50. Kata dokter

544 31 1
                                    

Kerusuhan di parkiran gedung pengadilan harus berakhir, karena satpam datang dan melerai perkelahian di antara dua kubu tersebut. Para geng Ravens kembali ke markas, sedangkan Shena dan Kaisar pergi ke rumah sakit. Sesuai dengan kata Kaisar malam tadi, dia mau mengecek kesehatan nya hari ini.

Sesampainya di rumah sakit Adma Jaya, mata Kaisar menatap satu mobil BMW hitam terparkir disana. Itu adalah mobil milik Dewa, sedang apa cowok itu.

"Kenapa, Kai?" Shena menoleh ke arah depan, dimana Kaisar masih duduk di atas motornya tanpa melepas helem.

Kaisar menunjuk mobil yang barusan ada di pikiran nya. "Itu mobil Dewa, kenapa dia ada disini?"

Shena mengingat sebentar, lalu berujar, "Tadi di persidangan, Tante, nyokap nya Poltak kan pingsan. Bisa jadi, Dewa bawa dia ke rumah sakit."

Kaisar menggeleng. "Dewa bilang di group, kalau dia udah antar keluarga Poltak dengan selamat."

"Ayo kita susul." Shena segera turun dari motor dan membuka helem nya secara mandiri.

Kaisar pun melakukan hal yang sama, setelah memarkirkan motor nya di tempat yang benar, cowok itu segera menggandeng tangan Shena untuk masuk ke dalam rumah sakit. Kaisar lupa satu hal, rumah sakit ini ternyata milik keluarga Dewa, tapi sedang apa cowok itu disana. Shena dan Kaisar bertanya pada salah satu suster, apakah Dewa ada disana. Dan salah satu suster membawa Kaisar dan Shena ke salah satu ruangan VIP.

Dari kaca transparan, Kaisar bisa melihat Dewa yang tertidur lemas di atas ranjang rumah sakit. Di samping cowok itu, ada seorang gadis kecil yang terbaring dengan berbagai alat medis tertancap pada tubuhnya. Kaisar tahu, gadis itu adalah adik Dewa. Dewa masih terus memeluk adiknya dengan air mata yang berderai deras.

"Sebagian raga Abang hilang, ayo bangun Adel. Temani Abang disini, kita melewati nya sama-sama. Jangan tinggalkan Abang sendiri, Abang mohon!"

Tangisan yang begitu pilu masih bisa Kaisar dengar, kedua tangan cowok itu terangkat menyentuh kaca yang transparan. Kaisar berpikir keras, apa yang bisa ia lakukan untuk Dewa. Kalau masalah uang, Dewa tidak kekurangan itu.

"Adelll... Tolong jangan tinggalkan Abang ya, secepatnya Abang bakal cari pendonor untuk kamu."

"Ayo pergi Shen!" Ajak Kaisar, dia hanya tidak mau mendengarkan ucapan Dewa yang sangat pilu itu.

Kaisar dan Shena masuk ke salah satu ruangan, disana seorang dokter memeriksa kesehatan Kaisar. Setelah selesai dia pun mengajak Kaisar dan Shena untuk duduk berhadapan dengan nya.

"Dari hasil pemeriksaan saya, kesehatan kamu sangat baik. Hanya saja, kurangi begadang dan banyak makan, makanan sehat," ujar dokter itu.

"Jadi gak ada masalah apa-apa kan, Dok?" Shena bertanya untuk meyakinkan sekali lagi.

"Tidak ada masalah apa-apa." Sang dokter tersenyum dan memberikan beberapa vitamin pada Kaisar.

Setelah selesai Shena beserta Kaisar keluar dari rumah sakit. Mereka singgah sebentar di sebuah taman yang indah di hiasi banyak bunga. Kaisar segera merebahkan tubuhnya disana, dengan paha Shena yang ia jadikan sebagai penyangga kepala nya.

"Jangan pergi Shena Amullya," mohon Kaisar dengan mata yang terpejam.

"Gue disini, gue gak akan kemana-mana."

Kaisar tiba-tiba membuka mata, dan senyum Shena adalah hal pertama yang ia lihat. "Kalau Tuhan kasih Lo kesempatan, Lo mau kasih permintaan apa."

"Gue mau mama kembali," jawab Shena pelan. Dan kemudian cewek itu menggeleng. "Nggak deh, kalau dia kembali. Mungkin dia akan menderita kan, Kai? Dia pasti sakit-sakitan, dan sekarang dia bebas tanpa rasa sakit."

Kaisar mengelus pelan pergelangan tangan Shena, kemudian mencium nya lembut. "Tetap jadi perempuan kuat yang gue kenal, Shen."

Shena mengangguk, kemudian ia tersenyum lagi. Satu pertanyaan tiba-tiba bersarang di kepala perempuan itu. "Gimana awal pertemuan Lo dengan Davida?"

"Gue gak suka pertanyaan ini."

Shena tertawa mendengar ucapan Kaisar barusan. "Ayo lah, gue pengen denger Lo cerita."

"Ujung-ujungnya Lo bakal marah."

Shena mendelik. "Dih, buat apa gue marah. Dia kan masa lalu Lo."

Kaisar memejamkan matanya dan memeluk tangan Shena erat. "Gue sama dia udah pacaran dari SMP, dan gue gak pernah merasakan rasa nyaman. Cuma sebatas dia pacar gue, dan Lo masih jadi pemenangnya."

"Kenapa Lo putus sama dia?"

"Karena gue sadar, gue cinta sama Shena Amullya bukan Davida Miyoulun."

"Gombal ih." Shena buang muka dengan kedua pipi yang merah.

Kaisar lantas merangkul pundak Shena dengan senyuman paling indah yang ia punya. "Nanti sore ke pantai lagi, mau?"

Shena menggeleng. "Nggak, nanti Lo prank gue lagi."

"Itu namanya surprise."

"Sama aja!"

***

"Malam ini Lo ada acara nggak?" Silvia bertanya pada Shena, sedangkan dia masih fokus melipat baju. Keduanya memang sedang berada di kamar Shena sekarang.

"Nanti sore gue mau ke pantai sama Kai." Shena berdiri dan ikut membantu Silvia melipat baju.

Silvia menunduk pelan, ada sesuatu yang ia rasakan. Sesuatu yang selama ini ia sembunyikan dari sahabatnya. "Shen!" Panggil Silvia pelan dan menelan dengan susah payah Saliva nya.

"Hm?" Shena pun menoleh pada Silvia.

"Apa gue terlalu terobsesi untuk mau hidup sama Lo selama nya?"

Shena pun tertawa mendengar pertanyaan Silvia barusan. Tangan Shena terulur memeluk sahabatnya itu, Shena melepaskan pelukannya pada Silvia, dan menyelipkan beberapa helai di belakang daun telinga cewek itu. "Suatu hari nanti kita pasti punya kehidupan masing-masing, Lo dengan keluarga Lo, suami Lo dan anak-anak Lo. Gue juga gitu, kita mungkin bisa sering ketemu. Tapi, kalau untuk hidup bersama selamanya. Gue pikir, kita gak akan bisa Sil."

"Gue gak mau Lo sendirian, gue gak mau liat Lo sedih, Shen. Rasanya gue mau selalu ada di samping Lo, di dekat Lo. Dan, membatasi hal-hal yang menyakiti perasaan Lo," ujar Silvia.

Shena mencondongkan wajah nya dan melotot ke arah Silvia. "Lo gak suka sama gue kan?"

Silvia segera menggaplok kepala Shena dengan dress yang ia pegang. "Gue masih suka cowok ya, aneh banget pertanyaan Lo."

Shena mundur lagi, dan kembali fokus melipat kain. "So? Apa landasan dari pertanyaan Lo tadi, gue rasa Lo nggak terlalu obsesi kok, kalau Lo khawatir sama gue, itu hal yang wajar. Karena gue sahabat Lo dari kecil."

Silvia menunduk, dia tidak tahu harus menjelaskan dengan apa pada Shena. Tapi, Silvia sudah yakin dengan keputusan nya ini, dia akan hidup dengan Shena selama nya. "Gue udah memutuskan, kalau gue bakal---"

"Shena, ada Kaisar di depan!" Pak Hendra datang dan berdiri di ambang pintu.

"Masih jam 4, kok cepat banget." Shena segera berdiri dan keluar dari kamar.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang