71. Koma

640 38 0
                                    

Pagi sekali tepat jam 4, Kaisar sudah di pindahkan ke dalam ruangan rawat inap VIP. Dan, proses operasi dinyatakan berhasil. Namun, pria itu masih koma, belum sadarkan diri. Di ruangan masih ada anggota inti Ravens yang berjaga, juga Vidia, Talita dan Aluna.

Pintu terbuka, dan Om Johan datang bersama Rini, Ibu Kaisar. Wanita itu membawa satu buket bunga mawar merah, dan meletakkan nya di dekat Kaisar. Yang kini tubuhnya masih di penuhi oleh alat-alat medis.

Rini menghapus jejak air mata di pipi nya, kemudian mengecup singkat tangan Kaisar. "Kemarin kamu bilang, kalau permintaan itu, adalah permintaan terakhir kamu, Sar. Mama gak mau. Mama mau kamu minta hal yang lain, ayo bangun, minta apapun yang kamu mau. Dan, semampu mama, mama pasti mewujudkan nya."

Johan ikut duduk di ranjang, menatap sedih ke arah anak nya, wajah Kaisar benar-benar pucat. Seperti orang yang tidak memiliki darah. "Ayo bangun, Sar. Kita bangun keluarga yang lebih bahagia lagi."

Gery dan teman-teman nya hanya bisa menunduk, dan berdoa dalam hati masing-masing. Mereka tidak bisa melakukan apapun sekarang, Gery juga sudah membatalkan beasiswa nya, dan ia memilih untuk tetap di jakarta. Menemani Kaisar hingga ketua Ravens itu benar-benar pulih.

****

Pagi ini sebenarnya Shena tidak ingin berangkat sekolah. Dia hanya ingin pergi sekolah jika bersama Kaisar, katanya. Namun, Pak Hendra memaksa, karena ada Try out yang harus di ikuti seluruh siswa dan siswi.

Disekolah, Pak Hendra memanggil Shena ke ruangannya, tidak hanya perempuan itu, tapi juga, beberapa penerima beasiswa ke Korea Selatan.

"Bagaimana, Sayang. Kamu sudah yakin mau berangkat?" tanya Pak Hendra lagi.

Shena menunduk sendu. "Shena mau ke korea bukan kuliah, Pa."

"Terus?"

"Shena mau jadi seorang musisi."

Pak Hendra mengangguk lagi. "Baiklah, bagaimana keputusan kamu. Papa akan selalu mendukung apapun yang kamu cita-citakan."

"Biar tahun ini Shena istirahat dulu, Pa. Tahun depan kita pikirkan lagi."

Setelah mengatakan itu, Shena segera keluar dari ruangan pak Hendra. Hatinya begitu sakit melihat piala festival Oktober berjejer di ruangan itu. Karena pada festival itu, Kaisar hari ini harus berjuang di rumah sakit.

Shena berdiri di balkon kelas nya. Dari atas sini, ia bisa melihat seluruh kelas dan juga siswa dan siswi di bawah sana. Mereka terlihat sangat bahagia, karena Visiona berhasil meraih kemenangan. Dan semua itu, tidak lepas dari perjuangan Kaisar di dalamnya. Jika boleh memilih, Shena lebih memilih untuk tidak hadir pada acara itu, kalau nyawa Kaisar yang akhirnya menjadi taruhannya.

"Shena!"

Shena pun berbalik dan menyeka air matanya. Ia melihat, Jef, Daniel dan Gery berdiri di dekatnya. "Lo udah balik dari rumah sakit?"

Gery, Jef dan Daniel kompak mengangguk. Gery mendekat, dan berdiri di samping Shena. Ikut menatap ke lantai bawah SMA Visiona. "Sepanjang lorong sekolah ini, berisi kisah kalian ya?"

Gery menunjuk ke arah gerbang utama Visiona. "Tempat pertama kali kalian membuka gerbang kebencian, selalu ada jejak langkah Kaisar disana."

Perkataan Gery, membuat airmata Shena menetes lagi. Padahal ia sudah berusaha menahan nya. "I really miss him, Ger."

"I know. Kita berdoa yang terbaik."

"Ayo kita ke rumah sakit!" Ajak Jef yang sudah berjalan lebih dulu.

Shena pun ikut melangkah pergi bersama Jef, Gery dan Daniel. Mereka ber-empat mengendarai mobil milik Shena untuk berangkat ke rumah sakit. Setelah sampai, mereka segera masuk ke dalam sana. Dan dari kejauhan hati Shena benar-benar gusar, ia takut melihat keadaan Kaisar. Ia takut pacar nya itu akan meninggalkan nya.

Shena mendekat ke arah ranjang Kaisar, dan meletakkan tas perempuan itu di atas meja. Air mata nya tak kuasa bertahan, dan akhirnya jatuh tanpa pamit. Shena memeluk tubuh Kaisar dari samping, dan mengungkapkan betapa ia sangat takut kehilangan pacar nya itu.

"Jangan pergi yah, katanya mau jaga bokap gue di Jakarta. Katanya mau menua bersama, Lo udah janji, Kai."

Shena menghapus air matanya, kemudian memakaikan kalung bergambar kura-kura itu lagi pada leher Kaisar. "Gimana gue nggak bangga sama Lo, Kai. Lo bahkan melepas semua barang-barang pemberian gue, karena Lo gak mau barang-barang itu lecet atau bahkan ternodai. Se berharga itu setiap barang pemberian gue."

Shena menangis tersedu-sedu, sembari terus-menerus mencium punggung tangan Kaisar. Karena saat ini, hanya itu yang bisa ia lakukan. Kaisar tidak mampu lagi bersuara, bahkan Shena tidak bisa lagi melihat wajah tanpa ekspresi itu, wajah nya tertutup oleh alat-alat medis yang membantu Kaisar untuk tetap hidup.

"Hidup lebih lama untuk perempuan lemah ini, Kai."

"Shen!" Jefrey memegang pelan kedua bahu Shena, Shena berdiri dan berbalik untuk melihat wajah Jefrey lebih jelas.

"Maaf," kata Jefrey dengan raut wajah penuh penyesalan. "Kalau bukan karena ide buruk gue dan teman-teman gue, mungkin sampai hari ini, Lo dan Kaisar nggak akan pernah saling mencintai. Dan, karena ide kami semua juga, Kaisar harus bertarung dengan nyawa nya disini. Gue bahkan nggak tahu harus bilang apa lagi untuk ini semua, gue bahkan takut menatap semua siswa Visiona, ketika gue gagal menepati janji yang udah gue buat sendiri."

Shena hanya diam melihat Jefrey yang terlihat sangat menyesal. Gadis itu menyeka air matanya dan langsung keluar dari ruangan Kaisar di rawat. Shena tidak membenci siapapun disini, dia hanya takut kehilangan orang yang ia cintai. Dan, semua itu karena Ravens. Geng yang sangat Kaisar cintai dan banggakan itu. Bahkan, disaat dia bertarung dengan nyawa di rumah sakit, semua anggota Ravens hanya bisa meminta maaf, dan berdoa.

Shena berjalan tanpa arah, matanya menangkap sebuah pemakaman umum. Disana ibu Shena di makam kan, Shena berjalan mendekat dan ingin segera masuk. Namun, pikiran buruk menghantui kepala Shena, ia berhenti melangkah dan berbalik arah meninggalkan area pemakaman.

"Jakarta sekarang, makin indah sejak Lo hadir."

"Sepi, Kai," ungkap Shena, gadis itu masih terus berjalan menyusuri jalanan kota yang mulai basah akibat hujan yang mulai turun. "Apa kabar pria yang tidak menyukai hujan?"

Malam ini Shena berdiri lemah di balkon kamar nya sembari menunggu hujan reda. Shena hanya ingin menemui Kaisar lagi di rumah sakit, Shena lagi-lagi hanya bisa tersenyum dan beberapa kali mencium anak kura-kura yang dulu pernah Kaisar berikan. Shena benar-benar sangat rindu.

"Berdoa yah, supaya Kaisar cepat pulang. Dan kita bisa main bareng lagi," ucap Shena pada kura-kura yang berada di genggaman nya.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang