31. Hari H

545 32 0
                                    

Pagi ini Kaisar menerima kabar buruk, Alisa harus di pulangkan karena menderita diare akut. Posisi perempuan itu juga sudah di ganti dengan yang lain, Kaisar sekarang tahu bahwa orang-orang dari Airlangga masih belum menyerah untuk menyingkirkan dirinya.

Pagi sekali Kaisar sudah mengenakan seragam paskibra. "Lo hebat banget, Shen. Cuma terhitung beberapa jam, Lo berhasil buat gue rindu."

Untuk kesekian kalinya, aku mengatakan. Shena itu indah!

"Elgafri ini makanan kamu!"

"Pak, saya boleh izin."

"Kemana?"

"Ke sekolah."

Permohonan Kaisar jelas di tolak oleh pelatih yang ada di hadapannya sekarang ini. "Tidak bisa! Habiskan makananmu!"

Kaisar benar-benar gelisah, cowok itu mengambil ponsel dan menelfon Shena.

Shena kini tengah sibuk menghitung kotak makanan yang telah mereka buat semalam. Bahkan mereka semua hanya tidur beberapa jam saja, karena persiapan ini. Shena, Vidia dan Silvia bergantian untuk mandi di kamar Kaisar, karena rumah ini hanya terdapat dua kamar mandi, satu di dapur dan satunya di kamar Kaisar.

Shena sedang menunggu Vidia yang mandi bersama Silvia. Shena begitu kagum dengan kamar Kaisar yang bernuansa biru, sudut-sudut ruangan ini penuh dengan lukisan. Shena menyentuh satu lukisan yang belum selesai di buat oleh Kaisar. Seorang wanita dengan gaun berwarna kuning emas, dan rambut tersanggul indah. Namun wajah nya belum di selesaikan oleh Kaisar. Shena sedikit curiga, bahwa itu dirinya. Namun dia segera menggeleng, malam itu juga Kaisar sudah jujur bahwa dia tidak memiliki rasa apapun terhadap dirinya.

"Renjana adalah sastra yang menyakitkan."

Shena tertawa melihat tulisan yang Kaisar buat di sebuah asbak. Di kamar Kaisar tidak terlihat ada rokok, bahkan Shena tidak pernah melihat cowok itu merokok, kamar nya pun sangat wangi. Ah... Kenapa Shena tiba-tiba merindukan pria itu.

Deringan telfon membuyarkan lamunan Shena, ada panggilan masuk dari Kaisar. Sial, Shena lupa memblokir nomor itu. Mau apa lagi dia.

"Shen!" Panggil Kasiar pelan.

"Kenapa?"

"Maaf."

Shena tiba-tiba ingat. Bahwa Kaisar pernah bilang, hanya orang spesial yang bisa mendengar kata maaf, tolong dan terimakasih dari dirinya.

"Maaf Lo, nggak akan bisa balikin hati gue seperti semula kan."

"Gue sayang sama Lo, Shen."

Setelah mengatakan itu sambungan tiba-tiba di matikan sepihak oleh Kaisar. Shena merasa ada yang tidak beres dengan cowok itu, namun Silvia dan Vidia sudah keluar dari kamar mandi. Shena segera masuk kesana dan membersihkan diri.

Anggota OSIS dan Ravens sudah berkumpul di lapangan, untuk mewakili sekolah mereka di upacara pagi ini. Shena melihat dari kejauhan bahwa Kaisar sedikit pucat, bahkan cowok itu terlihat seperti menahan sesuatu, suara nya juga serak. Namun, semua itu tidak mengurangi semangat nya. Shena benar-benar bingung, mana yang harus ia percaya, mulut Kaisar atau sikap nya.

Kaisar yang sedang menunggu bendera di naikkan merasa pasokan udara di sekitarnya mulai menipis. Dada Kaisar sesak sekali rasanya, pandangan cowok itu juga mulai mengabur namun Kaisar terus menahan agar tidak berkedip, karena jika ia berkedip sedikit saja ia pasti tumbang. Cahaya matahari bersinar tepat di wajah Kaisar, Kaisar tidak kuat lagi. Cowok itu berkedip dan ternyata tidak terjadi apa-apa.

Pasukan Kaisar mundur ketika bendera sudah siap di kibarkan. Mereka kembali ke belakang gedung dan saat itu juga pertahanan Kaisar hancur, tubuh pria itu ambruk saat itu juga. Pandangan Kaisar mulai mengabur dan pandangan terakhir yang ia lihat adalah wajah panik dari ayah nya juga Om Hendra.

Perlahan Kaisar mulai membuka mata lagi, disana ia melihat Shena yang mulai mencopot atributnya juga sesekali mengipasi wajah Kaisar. Kaisar melihat itu segera memeluk Shena sangat erat.

"Rindu, Shen."

"Lepas, Kai!"

Kaisar menggeleng dan masih tetap memeluk Shena sangat erat, se akan pelukan perempuan itu begitu candu.

"Tolong jangan permainkan perasaan gue, Kai."

"Gue nggak pernah permainkan perasaan Lo."

"Berhenti peluk gue."

"Gue sayang Lo, Shen. Gue nggak mau Lo di miliki siapapun."

Shena tersenyum pahit. "Lo egois, Lo nggak mau gue di miliki siapapun. Tapi, Lo udah dimiliki orang lain."

"Harusnya dari awal gue sadar, Lo cuma fiksi menyenangkan yang nggak harus gue nikmati se dalam ini," lanjut Shena.

Kaisar melepaskan pelukan nya pada Shena dan segera duduk di ranjang, menatap lekat ke arah perempuan itu. "Kata siapa?"

Shena lagi-lagi tersenyum kecut. "Susah banget buat Lo ngomong jujur, Lo perlu belajar lebih dalam tentang kata Maaf, tolong dan terimakasih."

"Gue nggak pernah merasa di miliki oleh siapapun," balas Kaisar tak mau kalah.

Shena mendesis. "Lo ke Surabaya juga karena pacar Lo itu kan?"

"Dia bukan pacar gue, Shen."

"Kaisar gimana keadaan kamu?" Tiba-tiba Bu Gayatri datang bersama anggota Ravens yang lain.

"Masih pusing."

"Kamu ini sebenarnya kenapa? Ibu jantungan lihat nya, untung bendera udah berkibar. Kalau tidak, bisa mati di tempat ibu, Kaisar!"

Kaisar mengingat sebentar, pagi tadi sebelum sarapan Alisa mengirim pesan kepada Kaisar untuk bertukar makanan pada yang lain. Namun, Kaisar menolak dan memilih untuk sarapan makanan yang sudah di sediakan saja, awalnya Kaisar hanya muntah-muntah, dan penglihatan nya mulai mengabur. Kaisar memakai lip balm milik Shena yang tertinggal di jaket nya, agar para pelatih tidak melihat wajah pucat Kaisar.

"Lo di racuni." Kecurigaan itu dengan cepat terlintas di pikiran Gery ketika mendengar cerita dari Kaisar.

Jef dan Daniel mengangguk membenarkan. "Kita satu point masih menang kali ini, gue harap kita nggak akan kecolongan lagi," imbuh Daniel.

"Gue udah bilang kita pasti gagal!" Bentak Shena pada semua orang berada dalam ruang UKS.

"Kali ini gue pastikan kita nggak akan gagal, kalau Lo mau berjalan beriringan di samping gue." Kaisar mengulurkan tangan nya ke arah Shena, namun di tepis perempuan itu.

"Tangan Lo cuma ada dua, yang satu nya untuk menggandeng nyokap Lo, satunya lagi buat ganteng pasangan Lo. Dan Lo mau taruh gue dimana?" Shena meninggalkan Kaisar yang menatap nanar tangan nya.

"Dih ketua gue di tolak!" Dewa menatap kepergian Shena dengan sedih.

"Makanya gak usah sok gengsi!" Sindir Gery yang juga ikut pergi, karena ada beberapa perlombaan yang harus ia pantau.

Kaisar yang mulai merasa kesehatan nya semakin membaik, mengikuti kepergian Gery, di ikuti yang lain juga. Anggota Ravens dan juga OSIS memasuki aula tempat di mana olimpiade sains akan di mulai.

"Selamat pagi menjelang siang untuk kita semua, dan selamat datang untuk SMA Visiona. Maaf, Kami tidak menyediakan kursi yang cukup karena kami tidak menyangka kalian akan hadir dalam festival ini," ucap pembawa acara yang memimpin olimpiade ini.

Kaisar mengedarkan pandangan nya, tidak ada lagi kursi yang tersedia. Bahkan di jajaran para pemilik sekolah hanya pak Hendra yang tidak duduk, namun pria paruh baya itu tetap tersenyum dan memberi semangat kepada siswa-siswi yang akan mewakili Visiona dalam olimpiade ini.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang