19. awal permusuhan

583 29 1
                                    

Shena baru saja keluar dari gerbang SMA Visiona bersama Silvia. Kedua remaja itu berjalan ke arah halte dan menunggu supir pribadi Shena disana. Dari kejauhan Shena melihat kedatangan sebuah motor berwarna hitam dan beberapa motor lain yang mengikuti nya. Shena memang tidak sepenuhnya tahu apa yang terjadi di luar Visiona, karena setelah pulang sekolah gadis itu langsung pulang bersama para siswa yang lain. Baru kali ini Shena pulang lebih sore dan duduk di halte yang sangat sepi.

Pengemudi motor itu membuka helem nya dan ternyata dia adalah Dilon dan pasukan Wolves. Shena berdecih melihat itu.

Dilon mendekat ke arah Shena dan tersenyum mengejek. "Hai, apa kabar?"

"Mau apa Lo?" tanya Shena sinis.

Terdengar gelak tawa dari Dilon. "Gue sebenernya nggak sudi berhadapan sama Lo, tapi gue cuma mau kasih peringatan. Lo harus mengentikan geng Ravens di Visiona!"

Shena tersenyum remeh ke arah Dilon. "Kenapa? Lo takut?"

Dilon mengepal tangan nya kuat-kuat. "Lo jangan lupa kalau Visiona warisan keluarga Lewis, Shena!"

"Gue gak tahu menahu apapun soal geng yang di bentuk Kaisar dan teman-teman nya, karena komunitas itu bergerak di luar sekolah dan tidak menjadi tanggung jawab OSIS maupun pihak sekolah, tapi sepenuhnya tanggung jawab Kaisar dan teman-teman nya, kalau Lo merasa keberatan dengan mereka, itu urusan Lo sama dia!"

Dilon dengan kasar memegang lengan kanan Shena, Silvia yang berada di samping gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa selain mengabari Joel dan Putra.

"Apapun yang terjadi gue gak mau Ravens ada di lingkungan Visiona, karena gue masih punya hak atas Visiona!"

"Hak apa yang Lo punya? Selain menghancurkan nya! Gue nggak akan pernah terima Lo mengklaim punya hak atas Visiona!"

Dilon semakin mengerat kan pegangan nya pada lengan Shena. "Lo anak perempuan, Shena! Lo nggak punya hak apapun atas harta keluarga Lewis, Lo berhak atas harta di keluarga suami Lo nanti, paham!"

"Lepas!" Kaisar dengan kasar mendorong Dilon, membuat pria dengan jas kuning itu mundur beberapa langkah.

"Berhenti untuk ikut campur, Kaisar!"

"Ravens sepenuhnya tanggung jawab gue, dan Lo nggak berhak untuk bentak Shena apalagi melukai dia, atau Lo berurusan langsung sama gue!"

"Tunggu pembalasan gue, Kaisar!" Dilon berjalan ke arah motornya dan pergi meninggalkan Kaisar.

"Shen Lo nggak papa kan?" tanya Silvia ingin melihat lengan Shena yang dibalut jas.

Kaisar menghentikan salah satu taksi. Dan menyuruh Silvia pergi lebih dulu, karena ia akan mengantarkan Shena pulang. Awalnya Silvia menolak karena dia takut sahabatnya tidak aman bersama Kaisar, namun Shena mengatakan bahwa dia tidak apa-apa pulang bersama Kaisar.

Di perjalanan pulang handphone Kaisar berdering berkali-kali.

"Kai, handphone lo." Shena mengingatkan karena Kaisar tak kunjung mengangkat telfon.

"Nggak penting."

"Biar gue angkat." Shena ingin mengambil ponsel Kaisar di saku jas pria itu, namun dengan cepat di tepis oleh sang empunya membuat Shena tersentak.

"Gue bilang nggak penting, Shena!"

"Oke!"

Shena merasa tidak enak mendengar bentakan Kaisar barusan. Padahal niat Shena baik, karena pria itu sedang mengendarai motor. Sepanjang perjalanan hanya hening hingga suara Kaisar membuka suara lagi.

"Lo lupa kalau Lo sendiri yang buat kesepakatan untuk nggak mencampuri urusan masing-masing."

"Lagian gue juga nggak minat mencampuri urusan Lo."

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang