72. Rindu berkepanjangan

641 41 0
                                    

Shena duduk sendirian di pasir pantai. Dimana tempat pertama kali Kaisar berkata sungguh-sungguh tentang perasaan nya pada Shena, jika kemarin mereka duduk berdua dan bercanda bersama. Tapi, sekarang Shena hanya datang sendirian. Kaisar selalu bilang, dia tidak mau melihat Shena pergi kemanapun sendirian. Tapi, cowok itu juga yang membuat Shena harus pergi sendiri.

Untuk menghirup udara yang pernah mereka hirup bersama, untuk melihat ombak pantai yang pernah mereka rasakan bersama. Juga hamparan pasir yang pernah mereka pijak bersama. Shena menoleh ke arah kanan dan kiri, orang-orang terlihat begitu sangat bahagia. Menikmati angin sore dan pemandangan sunset yang begitu mengagumkan.

"Lo perlu belajar banyak tentang menghargai perasaan orang lain!"

"Shena Amullya, gue peringatkan! Mulai hari ini Lo gak perlu terlalu ikut campur urusan gue, atau Lo bakal tahu akibatnya."

"Shena Lo terlalu indah untuk di miliki orang lain, cukup gue aja."

"Jangan terlalu berharap banyak tentang kebahagiaan bersama gue, karena gue sendiri belum mampu membahagiakan diri gue sendiri, apalagi membuat orang lain bahagia."

"Tugas gue mencintai apa yang Lo cintai, tugas Lo cuma satu. Mencintai Kaisar."

"Rindu, Kai." Shena menghapus jejak air mata yang terus menetes tanpa henti. Shena terus menatap mata hari yang mulai tenggelam. Kaisar menyukai matahari terbit, Shena menyukai matahari tenggelam, Kaisar benci hujan, Shena malah menyukai nya. Kaisar benci pantai maupun air laut, tapi Shena sangat menyukai nya.

Mereka memiliki banyak perbedaan, sudut pandang yang berbeda, dan memiliki egois yang sangat tinggi. Tapi, mereka memiliki satu kesamaan, mencintai hewan kura-kura. Katanya, Kaisar juga akan menyukai apa yang Shena suka, makanya ia sering mengajak Shena ke pantai.

Matahari sudah sepenuhnya tenggelam. Shena merasa sudah cukup untuk membayangkan betapa besar ia mencintai Kaisar. Shena berjalan ke arah mobil dan melaju meninggalkan pantai. Tujuan Shena hanya satu, menemui Kaisar di kamar baru nya.

Shena berjalan pelan dan membuka pintu kaca, yang menjadi pembatas antara dirinya dan Kaisar.

"Selamat malam sayang!" Sapa Shena, walaupun ia tahu Kaisar tidak akan mendengar suara nya. Namun, Shena tetap percaya akan keajaiban dimana Kaisar akan sadar nanti nya. Dan dia bukan hanya menjawab sapaan Shena, namun dia akan menyapa lebih dulu.

"Aku bawa Muni loh," ucap Shena sembari mengangkat pelan kura-kura peliharaan mereka. Shena tersenyum sembari mengelus tempurung kura-kura yang ia pegang.

Shena mendekat ke arah Kaisar dan duduk di sebuah kursi, samping ranjang tempat Kaisar berbaring. Shena melepaskan Muni, dan membuka handphone nya. Kemudian ia pun tersenyum. "Kai, lihat deh. Bella sama Jef balikan lagi, bahkan Bella post foto mereka berdua di Instagram nya."

Shena menggulir lagi isi Instagram pribadinya, hingga ia menemukan postingan dari Talita. "Kayaknya Talita beneran suka deh sama Reno, Kai. Buktinya dia post kelinci Reno dan buat love gitu, dia juga nge-tag akun nya Reno."

Shena tersenyum dan menahan dagunya menggunakan tangan kiri, dan tangan kanan masih asik menggulir isi Instagram. Hingga jemari Shena, tak sengaja membuka postingan nya pada Agustus kemarin. Dimana mereka berfoto bahagia bersama.

"Agustus kemarin Visiona kalah, Kai. Tapi, kita semua tertawa bahagia, se akan nggak pernah terjadi kekalahan. Dan, Oktober ini, kita menang. Tapi, semua orang di Visiona malah berduka. Karena, ketua Ravens yang mereka banggakan masih harus berjuang sekali lagi."

Shena menggenggam erat tangan Kaisar, dan air matanya pun jatuh mengenai punggung tangan Kaisar. "Kai, kemarin di UKS Lo pernah bilang, waktu Lo keracunan. Lo bilang, kalau Lo pasti menang kalau gue berjalan di samping Lo, dan bergandengan tangan. Kali ini, gue yang memohon. Berjuang sekali lagi untuk perempuan lemah ini."

Shena menatap langit-langit ruangan rumah sakit, dan berusaha keras untuk menghentikan sesak di dalam dadanya. "Berjuang, Kai. Untuk tempat-tempat yang mau kita kunjungi, untuk cita-cita yang belum sempat kita wujudkan." Shena menunduk sebelum ia mengungkapkan satu kata, yang membuat bulir air mata jatuh semakin deras.

"Untuk bernyanyi bersama di atas panggung, seperti yang pernah kita janjikan."

Shena akhirnya tersenyum bangga. "Gue gak pernah mengungkapkan ini, tapi, gue bangga, gue bisa jadi salah satu orang yang pernah Lo cintai, dan Lo jaga se baik ini, Kai. Lo benci musik, tapi Lo mau berdampingan dengan elemen yang Lo benci, hanya karena gue menyukai nya. Lo sering ajak gue ke pantai, padahal Lo gak suka laut. Lo rela hujan-hujanan hanya untuk nungguin gue, padahal air hujan adalah air yang sangat Lo benci."

"Terimakasih banyak, Elgafri Kaisar Hugo. Untuk cinta sempurna yang sangat luar biasa ini. Bertahan terus, untuk perempuan yang sangat mencintai Lo ini."

Shena menoleh ke arah pintu, ketika mendengar pintu itu terbuka. Shena segera menghapus air matanya, Rini mendekat dan memegang kedua bahu Shena.

"Kita semua mencintai dia, tapi, kamu juga tidak boleh larut seperti ini. Kamu juga harus bisa melanjutkan hidup, Shen."

Rini memang mengetahui dari ayah Shena, kalau anak nya itu tidak mau pergi sekolah, jika tidak bersama Kaisar. Padahal ada beberapa UTS di sekolah, dan Shena melewatkan itu semua. Yang dia lakukan hanya, pergi ke tempat-tempat yang pernah ia temui bersama Kaisar, makan di tempat favorit mereka, dan menemani Kaisar di ruangan nya hingga larut malam.

"Menjalankan nya gak semudah mengucapkan nya, Tante."

Rini mengangguk mengerti. "Saya ibu nya Shena, saya jauh lebih berduka dari kalian semua. Jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, kamu mungkin bisa menemukan orang lain menjadi pasangan kamu suatu hari nanti, para anggota Ravens mungkin akan menemukan sahabat baru mereka nanti nya. Tapi, kami? Kami akan kehilangan anak kami selamanya, dan tidak akan ada lagi orang baru yang bisa menggantikan nya. Lantas, siapa yang lebih sakit disini? Sama seperti kamu kehilangan ibu kamu, ayah kamu mungkin akan melanjutkan hidup, dan menemukan pasangannya lagi. Tapi, kamu? Apakah kamu menemukan ibu mu?"

Shena segera berdiri dan memeluk Rini sangat erat, meluapkan semua sesak dalam dadanya. Juga tangis tertahan yang begitu sakit ia rasakan, Rini membalas pelukan Shena dan merasakan sakit yang luar biasa, dari anak sahabatnya itu.

"Shena takut kehilangan, untuk kedua kalinya, Tante."

Rini melepaskan pelukannya pada Shena, dan menghapus air mata gadis itu. Dia pun kemudian menggeleng. "Nggak akan terjadi apa-apa, kita hanya butuh waktu untuk Kaisar bisa pulih. Dia laki-laki yang kuat, kamu harus melanjutkan hidup, sembari menunggu dia membuka mata."

Shena mengangguk mengerti, dia pun segera melangkah pergi, keluar dari ruangan Kaisar.

Kini Rini menatap anak nya itu dengan senyuman palsu. "Bohong kalau mama bilang, Mama nggak khawatir, Sar. Tapi, cuma ini yang bisa mama lakukan, agar orang yang kamu cintai tidak sedih terus. Karena, mama tahu. Kamu nggak mau Shena sedih."

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang