45. Keluarga

566 32 0
                                    

Pagi ini Kaisar ingin ke markas untuk menemui teman-temannya, dan membuat persiapan mengenai 5 Oktober nanti. Namun, mata pria itu menyipit ketika melihat dua mobil berwarna hitam terparkir dengan nyaman di halaman rumah nya. Perasaan Kaisar sedikit tidak enak, seolah tahu siapa yang datang.

Kaisar keluar dari kamar, menuruni tangga dan melihat keluarga ibu nya sudah berkumpul di ruang keluarga. Hati Kaisar benar-benar teriris, melihat tidak ada yang menghargai ayah nya disini. Ayah nya seperti pelayan di rumah nya sendiri.

Kaisar mendekati rombongan yang berasal dari Surabaya itu. "Kalian nggak di terima disini, silahkan pulang!"

"Sar!" Peringat Rini. "Kami kesini karena kami semua rindu sama kamu, tolong jaga ucapan kamu."

Kaisar tersenyum remeh dan mengambil nampan yang dibawa oleh ayah nya, dan dengan gerakan cepat pemuda itu melempar dengan kasar nampan yang ia genggam, bunyi nyaring terdengar begitu menggema. Pecahan kaca mengenai sepatu mahal yang di kenakan oleh keluarga Kaisar.

"Saya nggak butuh kalian disini!" Bentak Kaisar, "tinggal kan rumah ini, jangan pernah ganggu kehidupan saya lagi."

"Walau bagaimanapun, saya adalah ibu kandung kamu Kaisar!" Bentak Rini tak kalah kuat.

"Apa bedanya dengan Papa? Dia juga ayah kandung saya," balas Kaisar dengan tatapan tajam.

"Kamu perlu belajar sopan santun, Kaisar." Paman Kaisar mengingatkan, dia adalah seorang polisi yang beberapa kali di temui oleh Kaisar tempo hari.

"Ayo kita pulang, Sar. Dia nggak bisa kasih kamu apa yang kamu mau, hidup nggak akan bahagia tanpa uang, Sar," ajak Rini lagi, dan ingin menyentuh tangan Kaisar. Namun, dengan kasar di tepis oleh anak nya itu.

"Dia memang nggak bisa kasih Kaisar apa yang Kaisar mau, tapi dia tahu apa yang Kaisar butuhkan. Mendingan kalian pergi, dan stop usik kehidupan Kaisar lagi." Kaisar segera pergi dan berangkat ke markas menemui teman-temannya.

"Kalau sesuatu terjadi pada anak saya, maka kamu lah penyebab nya!" Rini segera pergi meninggalkan kediaman Johan dengan wajah angkuh yang memang sudah menjadi ciri khasnya.

Johan hanya mengelus dada dan tersenyum menanggapi semua makian dari keluarga Rini, mata nya menatap foto kebersamaan dirinya dengan putra semata wayang mereka. "Bahkan jika satu dunia ini menghina saya, saya tidak pernah takut, Rini. Karena, saya bersama anak saya sekarang."

Johan tidak peduli tentang apapun yang ibu Kaisar katakan. Karena baginya bersama Kaisar sudah cukup dari apapun.

****

Setelah banyak berbincang dengan anggota Ravens yang lain, Kaisar lanjut berkunjung lagi ke rumah Shena. Biasanya hari minggu begini perempuan itu akan bergelayut mesra dengan selimut juga anjing peliharaannya. Hari sudah semakin sore, cuaca juga sangat mendung.

"Tumben." Shena berdiri di ambang pintu dan melihat Kaisar yang masih berdiri di samping motornya.

"Cepetan."

"Nggak." Shena menolak dengan cepat, dan ingin segera masuk ke dalam rumah.

Kaisar mengekori gadis itu hingga sampai di dalam kamar. Disana Kaisar bisa melihat Shena menyimpan satu bandana putih yang Kaisar berikan saat ulang tahun nya. Shena duduk di meja belajar dan membuka laptop, bahkan ia tidak peduli kehadiran Kaisar di dalam kamar nya.

"Shen, gue butuh cerita."

Mendengar ketua Ravens yang terkenal sangar, berbicara seperti itu. Shena segera berbalik dan melihat wajah letih Kaisar. Shena pun tahu, ada begitu banyak yang Kaisar pikirkan. Mulai dari kasus sahabatnya, masalah dengan musuh bebuyutan Visiona, belum lagi kelulusan yang semakin dekat.

"Oke." Shena berucap. "Lo boleh cerita sekarang."

"Nggak disini, gue mau bawa Lo ke suatu tempat."

"Kenapa?" Shena menatap sekelilingnya. "Lo nggak betah disini?"

Kaisar berjalan ke arah samping lemari dan mengambil gitar milik Shena. Setelah itu memberikan nya pada sang empunya. "Bawa ini, gue mau bawa Lo ke suatu tempat."

"Kenapa bawa gitar?" Shena membuka gorden jendela, dan menatap suasana luar. Langit mulai sedikit menghitam. "Mendung, Lo nggak suka hujan."

Kaisar melipat tangan nya di dada, menatap dengan tajam gadis banyak bacot di hadapannya kini. "Kalo Lo nggak mau, gue bisa pergi sendiri."

Shena mengembuskan nafas kasar, melihat wajah kesal Kaisar yang begitu kentara.

"Gue siap-siap dulu, Lo keluar!" Shena mendorong tubuh Kaisar agar keluar dari kamar nya, setelah itu cewek dengan bandana putih tersebut menutup pintu sangat kuat.

****

Rintik tipis-tipis mulai terasa ketika motor Kaisar sudah melaju membelah jalanan kota. Sejauh 200 meter dari rumah Shena, jalanan terlihat begitu basah dan licin pertanda bahwa beberapa menit yang lalu, hujan deras telah mengguyur daerah ini.

Shena mendongak ke langit dan melebarkan senyuman nya. Kecintaan gadis itu pada hujan terus bertambah sejak Kaisar datang, alasannya sungguh sederhana. Karena, Kaisar selalu berkaitan dengan hujan. Kemana pun Shena dan ketua Ravens itu melangkah, hujan selalu menemani mereka. Walaupun sosok manusia tanpa ekspresi itu sangat membenci hujan, katanya berisik. Bagaimana dengan kalian?

Shena di buat bingung dengan tahun 2019 ini, hujan selalu datang begitu ekstrem. Padahal tahun sebelumnya tidak seperti ini, Shena tiba-tiba memegang helm dengan stiker kura-kura yang ia kenakan, helem itu hampir saja terbang, karena Kaisar yang membawa motor seperti orang kesetanan.


Kedua remaja itu sudah sampai di halaman markas Ravens. Kaisar turun dari motor dan segera masuk ke dalam rumah, tentu saja Shena ikut mengekor di balik punggung cowok itu. Kaisar masuk ke dalam kamarnya di ikuti dengan Shena.

Shena melihat lukisan perempuan dengan gaun kuning, masih belum juga diselesaikan oleh Kaisar. Shena begitu terkesima dengan bakat cowok di hadapannya ini, dia memiliki banyak hal yang unik.

"Kai, kenapa lukisan nya belum Lo selesaikan?" Shena menyentuh lukisan yang ia maksud.

Kaisar tertegun sejenak, dia akhirnya mengeluarkan satu lukisan yang lebih besar dari belakang lemari dan menyerahkan nya pada Shena.

"Lukisan itu udah selesai."

Bulir air mata kembali menghiasi wajah cantik Shena ketika ia sadar, siapa sosok yang Kaisar lukis. Perempuan dengan gaun kuning, sepatu emas juga rambut lurus tergerai.

"Awalnya gue mau kasih lukisan ini waktu Lo ulang tahun. Tapi, gue buru-buru dari bandara dan gak sempat untuk bawa lukisan nya, dan juga kita terlanjur sepakat untuk saling menjauh, gue nggak punya kesempatan lagi untuk kasih lukisan ini buat Lo."

Shena menghapus air mata yang terlanjur lolos, dan meraba lukisan yang sangat indah itu. "Tapi, darimana Lo kenal Mama."

Yap, wanita yang Kaisar lukis adalah ibu Shena. Cowok itu sangat tahu betapa Shena sangat mencintai sosok wanita yang telah melahirkan nya tersebut, Shena juga selalu kesepian setelah ibu nya pergi. Maka, dari itu Kaisar ingin membuat lukisan agar sosok ibu Shena tetap abadi dalam sebuah karya seni.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang