55. Fitnah menjadi keuntungan

466 30 0
                                    

Jefrey masih galau mendengar wejangan Kaisar tadi, cowok itu pun memasang musik sangat keras, dan membayangkan, dia dan Bella berada di sebuah pelaminan, mereka memiliki anak, sampai akhirnya menua bersama. Ah... Tuhan, Jef sangat ingin merasakan nya.

Gedoran pintu sangat keras membuyarkan lamunan Jef, cowok itu bergegas membuka pintu kamar mandi, dan menatap horor sang pelaku. "Di luar ada banyak orang, njir!" seru Andra yang ingin masuk ke dalam kamar mandi, untuk bersembunyi. Namun, di tahan oleh Jef, bisa saja mereka di fitnah, atas tuduhan boy x boy.

"Kok bisa?"

"Pake nanya." Andra mengerang frustasi, ketika deruman suara motor terdengar bersahut-sahutan, kini di markas hanya ada Jef dan juga Andra. Setelah kedatangan Daniel. Gery dan Reno bergegas pergi mencari Aluna. Mereka meminta Andra dan Jef, untuk menunggu Alana di markas, dan melindungi nya.

Jef naik ke toilet, dan mengintip ke luar, dari celah jendela kecil. Cowok itu sangat terkejut ketika melihat banyak sekali motor dengan para siswa yang duduk di atasnya, para siswa itu menggunakan jas berwarna merah tua dan juga warna hijau.

"Jas merah dari Tunas bangsa, Jas hijau pasti dari SMA negeri. Mau apa mereka?" Jef bergumam pelan.

"Talita dari tunas bangsa," kata Andra. Cowok itu masih ingat, ketika Talita pernah mengatakan dia dari tunas bangsa.

"Aluna dan Alana dari negeri, apa kedatangan orang-orang itu ada hubungan nya sama mereka?"

"Ayo kita keluar!" Ajak Jef, kedua cowok itu berjalan melewati dapur hingga keduanya sampai di depan pintu utama, Jef segera membuka pintu dan kini, ia dihadapkan pada puluhan orang yang menatap nya tajam, Jef bersusah payah menelan Saliva nya, yang rasanya tersangkut di tenggorokan.

"Mana Talita?! Kemarin kalian culik dia? Sampai dia gak pulang berhari-hari, dan sekarang Lo juga kan yang nyulik dia!" Tuduh salah satu pria dengan perawakan yang lebih gagah.

"Kemarin Abang nya, sekarang adik nya, besok Ravens mau melibatkan siapa lagi dalam masalah mereka?"

Jef dan Andra kompak menoleh ke kiri, disana seorang pria dengan jas hijau juga kacamata kuda, berdiri sembari bersedekap dada. Cowok ini siapa lagi? Pacar Aluna kah? Sahabat nya atau siapa?

"Ravens benar-benar gak becus, geng yang Lo bentuk, cuma omong kosong. Nggak ada manfaatnya sama sekali, malahan merugikan banyak orang!" Timpal yang lain.

"Tunggu... Tunggu... Lo semua salah paham. Pertama, Talita? Setelah tempo hari dia nginap di markas Ravens, gue dan yang lain gak pernah liat dia lagi, bahkan kami semua gak tahu, dari mana dia datang. Dan, Aluna? Gue secara pribadi, minta maaf sebesar-besarnya. Gue gak tahu tragedi dan masalah apa yang terjadi antara Aluna dan Dewa, Dewa sekarang di tahan sama anggota Wolves, dan Lo gak perlu khawatir. Lebih dari 200 orang, anggota Ravens yang udah nyebar buat cari Aluna," jelas Jef panjang kali lebar, bahkan Andra hanya berani mengangguk.

Cowok dengan perawakan paling gagah, juga berdiri paling depan menatap teman-teman nya, yang berdiri di belakang cowok itu. "Wolves?"

Andra dan Jef mengangguk yakin.

"Nggak mungkin mereka lakuin hal se rendah itu, mereka dari sekolah terhormat," ujar nya lagi.

Mendengar kata terhormat, emosi Jef tersulut lagi, bahkan cowok itu merasa, bahwa kegalauan yang beberapa menit lalu ia rasakan, telah menghilang ntah kemana. "Terhormat? Kalau mereka terhormat, mereka gak mungkin setiap tahun melakukan kecurangan!"

"Curang?"

Jef mengangguk lagi. "Lagian Lo pikir aja deh, sekolah mana yang tahun ke tahun bisa menang olimpiade terus-menerus, bahkan anggota paskibraka, marching band provinsi, di isi siswa dari sekolah itu. Tapi, di kelulusan, nggak ada satu pun dari mereka, masuk ke salah universitas terbaik di luar negeri, lewat jalur prestasi, jangan kan luar negeri, bahkan perguruan tinggi dalam negeri pun, kebanyakan ragu memilih mereka."

Mendadak semua orang diam, pria yang berdiri paling depan, dan berhadapan langsung dengan Jef, bernama Randy. Randy pun menunduk, ia masih ingat jelas, ketika Dilon datang menemui nya di halte sore hari, beberapa hari sebelum acara olimpiade. Dilon seperti mengorek informasi, siapa saja siswa dari tunas bangsa yang akan berangkat mewakili sekolah mereka, bagaimana latihan mereka. Tapi, Dilon adalah sosok teman yang sangat baik, menurut Randy. Cowok itu sering membantu dirinya dan anak-anak Tunas bangsa yang lain, walaupun selalu ada imbalan, yang dia minta.

"Lagi pula untuk apa sih kami nyulik Talita? Nggak ada gunanya!" Tambah Andra.

Randy kembali kepada kejadian tempo hari, dimana ia bertemu dengan Talita di rumah perempuan itu. Talita bercerita banyak tentang permusuhan Ravens juga Wolves, yang di pimpin oleh Dilon. Talita memang menceritakan kalau dia sangat membenci salah satu anggota Ravens, karena telah menculik nya. Namun, satu perkataan sahabat nya itu yang membuat perasaan Randy bergejolak, Talita juga mendengar dari pembicaraan anak Ravens, betapa jahat nya anak-anak Wolves, dan berbohong bukan lah sifat Talita.

"Jadi dimana Talita?" Randy bertanya.

Andra dan Jef saling pandang beberapa detik. "Gue juga gak tahu, dia gak ada disini. Bahkan, Aluna juga nggak ada disini."

"Dimana ketua Lo?" Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dari sebelah kiri Jef, dia adalah pria yang tadinya bertanya tentang, dimana Aluna.

Jef kemudian menoleh lagi kepada Andra. "Iya, Cok! Dimana Kaisar?"

Andra bengong seperti orang tolol. "Kalau semua orang pergi untuk cari Aluna, jangan-jangan Kaisar nemuin markas Wolves sendirian?"

"Bangsat, Kaisar anjing!" Jef segera berlari ke dalam markas dan mengambil jaket juga kunci motor. Kepanikan yang begitu kentara dari wajah cowok itu, menginterupsi anak-anak SMA negeri, juga anak-anak SMA Tunas bangsa, untuk mengikutinya, rasa panik sungguh menjalar di tubuh Jef. Dia memang tahu, Kaisar sangat manipulatif, tapi dia juga bukan Tuhan, dia bisa saja di jebak.

Andra masih diam di tempat dengan gelisah, dia ingin menyusul Jef dan membantu Kaisar. Tapi, apa boleh buat, dia mendapat perintah untuk menunggu Alana pulang sekolah.

"Aih... Lama banget dah tu bocah!" Andra menjambak rambutnya frustasi.

Alana baru saja membuka gerbang markas, matanya menyapu setiap halaman yang sangat bersih dan sepi, dan dia melihat, hanya ada satu pria disana. Biasanya rumah ini di isi oleh banyak sekali motor, rumah itu juga selalu diisi paling tidak 20 anggota Ravens setiap hari, tapi, hari ini sangat kosong.

"Bang, kok sepi? Mana yang lain?"

"Nah, nongol juga Lo." Andra segera menarik tangan Alana agar masuk ke dalam markas, sesampainya disana Andra memegang kedua bahu gadis itu. "Sebelum gue pulang, Lo gak boleh kemana-mana, Kaisar dan saudara kembar Lo, dalam bahaya sekarang. Kalau ada orang yang datang, jangan pernah buka pintu, paham?!"

Alana mengangguk mengerti, melihat itu, Andra segera keluar dari rumah dan mengunci nya dari luar. Cowok itu memakai jaket nya, dan berjalan ke arah motor yang ia parkiran di garasi, dan dengan segera menjemput Jef juga rombongan anak-anak negeri dan Tunas bangsa.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang