21. Lebih Jauh

524 30 0
                                    

Sore ini Kaisar akan mulai masuk karantina paskibraka dalam dua Minggu. Dan se lama itu juga Kaisar mungkin tidak aktif dalam kegiatan belajar di sekolah, walaupun dia akan tetap datang untuk memantau kegiatan 17 Agustus nanti.

Kaisar sudah duduk di motornya sembari menunggu Shena, karena Om Hendra memberi amanah untuk menemani Shena check up lagi, Kaisar tetap menurut, walaupun dia sangat kecewa karena pagi tadi Shena dengan sengaja menghindar, bahkan Kaisar tidak tahu alasan nya. Sampai cewek itu dengan tega membuat Kaisar hujan-hujanan.

Dari jauh Shena datang bersama sahabatnya, Kaisar segera menyodorkan helm dan dia memakai helm nya sendiri. "Gue gak banyak waktu," ujar Kaisar ketika Shena hanya diam saja tidak bergerak sedikit pun.

"Gue bisa pergi sendiri!" Tolak Shena.

Kaisar menatap Shena tajam.

"Apa? Lo mau bilang gue gak tahu caranya menghargai usaha orang lain? Gue gak tahu caranya berterima kasih? Atau Lo juga mau bilang gue egois, harus nya Lo tahu diri, kalau kita punya kesepakatan untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain."

"Gue cuma menjalankan apa yang bokap Lo suruh!"

"Sejak kapan Lo peduli sama perintah nya?"

"Gue menghargai bokap Lo, karena dia baik sama keluarga gue. Bukan karena gue peduli sama Lo!"

Shena tertawa hambar dan mendekat ke arah Kaisar. "Berhenti untuk bersikap baik ke gue, Kai. Karena gue selalu salah menilai sikap baik Lo itu, dan berpikir kalau Lo peduli. Dan tanpa sadar Lo berhasil buat gue jatuh cinta dengan sikap Lo itu."

"Gue muak! Jadi mulai sekarang berhenti untuk bersikap baik se akan Lo peduli! Jauhi gue Kaisar!"

Bulir air mata mengalir menghiasi kedua pipi berisi Shena. Wanita dengan bandana putih itu segera pergi meninggalkan Kaisar yang tersenyum kecil, ternyata sikap cengeng wanita itu tak pernah berubah. Dan, karena Shena sendiri yang meminta kenapa tidak ia jalankan.

"Lo yakin mau jauhin Shena?" tanya Jef yang ntah sejak kapan sudah berada di samping Kaisar.

Jef tidak sendiri, dia datang bersama Gery dan juga Daniel.

"Kenapa nggak? Yang kita mau udah kita dapatkan, buat apa lagi dia."

"Bangsat!" Gery meninju wajah Kaisar dan tepat melukai sudut bibir cowok itu.

"Ger!" Peringat Daniel dan menahan kedua tangan Gery.

"Dari awal gue gak suka sama rencana kalian, murahan!" Teriak Gery. "Tapi gue diam aja, karena gue kira Lo memang benar-benar tulus dekat sama Shena, karena gue kira Lo peduli sama dia. Ternyata gue salah besar, Sar."

Kaisar menghapus sudut bibirnya yang sedikit robek dan balik memukul Gery, hingga sahabatnya itu jatuh tersungkur tepat di kaki Daniel, dan dengan cepat Daniel membantu Gery.

"Kenapa? Karena Lo suka sama Shena? Gue udah tanya Lo sebelumnya, tapi Lo bilang nggak. Dan dari awal juga gue udah sering bilang, Shena nggak berarti apa-apa buat gue. Gue deketin dia hanya demi Ravens bukan karena apapun."

"Lo lebih bangsat dari yang gue kira!"

"Lo baru tahu?" tanya Kaisar dengan senyuman bagaikan iblis.

"Udah woi! Lo berdua kenapa sih aelah, perkara betina doang." Jef menjerit frustasi.

"Baikan nggak Lo berdua!" Suruh Daniel dan mendorong Gery bak anak kecil agar sahabat nya itu lebih dekat pada Kaisar.

Kaisar masih menatap lekat ke arah Gery yang juga sedang menatapnya, untuk meminta maaf bukan lah tipe seorang Kaisar, walaupun dia tahu dirinya bersalah. Karena menurut nya, meminta maaf hanya memperlihatkan kelemahan.

"Ger," suruh Daniel lagi.

"Apaan sih anjing!" Gery melepaskan tangan nya yang masih di genggam kuat oleh Daniel.

"Minta maaf buru, kan Lo duluan nonjok pak ketua, minta maaf cepetan!" Daniel menarik tangan Gery seolah teman nya itu adalah anak kecil berusia tujuh tahun.

"Ogah!" Kata Gery dan meninggalkan mereka semua disana.

"Gue rasa Gery memang masih memendam rasa sama Shena," seru Jef.

Daniel mengangguk setuju. "Dan laki-laki mana yang tega, melihat perempuan yang dia suka di permainkan, di depan matanya lagi."

"Gue udah tanya dia sebelumnya dan kalian juga dengar jawaban dia, dan kalian semua juga saksi dimana gue bilang tujuan gue untuk dekat sama Shena. Itu hanya karena gue mau Ravens di akui di sekolah ini."

****

Tiga hari berlalu dan selama itu juga Kaisar tidak bertemu lagi dengan Gery maupun juga Shena. Tiga hari ini Kaisar benar-benar di karantina dan tidak boleh keluar dari gedung, Kaisar benar-benar jengah berada di ruangan yang di penuhi para siswa dan siswi berprestasi itu.

"Hai, Pak Bima manggil Lo, ada yang mau di bicarakan katanya," ujar seorang siswi dengan rambut pendek khas anak paskibra.

Kaisar mengangguk dan meninggalkan gadis itu, yang ternyata mengekor di belakangnya.

"Kenapa Lo ngikutin gue?"

Perempuan dengan rambut sebahu itu mengulurkan tangan nya ke arah Kaisar. "Gue Alisa, Lo bisa panggil gue Lisa."

"Kaisar." Kaisar hanya menjawab singkat tanpa menerima uluran tangan Alisa, cowok bertubuh tinggi itu segera meninggalkan Alisa dan menemui pak Bima.

"Selamat pagi, Pak. Bapak memanggil saya?"

Pak Bima mengangguk. "Saya memilih kamu untuk menjadi danton untuk pasukan 17."

Tentu saja Kaisar senang mendengar nya. Pasukan 17 adalah pasukan yang akan membawa bendera dan mengibarkan nya.

"Siap, pak!"

Kaisar segera pergi dari sana dan berlari kecil ke arah lapangan yang kini sudah ramai para anggota paskibraka dari berbagai sekolah. Kaisar berada di barisan paling belakang dan berdiri di samping Alisa.

"Tadi pak Bima bilang apa?" tanya Alisa.

Kaisar menoleh ke arah samping dan menatap tajam Alisa yang menatap balik ke arahnya seolah tidak takut sedikitpun. "Bukan urusan Lo!"

"Memang bukan urusan gue sih, tapi cuma pengen tahu aja," kata Alisa sesekali mengais kerikil menggunakan kaki kirinya.

"Jadi, pak Bima bilang apa?" ulang Alisa lagi, seolah cewek berambut pendek itu sangat dekat dengan Kaisar. "Pak Bima orang nya manipulatif kalau Lo tahu," lanjut Alisa.

Kini Kaisar menoleh ke arah Alisa. "Maksud Lo?"

Alisa tersenyum miring. "Pak Bima itu TNI angkatan darat, dia ada di kubu Airlangga. Selama ini dia selalu bela Airlangga."

"Lo tahu darimana?"

Alisa tersenyum dan memperlihatkan deretan giginya, sangat menggemaskan namun ingin sekali Kaisar memukul nya, hingga gigi rapi perempuan itu habis rontok.

"Dia bokap gue."

Kaisar benar-benar syok mendengar jawaban polos Alisa, tanpa sadar Kaisar pun tertawa mendengarnya.

"Gue cuma mau nolong Lo, kalau misalkan dia berbuat jahat. Karena gue kenal baik bokap gue."

"ITU BARISAN PALING BELAKANG, JANGAN BANYAK CERITA PERHATIKAN YANG DI DEPAN!"

"Siap, Pak!" Jawab Alisa dan Kaisar bersamaan.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang