman-teman Kaisar, bahkan kini teman-teman Kaisar hanya bisa menunduk dengan air mata bercucuran deras.

"INI KAN YANG LO SEMUA MAU?!"

"Ini kan, Ger!" Shena menjerit keras di depan wajah Gery, bahkan Silvia berulang kali menahan tangan Shena, namun di tepis kasar oleh cewek itu.

"Ini kan yang kalian semua mau?! Kalau dari awal Lo semua dengar nasehat gue, Kaisar nggak akan menderita kayak gini. Lo sahabat nya kan, Ger? Lo sahabat nya dari dia kecil. Tapi kenapa Lo tega, membawa sahabat Lo sendiri ke dalam masalah?" Shena menarik nafas dalam-dalam, dan memegang dadanya yang rasanya sakit sekali.

"Lo bilang, Lo nunggu Kaisar pulang bahkan lebih dari 10 tahun. Kenapa setelah dia pulang, Lo bawa dia ke dalam masalah sebesar ini?"

Shena menatap tajam, para anggota inti Ravens yang berdiri dengan posisi berjejer. Shena juga menunjuk mereka satu per satu. "Dengar gue baik-baik. Kalau ada hal buruk yang terjadi pada Kaisar malam ini, Lo semua adalah penyebab nya. Dan Ravens adalah geng yang patut di pertanyakan keberadaan nya di Visiona!"

Shena segera pergi dari sana, di ikuti dengan Silvia yang berlari mengejar Shena.

Gery tersungkur lemah di lantai, dan memegang kedua lutut kaki Johan yang sedang duduk di kursi tunggu, Gery menunduk dan menjatuhkan kepalanya di kaki Johan. "Om pasti sangat membenci saya. Dulu kami melibatkan Om dalam masalah kami, dan sekarang kami malah melibatkan Kaisar, anak om satu-satunya."

Johan menggeleng, dan menyuruh Gery berdiri. "Kata siapa Kaisar anak saya satu-satunya, kalian semua adalah anak saya. Kita berdoa yang terbaik. Kaisar pasti baik-baik aja."

****

Shena duduk lemah di kursi taman. Jam menunjukkan tepat pukul 12. Shena membuka handphone nya dan membuka satu foto kenangan Shena bersama Kaisar, Shena mendongak ke atas langit. Berharap Tuhan mendengar kan rasa sakitnya, berharap Tuhan akan menjawab semua doa-doa Shena. Shena kembali membuka satu video, dimana Shena bernyanyi sembari mengajari Kaisar bermain gitar. Jari cowok itu masih terlihat sangat kaku, membuat Shena sangat gemas.

"Awas jari gue patah, gue banting nih gitar," celetuk Kaisar.

Shena tertawa sangat keras, mendengar reaksi Kaisar yang menurut nya sangat di luar nalar. "Tangan Lo kaku banget!"

"Pelan-pelan, sakit!" Pekik Kaisar.

Bukan tertawa, Shena malah menangis melihat video itu. Rasa rindu nya semakin menyeruak, Shena ingin berteriak dan mengatakan pada semesta, bahwa ia tidak mau kehilangan Kaisar. Dia tidak mau tinggal sendirian, dia ingin Kaisar yang menemani nya.

"Kalau dari awal pertemuan kami hanya sebuah pengalaman, kenapa harus sejauh ini."

Shena mencoba menenangkan dirinya, ketika ia merasa mulai tenang. Shena pun kembali ke dalam rumah sakit, walaupun ia benar-benar membenci teman-teman Kaisar. Karena bagi Shena, mereka lah penyebab dari semua ini, jika bukan ide mereka. Kaisar tidak akan pernah berpikir untuk mendirikan Ravens.

Sesampainya disana, Vidia memberikan kalung yang pernah Shena pakaikan di leher Kaisar.

"Dari dokter," kata Vidia.






Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang