58. Kembali normal

468 30 0
                                    

Jakarta, 30 September 2019.

"Sekarang jam dua malam, sebelum jam 6, apel pagi, kamu sudah harus keluar dari sel, kalau kamu tidak mau mendekam di sini selama bertahun-tahun. Dan, untuk itu, saya akan membebaskan kamu, namun dengan satu syarat."

Kaisar menaikkan sebelah alisnya.

"Setelah kamu lulus, kamu harus kembali ke Surabaya, dan tinggal bersama ibu kamu."

****

Setelah percakapan panjang malam tadi, ayah Shena dan juga ayah Kaisar akhirnya memilih untuk nginap di markas Ravens, Silvia juga ikut menginap disana. Dan, yang paling membuat darah Shena mendidih, sahabat nya itu malah tidur dengan sang ayah, malam ini. Karena markas Ravens hanya memiliki satu kamar, jadinya Silvia dan ayah Shena, tidur di satu sisi ruangan kosong, mereka tidur dengan alas tikar sederhana.

Shena sebenarnya ingin menawarkan Silvia untuk tidur bersama, di kamar Kaisar. Namun, melihat sahabat nya itu yang seperti menghindar, membuat Shena memilih diam, dan mengajak perempuan yang lain untuk tidur bersama.

Pagi sekali, Shena sudah bangun, dan ia segera berjalan ke arah belakang markas. Tempat dimana, Kaisar selalu berdiri, dan menunggu matahari terbit. Shena hanya ingin, melakukan apa yang biasanya dilakukan pacar nya itu, namun, Shena malah menemukan ayah Kaisar sudah berdiri disana. Persis seperti yang sering Kaisar lakukan, berdiri tegap dan mendongak ke atas langit.

Shena segera mendekat dan menatap ayah Kaisar serius. "Kenapa om gak bebaskan Kaisar, sama seperti, dulu, om membebaskan Gery dan teman-teman nya."

Johan membuka mata, dan menoleh ke samping. Melihat Shena, yang sudah di banjiri air mata, Johan pun memeluk putri dari sahabatnya itu. "Om tahu, Kaisar orang yang mandiri. Dia pasti bisa membebaskan dirinya sendiri, kamu gak perlu takut."

"Kaisar pasti kedinginan kan, om. Disana."

Dengan berat, Johan mengangguk. "Ayah mana yang tega melihat anak nya menderita Shena, tapi, rasa sayang kita sebagai orang tua, tidak boleh menutup mata kita, ini sebagai pelajaran untuk Kaisar, supaya dia lebih berhati-hati dan lebih paham mengendalikan emosinya, apalagi dia adalah ketua dari komunitas besar, seperti Ravens."

"I love him," ungkap Shena tulus.

Johan tertawa mendengar kejujuran Shena, pria paruh baya itu pun mengeratkan pelukannya pada Shena.  "5 Oktober, Kaisar ulang tahun. Kalian sudah buat persiapan?"

Shena tersenyum manis, dan kemudian menoleh pada Johan. "Teman-teman Kaisar mungkin udah buat rencana besar, Om. Tapi, Shena takut, Kaisar belum pulang sampai ulang tahun nya nanti. Padahal, kami semua udah buat persiapan untuk festival besar 5 Oktober nanti, bahkan, tim OSIS udah memilih, Kalau Kai, bakal masuk tim basket."

"Kamu gak perlu takut, adik dari ibu Kaisar adalah seorang polisi, dia juga yang menahan Kaisar kemarin, dia nggak akan biarkan keponakan nya jadi seorang narapidana, Shena."

"Tapi, Shena gak mau Kaisar lama-lama disana, Om."

"Kamu benar-benar keras kepala Shena." Om Johan pun terkekeh pelan.

Pagi ini dapur sudah lumayan ramai, Ada Talita, Aluna, Alana juga Silvia. Dari kejauhan Daniel menatap empat gadis itu dengan sendu, kalau dulu, Vidia selalu ikut andil di setiap pertemuan besar seperti ini, Vidia juga orang yang paling sibuk di dapur, untuk menyiapkan anggota Ravens makan. Apa kabar gadis nya itu, apakah dia sedang menyiapkan pernikahan nya sekarang? Seorang perempuan yang memiliki kepribadian dewasa, sosok ke-ibuan, perhatian, mandiri, dan segala yang baik, yang ia miliki. Daniel merindukan Vidia, saat melihat ke-lima perempuan itu.

"Rindu ya." Daniel memegangi dadanya, dia cukup terkejut ketika suara seorang wanita tiba-tiba terdengar di telinga nya, Daniel menoleh ke kiri, dan melihat Shena disana. Ternyata, Shena sudah ketularan Ilmu mistis Kaisar, datang tanpa di ketahui.

Daniel hanya menggeleng pelan. "Gue lebih rindu Kaisar ada disini, kalau di pikir-pikir, Ravens nggak berarti kalo dia gak ada, ibarat kan kapal tanpa nahkoda."

"Ibaratkan Kerajaan tanpa raja, singgasana Ravens kosong," lanjut Jef yang tiba-tiba sudah berdiri di samping kanan Daniel.

Shena menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nafas kasar. Dari belakang mereka, Om Hendra datang dan langsung duduk di meja makan, di susul Gery, Shena, Jef juga Daniel. Gery membawa satu kertas di tangan nya, kertas itu berisi surat undangan, untuk festival 5 Oktober nanti.

"Undangan ini harus di ganda tangani, Pak, tanpa tanda tangan Pak Hendra, kami semua gak bisa ikut festival 5 Oktober nanti," ujar Gery sembari menyerahkan satu kertas itu pada Pak Hendra.

Pak Hendra meminum sebentar, kopi susu yang telah di siapkan Silvia, kemudian berujar, "bagaimana kalian bisa ikut tanpa Kaisar?"

"Saya adalah wakil ketua Ravens, Pak. Untuk apa gunanya saya, kalau kita masih menunggu Kaisar."

"Gery benar," timpal Reno. "Kita semua bakal cari jalan keluar untuk Kaisar, tapi kita juga gak bisa diam dan menunggu, karena, bisa aja, semua ini adalah rencana anak-anak Airlangga, supaya Visiona gagal ikut festival Oktober ini. Mereka mancing emosi Kaisar, Kaisar di penjara, dan fokus kita terpecah, antara kesehatan Dewa dan menyelamatkan Kaisar."

Om Hendra dan yang lain mengangguk setuju, kecuali Shena. Dia masih khawatir pada Kaisar, dia tidak mungkin bisa tenang, sebelum Kaisar pulang.

"Kalau gue boleh bersuara, untuk memperkuat keamanan siswa Visiona di festival nanti. Gue bisa minta tolong ke Randy, untuk ikut bantu Visiona," kata Talita dengan suara pelan, jika biasanya dia adalah gadis paling heboh, namun, melihat suasana serius seperti ini. Talita sedikit menjaga image.

"Temen-temen gue di SMANSA juga bisa bantu," tambah Aluna, dengan cepat Alana menyikut lengan kembaran nya itu, supaya tidak usah ikut campur.

"Ravens gak boleh meminta bantuan siapapun, kecuali mereka yang menawarkan bantuan, itu kata Kaisar." Gery mengingat kan.

"Untuk masalah bala bantuan, urusan belakang. Ravens sekarang semakin besar, Leon juga bilang, kalau dia udah siapkan banyak hal untuk Oktober ini. Sekarang kita harus nemuin Kaisar dulu," ujar Jef dan segera keluar dari markas.

****

Kaisar berdiri di balik jeruji besi, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Cowok itu sedikit terkejut, karena melihat ibu nya kini sudah berdiri, dan berhadapan langsung dengan Kaisar. Padahal Kaisar pikir, wanita itu sudah kembali ke Surabaya.

Ibu Kaisar menangis, dan memegang kedua tangan Kaisar di balik celah besi, yang memisahkan dirinya dengan Kaisar. "Mama akui mama salah, tapi, coba kamu pikirkan. Ibu mana, yang rela melihat anak nya menderita, Sar. Mama bertahan untuk kamu."

"Mama bertahan untuk Kaisar?" Tanya Kaisar mengulangi kalimat Ibu nya.

Ibu Kaisar mengangguk yakin.

"Bisa mama mengembalikan hati Kaisar yang udah hancur? Bisa mama mengubah takdir Kaisar sekarang?"

"Sar, tolong mengerti kondisi mama."

Kaisar menunduk dalam-dalam. "Tolong, Ma. Jangan kasih, Kaisar pilihan antara memilih mama atau papa, jangan buat Kaisar memilih, untuk tinggal di Jakarta atau Surabaya. Ayo, tinggal bersama," mohon Kaisar.




Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang