68. Olimpiade berlanjut

476 38 0
                                    

Lagi-lagi pak Hendra bertepuk tangan, dan memeluk Bella sangat bangga. Bella tersenyum manis kepada anggota OSIS juga anggota inti Ravens yang kini mengelilingi nya. Bella mendekat ke arah Kaisar, dan menunduk walaupun Kaisar masih bisa melihat jelas, senyuman yang terukir di bibir wanita itu. "Makasih, Kak. Mimpi Visiona yang terkubur sejak lama, akhirnya bisa tumbuh dan berbuah manis. Walaupun ini salah satu dari banyak nya acara nanti, tapi aku gak pernah menyangka, kalau aku kan berdiri disini, dan membawa nama Visiona lebih jauh. Dan, itu semua berkat Ravens, aku tahu itu."

Kaisar menggeleng. "Ini berkat kita semua."

Mendengar itu semua orang tertawa bahagia dan berpelukan satu sama lain. Shena memberikan satu buket bunga, sebagai hadiah kemenangan Bella hari ini. "Selamat Bella, dan selamat juga untuk kemenangan-kemenangan selanjutnya."

"Makasih banyak, Kak." Pipi Bella terangkat, mengukir dua lesung pipi yang indah di kedua pipi nya.

"Kita masuk ke olimpiade kimia," ucap Gery, semua orang kembali ke aula untuk menyaksikan.

Setelah sampai di aula, Shena duduk di sisi kanan Kaisar, Shena menoleh ke samping. Untuk melihat wajah Kaisar lebih jelas, walaupun cowok itu memakai topi hitam, namun masih bisa Shena lihat, mata itu sungguh lelah. Namun, mata itu tidak pernah diam sejak tadi, Kaisar terus menatap ke arah peserta olimpiade juga juri, tangan ia lipat di dada. Shena sangat kagum melihat pacar nya itu.

"Shen," panggil Silvia pelan.

Shena pun menoleh ke arah kiri, dan melihat Silvia yang duduk di samping nya. Silvia mendekat kan wajah nya ke arah Shena, dan berbisik. "Bokap Lo adu mulut sama Om Hendri."

"Masalah apa?" tanya Shena sedikit berbisik.

Silvia mengangkat kedua bahu nya, pertanda ia tidak tahu. Apa yang dibicarakan dua orang dewasa itu. Shena berpikir sebentar, hingga ia melihat kehadiran sang ayah dan langsung duduk di samping Silvia.

"Papa sama om Hendri ngomongin apa?" tanya Shena.

Pak Hendra hanya menggeleng. "Bukan urusan yang penting, Shen. Kamu fokus aja."

"Harta lagi?" Shena bertanya curiga, pak Hendra mengangguk mengiyakan.

"Baiklah acara olimpiade kimia kali ini, dimenangkan oleh SMA Visiona!"

Riuh tepuk tangan terdengar lagi. Shena bahkan melompat girang, ketika mendengar pengumuman itu. Dan, Kaisar sangat senang melihat nya.

Dimas datang sembari membawa piala kemenangan untuk Visiona, dia menyerahkan nya pada Pak Hendra. "Selamat, Pak. Untuk kemenangan kita."

Namun, Pak Hendra tidak menerima piala yang di serahkan oleh Dimas. "Bawa pulang, Dimas. Karena piala ini, adalah hadiah terbaik dari diri kamu."

Dimas menggeleng dan mengambil tangan Pak Hendra, agar menerima piala nya. "Ini adalah kado terindah dari Ravens untuk Visiona, sebelum anggota inti Ravens lulus." Dimas menoleh sekilas ke arah anggota inti Ravens, yang memandangi nya dengan bangga.

"Saya mungkin masih bisa mendapatkan piala di olimpiade selanjutnya, Pak. Karena gerbang kemenangan Visiona udah terbuka sekarang. Tapi, Kak Kaisar dan teman-teman nya, mereka nggak akan pernah melihat piala Visiona lagi, karena mereka akan segera lulus. Jadi, piala ini, adalah kado terindah yang bisa mereka berikan. Dan, piala ini harus berdiri tegak di ruangan bapak, sebagai pertanda, awal dari terbuka nya gerbang kemenangan Visiona."

Pak Hendra pun menerima piala yang diberikan oleh Dimas, dan memeluk murid nya itu.

"Ada satu Olimpiade lagi." Jef datang bersama Bella. "Dan ini olimpiade fisika, tapi, tiba-tiba tim Airlangga mengundurkan diri."

"Kenapa?" tanya Kaisar heran.

Jef menggeleng. "Mereka takut mungkin."

"Kalian hati-hati saja, kita tidak tahu, permainan apa yang akan mereka buat," kata Pak Hendra mengingat kan.

Setelah perkataan Pak Hendra itu, semua orang kembali lagi ke aula, untuk menyaksikan olimpiade fisika. Dan, kali ini. Visiona tidak bisa membawa piala, mereka masuk juara 2. Karena juara 1 dibawa oleh SMA tunas bangsa. Namun, mereka tetap bangga melihat nya.

Kaisar berjalan ke arah Randy, yang kini memegang piala. Kaisar mengulur kan tangan nya memberi selamat. "Selamat untuk Tunas bangsa," katanya.

Randy sedikit terkejut mendengar ucapan Kaisar, padahal dia tidak pernah mengucapkan selamat pada Visiona atas kemenangan mereka beberapa jam lalu. "Thanks, gue kira kita lawan disini."

Kaisar tertawa mendengar itu. "Nggak ada lawan disini, cuma mereka." Kaisar menunjuk kelompok Airlangga yang menatap benci ke arah mereka.

Randy menerima uluran tangan Kaisar dan menjabat nya sangat erat. "Salam pertemanan," katanya.

"Salam pertemanan," ucap Kaisar.

Kaisar dan anggota inti Ravens masuk ke toilet untuk berganti pakaian. Karena mereka akan bertanding basket, babak pertama Kaisar harus berlawanan dengan Randy dan anak tunas bangsa yang lain. Ini adalah pertama kalinya, bagi seluruh sekolah merasa pertandingan sangat damai dan penuh tawa. Selama ini, ketika yang satu kalah, maka yang lain akan marah dan berkelahi. Namun, kali ini tidak. Karena Kaisar selalu berusaha mencairkan suasana, sehingga semua lawan mereka menjadi teman disini. Kecuali, Airlangga. Kaisar sangat tidak Sudi berteman dengan mereka.

"Lo pikir aja, siapa sih yang gak tergila-gila sama pesona, Kaisar," ucap Shena membuka suara.

Silvia dan Vidia yang berada di kanan dan kiri cewek itu kompak tersenyum. Mereka pun melihat ke arah lapangan, Kaisar begitu serius memasukkan bola ke dalam ring. Walaupun ia sempat gagal, namun ia hanya tertawa dan terus menjabat tangan Randy, dan berkata tidak apa-apa.

"Dia baik, dia perhatian, dia punya segala nya yang gak pernah gue bayangkan, Sil," ungkap Shena.

"Semua pertandingan ini lebih damai daripada Agustus kemarin," ucap Silvia.

Vidia mengangguk setuju. "Dan Agustus kemarin, Kaisar juga bilang. Kalau dia datang cuma mau berkenalan bukan untuk menang, dan kali ini dia sungguh-sungguh datang untuk menang. Dan, kita benar-benar menang."

"Dia sempurna, Vid." Shena tersenyum bahagia melihat pacar nya, yang kini melambaikan tangan ke arah Shena, membuat banyak gadis iri dengan hubungan mereka.

Silvia memeluk Shena dari samping. "Bahagia selalu Shena."

"Kalau Kaisar tetap ada, gue yakin gue pasti bahagia. Dia adalah bukti cinta sempurna."

Para siswa Visiona bersorak girang. Ketika kemenangan berhasil di raih oleh tim Visiona. Dan kini tim basket Kaisar berhadapan di babak final dengan musuh bebuyutan mereka. Yakni, Airlangga. Mereka diberi jeda 40 menit, sebelum akhirnya memulai pertandingan lagi. Kaisar menemui Shena yang duduk di barisan penonton.

Kaisar melepaskan jam tangan juga, satu kalung yang pernah Shena berikan. "Pegang yah, gue gak mau barang pemberian Lo lecet."

"Kan Lo cuma main, Kai."

Kaisar tersenyum dan mengacak pelan rambut Shena, dan pria itu pun segera turun dan bergabung bersama tim untuk membicarakan strategi mereka.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang