Malam ini anggota inti Ravens berkumpul di ruangan Kaisar. Untuk merayakan cowok itu yang telah berhasil berjuang. Bahkan Johan dan Rini sudah pulang, karena anggota inti Ravens memaksa, bahwa mereka yang akan menjaga Kaisar sepanjang malam. Shena menunjukkan pada Kaisar sebuah album besar berwarna biru, album yang berisi kenangan mereka bersama Visiona juga anggota inti Ravens, sejak Kaisar masuk di sekolah itu.
Disana juga ada Talita yang sedari tadi sibuk beradu argumen dengan Reno, karena kelinci yang pernah pria itu berikan jatuh sakit, katanya Talita memaksa kelinci nya itu makan daging ayam.
Ada juga Jef yang sedang mengerjakan tugas matematika bersama Bella. Bahkan Jef sudah tertidur lemas mendengarkan penjelasan Bella yang tidak masuk ke otaknya sedikit pun, Bella kembali memukul kepala Jef dengan buku di tangan nya, agar cowok itu segera bangun. Dan melanjutkan beberapa tugas yang belum selesai ia kerjakan.
Di sofa lain nya, ada Vidia, Dewa dan Daniel, yang sudah berdamai dengan keadaan. Mereka bertiga sedang menyaksikan dokumenter Netflix terbaru. Dengan posisi Vidia di tengah-tengah kedua cowok itu. Mencoba mengikuti arah takdir memang tidak mudah, tapi apa salah nya mencoba. Jika tidak ada jalan lain yang bisa kita dobrak, maka mencoba ikhlas dan berdamai serta melanjutkan hidup adalah jalan terbaik. Dan juga satu-satunya jalan untuk tetap waras, begitu lah isi hati Daniel sekarang. Karena ia pun tahu, berada di posisi Dewa tidak lah mudah. Ia merasa tidak enak pada Daniel, namun di sisi lain ia juga takut kehilangan adik nya. Dan, Vidia? Dia hanya menjalankan takdir nya. Bahkan mengorbankan cinta nya.
Di sofa seberang orang itu, ada Silvia dan Gery yang sedang berbicara serius. Mungkin membicarakan mengenai beasiswa yang sempat Gery lepaskan. Silvia mungkin menasehati cowok itu agar kembali mengambil beasiswa nya, karena keadaan Kaisar juga sudah berangsur pulih.
Dan pembicaraan serius di bawah, dekat ranjang Kaisar. Ada Alana, Aluna juga Andra disana. Ketiga remaja itu tampak nya sedang melakukan konferensi besar-besaran, mengalahkan konferensi meja bundar. Ketiga remaja itu, sedang asik melempar argumen tentang siapa pembunuh Wayan Mirna Shalihin yang sebenarnya. Andra yang percaya Jesika lah pembunuh nya, Alana yang sangat yakin bahwa bukan Jesika pembunuh nya, karena menurut Alana ia sudah cukup serius belajar mengenai hukum selama ini. Dan, Aluna yang hanya menengahi pembicaraan, karena ia tidak mengenal bahkan mengerti apa yang kedua orang itu bicarakan. Aluna hanya tertawa sembari menyaksikan, betapa lucu nya ekspresi Andra dan Alana yang sesekali tersulut emosi, bahkan tak jarang Alana memukul lengan Andra, yang menurut nya sangat keras kepala.
Dan di atas ranjang, Kaisar menatap Shena sangat lama. Kaisar tidak bohong dengan perkataan nya, Shena itu begitu indah. Caranya berbicara, caranya tersenyum bahkan cara nya tertawa. Kaisar ingin melihat semua itu sepanjang hidup nya.
"Shen!" Panggil Kaisar pelan.
"Ya?"
"Kalau gue udah gak ada, Lo harus janji, bahagia selalu ya. Dan, cari orang yang benar-benar mencintai Lo, lebih dari cinta gue ini."
"Kai." Shena membantah dengan raut wajah tak suka. "Lo nggak akan kemana-mana, nggak boleh ngomong gitu."
Dewa memang sudah memesan makanan sebelumnya. Dan sekarang makanan itu sudah datang, mereka pun menyantap nya habis. Ke enam anggota Ravens sudah duduk di pinggir ranjang Kaisar. Tiga di sebelah kanan cowok itu, dan tiga lagi di sebelah kiri. Mereka menjadikan dua kaki Kaisar sebagai penghalang antara dua kubu.
Mereka kemudian menyalakan iPad, dan memainkan game ular-ular disana. Yang kalah akan di coret menggunakan bedak bayi, bahkan wajah ke enam remaja itu kini sudah di penuhi bedak yang tak jelas bentuk nya. Kaisar bahagia, bahkan sangat bahagia. Walaupun ia tidak tahu, apakah ia masih bisa hidup lebih lama lagi. Menyaksikan Ravens semakin jaya, dan Visiona yang semakin bahagia.
"Permisi."
Tepat jam 11 malam, ketika teman-teman Kaisar masih asik bermain ular-ular. Dua orang suster datang dan masuk ke dalam itu.
"Bisa bicara dengan kedua orang tua pasien?"
Mereka lama saling memandang, sampai akhirnya Gery menelfon kedua orang tua Kaisar agar mereka datang ke rumah sakit secepatnya. Tidak lama setelah itu, Johan dan Rini pun sudah sampai di rumah sakit, kedatangan mereka bersamaan dengan teman-teman Kaisar yang di minta suster untuk segera keluar dari ruangan Kaisar di rawat.
Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, Shena sempat menggenggam tangan Kaisar erat. Kaisar pun mengangguk dan tersenyum sangat manis. "Jaga diri baik-baik kesayangan, Kaisar."
Ungkapan Kaisar malam ini membuat hati Shena berdesir. Cowok itu tidak menghawatirkan kesehatan nya, malah mengkhawatirkan Shena.
Teman-teman Kaisar juga Shena, kini berdiri di luar ruangan dokter. Mereka menunggu orang tua Kaisar yang mengobrol di dalam sana. Sampai akhirnya, pintu terbuka dan memperlihatkan Johan dan Rini yang yang keluar dari sana memegang sebuah kertas.
"Om, Gimana?" tanya Jef antusias.
Johan hanya bisa mengusap wajah nya kasar, dan menyerahkan surat yang ia pegang pada Jef. "Peluru yang ada di kepala Kaisar harus segera di keluarkan, dan operasi ini cukup berbahaya. Bahkan tidak bisa menjamin, Kaisar akan selamat, tapi kalaupun peluru itu dibiarkan disana, kita sama saja dengan mengulur waktu kepergian nya."
Mendengar itu, Shena terduduk lemah di sebuah kursi tunggu. Dan Rini, yang kemudian duduk di sebelah gadis itu. Shena menjatuhkan kepala nya tepat di bahu Rini, dan memeluk ibu Kaisar itu sangat erat. "Everything will be okay, Shena."
Kata penyemangat yang membuat hati Rini ikut berdesir hebat. Bagaimana mungkin ia bisa memberi semangat pada Shena, dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Sedangkan keraguan terus menggerogoti pikiran nya.
Johan kemudian menyerahkan pada Rini surat yang tadi diberikan oleh dokter. "Kamu adalah ibu nya, dan saya merasa kamu punya hak yang besar terhadap dia. Kamu bertarung nyawa melahirkan, Kaisar. Dan sekarang, dia juga sedang bertarung dengan nyawa nya sendiri. Dan aku gak punya kemampuan untuk melakukan nya, karena bagiku, kamu adalah ibunya. Dan kamu punya hak atas apapun dalam hidup anak kita."
Rini memegang surat persetujuan untuk operasi Kaisar, namun masih enggan untuk menaruh tanda tangan nya disana. Kata 'bagaimana jika' terus mengisi kepala Rini.
Gery mendekat dan menyerahkan satu pena pada Rini. "Kalaupun Tuhan berkata lain, setidaknya kita sudah melakukan yang terbaik Tante. Siapapun manusia di bumi ini, nggak akan pernah siap dengan kata kehilangan. Tapi, Kaisar adalah orang yang kuat."
Rini menarik nafas dalam-dalam, dan kemudian menerima pena yang diberikan Gery. Shena bahkan tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya mampu menangis tanpa suara, Rini telah menandatangani surat itu, dan memberikan nya pada Johan agar di serahkan pada dokter. Dan tindakan pada Kaisar bisa segera di lanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Teen FictionIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...