73. ( )

593 33 0
                                    

11 Desember 2019.

Nyatanya tidak ada orang yang bisa di percaya sepenuh nya. Sudah sebulan lebih, sejak Kaisar masuk rumah sakit. Namun, se lama itu juga dia belum pernah lagi membuka matanya. Seluruh lorong Visiona sudah di hias sangat cantik, untuk menghargai teman-teman yang merayakan hari raya Natal. Setiap pintu kelas di isi satu pohon natal, Shena melihat semua orang tertawa bahagia, namun Shena tidak pernah lagi menunjukkan wajah bahagia nya, ia diam, menangis dan seperti orang yang tidak ingin hidup lagi.

"Shen, ayo ke aula. Hari ini, OSIS Visiona bakal di gantikan," ajak Vidia.

Hanya tersisa tiga bulan lagi angkatan Shena, akan segera keluar dari Visiona. Dan terhitung sejak Januari nanti, semua kelas 12 akan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, mulai dari ujian, memilih perguruan tinggi, dan menentukan jalan mereka masing-masing. Maka dari itu, pemilihan OSIS yang baru telah di laksanakan, dan hari ini mereka akan di lantik oleh OSIS yang lama.

"Gimana dengan Ravens?" tanya Shena.

Vidia menggeleng. "Kaisar belum sadar, dan semua anggota inti Ravens nggak berani ngambil keputusan tanpa dia."

Shena mengangguk kemudian melangkah pergi meninggalkan Vidia, ketua OSIS Visiona itu kemudian berjalan menuju aula yang sudah di isi anggota OSIS lama dan juga jajaran OSIS yang baru.

Shena menarik nafas dalam-dalam, dan berusaha untuk menahan air mata nya, ketika anggota inti Ravens menyisakan satu kursi untuk Kaisar, ditempat mereka berdiri.

"Selamat pagi semua, pertama-tama saya mengucapkan selamat kepada teman-teman yang terpilih periode ini. Dan, hari ini---"

"Shena!"

Shena langsung menoleh ke arah pintu aula, disana Jeffrey berlari dengan ngos-ngosan, dia pun tersenyum senang ke arah Shena.

"Kaisar udah sadar."

****

Shena berlari di lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa. Bahkan gadis itu mendorong siapa saja yang menghalangi langkah nya, Shena berhenti berlari, ketika ia benar-benar sampai di depan pintu ruangan Kaisar di rawat. Shena mengintip dari kaca transparan, dan melihat seorang remaja perempuan berdiri di tepi ranjang Kaisar. Gadis itu hanya mengenakan gaun selutut berwarna pink, dan rambut yang ia gerai. Perasaan Shena sedikit tidak enak, namun, ia berusaha menepis segala asumsi yang bersarang di dalam kepala nya.

Shena berbalik badan dan melihat anggota inti Ravens yang kini berlari juga ke arah nya. Shena tahu, mereka juga ingin melihat keadaan Kaisar sekarang.

"Kenapa Lo nggak masuk?" tanya Daniel.

Shena menggeleng, kemudian membuka pintu kamar Kaisar. Kaisar segera menoleh untuk melihat teman-teman nya datang. Shena hanya mampu tersenyum, melihat keadaan pacarnya itu yang masih di penuhi alat-alat medis di tubuhnya.

"Siapa nih?" Jefrey bertanya pada seorang perempuan yang berada di tepi ranjang Kaisar.

Gadis itu mengulurkan tangan nya. "Aku Davida."

Shena tidak menggubris kehadiran Davida disini, dia pun menggeser Davida ke belakang agar ia bisa duduk di samping pacar nya itu. Dari balik selang oksigen yang masih tertancap di hidung juga mulut Kaisar, namun Shena masih bisa melihat. Kaisar berusaha keras untuk tersenyum dan berkata seolah tidak terjadi apa-apa.

Kaisar menggerakkan tangan nya pelan, dan menggenggam kuat tangan Shena. "Jangan pergi." Kaisar memohon dengan suara yang sangat pelan, membuat Shena tidak tahan mendengar nya.

"Gue disini, tetap bertahan, Kai. Untuk perempuan lemah ini." Shena tidak tahan lagi menahan air matanya, dia ingin sekali berteriak keras agar Kaisar mendengar jelas, permohonan yang Shena ungkapkan.

Kaisar mengangguk pelan, dan sesekali meringis. Tubuhnya sangat sakit sekali, bahkan Kaisar tidak mampu lagi menggerakkan kedua kakinya, Kaisar juga tidak mampu mengangkat tubuhnya. "Shen!" Panggil Kaisar.

"Ya? Lo butuh sesuatu?"

Kaisar mengangguk. "Senyum untuk gue."

Shena menurut dan menghapus air matanya, dia pun tersenyum dan kemudian mengecup singkat kening Kaisar. "I love you."

"Gimana Visiona?" tanya Kaisar pada Gery yang berdiri di sebelahnya.

"Semua aman, Lo gak perlu khawatir. Semua orang di Visiona menikmati masa-masa bahagia mereka," jawab Gery.

"Siapa yang nembak gue?" tanya Kaisar.

Dengan pelan Gery menjawab, "Dilon."

"Tapi Lo tenang aja, nggak ada lagi satu institusi pun yang berani melindungi mereka. Karena jumlah Ravens sangat besar sekarang, membuat mereka sulit bergerak. Jadi, Dilon terancam hukuman seumur hidup," sahut Jef yang berdiri di belakang Gery.

Kaisar kembali menoleh pada Shena yang hanya menunduk, kata-kata Shena tempo hari kemudian terngiang di kepala Kaisar. Cowok itu tahu, bagaimana Shena begitu tulus mencintai setiap anggota keluarga Lewis, walaupun mereka begitu jahat terhadap Shena juga ayah nya.

"Lo sedih Dilon di penjara?" tanya Kaisar dengan suara parau.

Shena menggeleng kuat. "Gue lebih sedih lihat keadaan Lo begini. Dia pantas menerima setiap perlakuan buruk nya, Kai."

"Gue mau ketemu Alana sama Aluna," pinta Kaisar.

Shena kemudian mengambil handphone nya, untuk segera menghubungi adik angkat Kaisar itu. Namun, tidak ada jawaban. "Bentar lagi, Kai. Mungkin mereka masih di sekolah."

"Ger, Lo masih ingat 5 mimpi Alana kan? Gue kasih buat lo, dan Lo harus  tanggung jawab itu, Lo harus mewujudkan beberapa mimpi nya yang belum sempat gue wujudkan," kata Kaisar.

Gery mengangguk. Karena dia pun tahu, Kaisar mengalami cedera pada sel saraf nya, yang membuat cowok itu tidak bisa bergerak seperti biasanya. Bahkan, masih ada satu peluru yang bersarang di kepala cowok itu, Dokter masih mencari cara terbaik mengeluarkan nya. Karena para dokter takut, jika dilakukan operasi lebih lanjut, akan merusak otak Kaisar. Atau yang lebih fatal nya, Kaisar akan kehilangan nyawanya.

"Kita bisa lakuin itu semua sama-sama, Sar," balas Jef.

Kaisar menggeleng. "Gue nggak akan bisa."

"Kakkkk!!!" Aluna dan Alana datang dan segera memeluk Kaisar, bahkan mereka tanpa sengaja mendorong Davida, membuat gadis itu mundur beberapa langkah.

Aluna menangis di samping Shena, dan menggenggam erat tangan Kaisar. "Cepat sembuh, katanya mau ajarin gue nyetir. Kak Dewa gak asik, kalo gue salah dia maki-maki gue."

"Maki balik," suruh Kaisar.

"Nggak ah, nanti dia gak mau ngajarin gue lagi."

Alana menyodorkan satu kue buatan nya pagi tadi. "Kak gue udah mulai bisa masak, kakak mau cicipi?"

Kaisar menunjuk Shena. "Biar Shena yang cicipi."

Alana tersenyum senang dan menyuapi kue itu pada Shena. "Enak?"

Shena meringis, dan membuat wajah nya se merengut mungkin. Se akan kue buatan Alana tidak enak. Namun, akhirnya Shena pun tersenyum dan mengangkat kedua jempolnya. "Enak banget, tapi terlalu manis. Soalnya Kaisar nggak suka manis."

"Suka kok." Semua orang kompak menoleh ke arah belakang, melihat Davida yang berdiri dan tidak di anggap di ruangan ini. "Dia suka manis."

"Lo nggak pernah mengenal gue, Lo gak pernah tahu apa-apa," balas Kaisar membuat Davida kembali menunduk.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang