Ke enam anggota Ravens berdiri di pintu UGD dengan sangat khawatir, mereka membawa Kaisar ke rumah sakit milik keluarga Dewa. Dan, beruntung nya Kaisar masih bisa di selamatkan, dan dokter bedah sedang berusaha menyelamatkan Kaisar. Kaisar pun di pindahkan ke ruang operasi.
Jeffrey mendekat ke arah Gery, yang masih diam saja dengan wajah pucat pasi. "Bilang ke gue, kalau Kaisar baik-baik aja kan, Ger? Dia gak bakal ninggalin kita kan."
Gery merosot dan terduduk lemah di lantai, dan merasakan dinginnya lantai rumah sakit. Cowok itu menatap ke atas dan berharap banyak mengenai sahabat nya. "Tolong jangan bawa dia, Tuhan," mohon Gery dalam hati.
Reno, Andra dan Dewa kini duduk di kursi tunggu, depan ruang operasi. Dokter bedah sudah membawa Kaisar, dan mengatakan akan segera memberi pertolongan dengan mengeluarkan peluru yang bersarang di kepalanya secepat mungkin.
Daniel, Jef dan Gery berdiri di depan pintu, dan saling menatap satu sama lain. Seolah berkata di hati mereka masing-masing, dan menguatkan satu sama lain. Bahwa Kaisar akan pulang dan baik-baik saja. Jef memperhatikan, Om Johan tidak datang, begitu juga dengan Tante Rini. Jef sangat merasa bersalah, karena ia tahu. Orang tua manapun tidak akan sanggup melihat anak nya bertarung dengan nyawa.
Semua orang kini menoleh ke arah lorong rumah sakit. Disana Vidia, Talita, Aluna, Alana dan juga Bella datang untuk melihat kondisi Kaisar.
"Niel, gimana Kaisar?" tanya Vidia, sedikit membuat Daniel terkejut dan menoleh sekilas ke arah Dewa. Karena calon istri sahabat nya itu, malah memilih untuk bertanya kepada dirinya daripada calon suami nya sendiri.
Daniel menggeleng. "Gue belum tahu."
Dewa menunduk lesu dan mengeluarkan sebuah kertas dari saku nya. Kertas itu berisi pendaftaran terakhir untuk masuk perguruan tinggi di jepang, ayah nya memberikan kepada Dewa beberapa hari yang lalu. Agar Dewa dan Vidia segera mendaftarkan diri mereka. Bulir air mata menjatuhi kertas yang Dewa pegang, hari ini pendaftaran akan segera tutup. Namun, ada ketidakrelaan di hati Dewa, seperti sesuatu yang ganjil dah sulit ia ungkapkan.
"Vid, boleh kita ngomong sebentar?" tanya Dewa, semua orang bisa melihat. Mata Dewa merah menahan tangis, dan wajah nya yang terlihat sangat lelah. Vidia mengangguk dan menunjuk ke arah luar rumah sakit.
Kini Dewa dan Vidia berdiri di parkiran. Dewa segera menyerahkan kertas pendaftaran tersebut pada Vidia, kemudian air mata nya jatuh tak terbendung lagi. "Untuk perjodohan ini, gue menerima dan gak pernah membantah, dan gue tahu. Lo juga gitu. Tapi." Dewa mengangkat tangan nya dah menyatukan kedua telapak tangan nya, seolah memohon.
"Untuk kuliah di Jepang, gue yakin gue gak akan sanggup. Lo sendiri lihat keadaan Kaisar, Lo juga tahu keadaan Adel. Dua orang yang sangat gue sayangi bertarung dengan nyawa mereka. Dan dokter juga bilang, kalaupun Kaisar selamat, mungkin dia mengalami kecacatan sementara. Ntah itu amnesia ataupun yang lain nya. Gue gak mau melewatkan kesempatan untuk terus ada di dekat nya, saat dia butuh sahabat-sahabat nya. Tolong bantu gue, untuk meyakinkan bokap gue, kalau kita berdua bisa kuliah di Jakarta. Gue mohon."
Vidia ikut menangis mendengar permohonan Dewa, satu pertemanan yang sangat tulus. Yang tidak pernah Vidia bayangkan sebelumnya, Daniel begitu ikhlas saat tahu Dewa yang menjadi calon suami Vidia, dan Dewa yang melakukan banyak hal, untuk tetap ada di dekat Kaisar, saat tahu, sahabatnya itu akan menghadapi cobaan yang besar dalam hidup nya. Vidia mengangguk dan menurunkan kembali kedua tangan Dewa. "Gue gak pernah lihat kalian semua se berduka ini, gue bahkan nggak pernah lihat Lo bisa menangis di depan sahabat-sahabat Lo. Gue bakal meyakinkan bokap Lo, kalau kita akan tetap di jakarta."
"Makasih, Vid." Dewa pun segera pergi dari sana, membuat Vidia kembali kagum dengan solidaritas anggota Ravens. Vidia terduduk lemah di sebuah kursi panjang dekat parkiran, mulai meratapi nasib duka yang akan mereka jalani. Kisah cinta berantakan yang tak berkesudahan, keluarga yang hancur ntah seperti apa. Namun, Tuhan masih memberikan sahabat yang begitu mengesankan untuk Vidia rasakan.
****
Shena kembali sadar dan melihat sekeliling nya, ia terbangun di sebuah kamar dengan nuansa luar angkasa, juga beberapa lukisan pantai di tembok nya. Lukisan yang pernah Kaisar buat untuk Shena, katanya, supaya Shena selalu merasa aman dan nyaman. Bulir air mata itu jatuh kembali, kala mengingat orang yang sangat Shena cintai itu. Shena menoleh ke samping dan melihat Silvia yang memeluknya sangat erat, seolah takut sesuatu buruk terjadi pada sahabatnya. Sekarang Shena mengerti, kenapa Silvia memilih untuk menikah dengan ayah Shena. Silvia mau hidup lebih lama dengan Shena, dan tidak mau. Kalau ada orang lain yang akan menjadi ibu sambung nya.
"Sil," panggil Shena pelan.
"Hmm... Lo butuh sesuatu?" Silvia segera bangun dan mengambil air minum yang berada di atas nakas.
Shena pun segera bangun, dan bersandar di pilar kasur nya. "Gimana keadaan Kaisar?"
Silvia tersenyum seolah semuanya baik-baik saja. "Dia masih di ruang operasi dan Lo tenang aja, dokter masih bisa menyelamatkan dia."
"Dia baik-baik aja kan?"
Silvia mengangguk lagi. "Kita berdoa yang terbaik yah."
Air mata Shena jatuh tak terbendung lagi, dia ingin segera menemui Kaisar. "Sil, gue mau ke rumah sakit."
Silvia kemudian menggeleng. "Anggota Ravens nggak kasih izin siapapun untuk nemuin Kaisar."
"Kenapa?"
Silvia mengangkat kedua bahu nya. "Gue gak tahu."
Pak Hendra menatap satu surat di atas meja kerjanya, dia pun memakai kacamata dan melihat surat apa itu. Pak Hendra kemudian terkejut, melihat bahwa surat itu berisi surat pengunduran diri. Pak Hendra segera keluar dari kamar nya dan menemui Silvia di kamar Shena.
"Sil, kamu yang bawa surat ini?" tanya Pak Hendra.
Silvia mengangguk, dan air matanya mengalir deras. "Gery mengundurkan diri untuk menerima beasiswa itu. Dokter bilang, 70% Kaisar mungkin mengalami cacat sementara. Dan, dia mau menemani sahabatnya itu, Pak."
Pak Hendra menunduk dan ikut bersedih mendengar penjelasan Silvia. "Saya sangat salut dengan pertemanan anggota Ravens."
Shena sangat bangga, Kaisar punya pengaruh yang luar biasa kepada teman-teman nya. Dan, teman-teman nya juga memiliki peran yang luar biasa terhadap Kaisar juga anggota inti Ravens.
Shena mengambil lampu tidur yang dulu Kaisar berikan, Shena menekan tombol on dan musik mengalun sangat merdu. Membuat Shena kembali rindu pada Kaisar. Gambar ikan dan nuansa angkasa yang sangat indah.
"I Miss you, Kai."
![](https://img.wattpad.com/cover/349969613-288-k289439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Ficțiune adolescențiIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...