61. Singgasana perempuan Ravens

487 30 0
                                    

Sarapan kali ini begitu istimewa, karena Jef terpaksa menggelar tikar di belakang rumah. Karena meja makan, tidak muat lagi, untuk mereka semua. Karena ada lebih 20 orang anggota Ravens yang juga datang. Pagi ini hari Minggu, mereka sudah merencanakan akan pergi ke berlibur ke pantai. Alasan sederhana, Kaisar memilih destinasi itu. Karena, Shena menyukai nya.

Makanan sudah siap, dan semua orang sedang menunggu kedatangan Kaisar. Karena cowok itu masih mandi, Kaisar keluar dari kamar mandi. Dan menemukan secarik kertas di atas kasur nya. Kaisar meraih kertas itu, dan mulai membacanya.

Hmmm, sorry. Ini surat titipan.
Dan kakak gak perlu tahu, darimana aku menitipkan surat ini.

Kak, aku mohon. Jangan pernah libatkan Jefrey dalam masalah besar, apalagi menyangkut kesehatan nya. Aku gak mau dia kenapa-kenapa, aku juga gak mau dia terluka. Aku harap kakak ngerti. Aku tahu, kakak adalah orang yang sangat di segani di Ravens, dan segala perintah kakak akan di turuti. Jadi perintahkan Jef, di tempat-tempat yang aman.

Kaisar melihat sekeliling nya, kemudian tertawa geli. Dia pun mengambil pulpen, dan menulis di balik kertas itu.

Telat, Lo udah nyakitin dia lebih dalam.
Perempuan memang ratu nya, Egois.

Setelah menulis itu, Kaisar meninggalkan surat tadi di atas kasur. Dan ikut bergabung bersama teman-teman nya. Kaisar berjalan ke belakang markas dan melihat teman-teman nya yang sedang asik, bermain gitar dan bernyanyi. Jef yang peka segera berhenti memetik gitar, karena ia tahu, ketua Ravens tidak menyukai musik.

Kaisar memandang satu persatu orang yang sudah berkumpul dan mulai mengambil makanan mereka. "Mana Alana?"

"Udah pulang ke rumah, dia kan anak rajin, hobi belajar. Dia gak suka liburan, dia lebih suka kalau di kasih buku," sahut Aluna yang kemudian mengambil nasi untuk Dewa.

"Lo berdua serasi deh, aaaaa cute banget!" Puji Talita dan dengan segera di dorong kasar oleh Reno.

"Makan cepetan!" Suruh nya.

"Ihhh... Nyebelin banget sih Lo!" Talita membuang muka, kemudian mengangkat piring dan segera ia makan, nasi dan rendang didalam piring itu.

Reno menoleh ke arah Talita, wanita dengan topeng yang sangat sempurna. Dia mampu menyembunyikan rasa sakitnya dan tertawa bahagia disini, ntah lah, ntah itu tawa yang memang benar-benar bahagia, atau hanya pura-pura. Intinya, Talita tidak se menyebalkan itu. Nyatanya, dia adalah perempuan yang sangat menyenangkan, dan mengerti kondisi.

"Lama banget Lo natapnya," cibir Kaisar yang duduk di seberang Reno.

Reno sedikit tersentak mendengar cibiran dari sahabatnya itu, dia pun segera mengangkat sepiring rendang, bersiap untuk memakan nya. Untung saja di tahan oleh Andra. "Lo mau habisin rendang ini?"

"Hah?!" Reno segera menurunkan lagi piring berisi rendang itu, dan beralih meraih piring nya, yang berisi nasi dan ikan nila bakar.

"Lo suka ya sama gue?" tanya Talita setengah berbisik.

Reno tersenyum terpaksa dan melotot ke arah Talita. "Jangan sampai gue lempar nila ini ke muka Lo," ucap nya dengan penuh senyuman palsu.

"Gue ikhlas," balas Talita tak mau kalah.

"Mmmm..." Reno mengangkat nila tadi, dan ingin menakuti Talita. Bukan menjauh, Talita malah membuka mulutnya, hingga semua orang yang melihat. Makin salah paham, dan mengira, Bahwa Reno ingin menyuapi Talita.

"Duh romantis banget, mau dong," pinta Shena pada Kaisar, dan dengan cepat Kaisar menyuapi Shena. Membuat beberapa pasang mata, ingin menendang empat orang ini keluar dari rombongan.

"Heh! Gue peringatkan ya buat Lo semua, manusia-manusia yang punya kekasih disini. Bumi ini bukan cuma punya Lo berdua!" Sentak Jef yang mulai tersulut emosi.

Dewa pun tersenyum jahil, dan ikut menyuapi Aluna. "Lun, enak kan. Apalagi bekas suapan gue."

Aluna yang ingin memperkeruh suasana, malah mengangguk dan tersenyum bahagia. "Enak banget, kayaknya tangan Lo tuh mengandung micin gitu, jadi semur jengkol rasanya rendang ayam."

"Anjing Lo semua!" Jef mengumpat, dia mengambil sepiring nasi dan membawa nya masuk ke dalam rumah, Jef duduk di sofa depan TV dan makan disana.

Pintu tiba-tiba terbuka, dan memperlihatkan Bella bersama Silvia disana. Dan, di belakang mereka Vidia terlihat mengekor.

"Mana yang lain?" tanya Vidia pada Jef.

"Di belakang," jawabnya.

Jef ingin lari sejauh-jauhnya, dan bersembunyi. Dia sudah memiliki janji pada Bella, dan dia tidak mau mengingkari nya.

"Ngapain Lo bertiga datang?" tanya Jef.

"Di suruh Kaisar, katanya kita di ajak ke pantai sekaligus mau ngomongin festival Oktober nanti."

Jef mengangguk mengerti, dan membulatkan bibir nya membentuk 'o'. Jef mengerti, semua ini hanya akal-akalan Ketua Ravens itu. Apakah Kaisar ingin menorehkan rasa sakit yang semakin mendalam di hati Jef, atau dia hanya berniat baik. Ingin memperbaiki hubungan Bella dengan Jef.

"Eh, Vid. Lo disini juga." Shena berlari kecil dan segera memeluk Vidia, seakan mereka sangat dekat sebelum nya. Vidia pun tersenyum dan membalas pelukan Shena.

"Hai, Bella!" Sapa Shena.

"Hai, Kak." Bella tersenyum memperlihatkan dua lesung pipi, juga giginya yang sangat rapi. Benar-benar membuat hati Jef gundah, melihat pemandangan itu.

Kaisar turun dari lantai atas, membawa satu helem berlogo kura-kura dan dua jaket berwarna hitam, satunya ia kenakan untuk dirinya sendiri dan satu nya lagi untuk Shena.

Semua orang kini berkumpul di ruang tengah, dan bersiap mendengar interupsi dari Kaisar. Leon tadi sudah meminta izin untuk membawa Alisa ikut bersama mereka, tentu saja Kaisar memberi izin. Terlebih gadis itu memiliki jasa yang begitu besar saat Kaisar berada di paskibra.

"Kita berangkat jam 8, untuk itu gue harap, kalian semua bawa motor. Kecuali, Dewa. Karena ke adaan nya belum sepenuhnya pulih." Kaisar menunjuk satu persatu anggota inti Ravens.

"Daniel sama Vidia, Jefrey dan Bella, Gery dan Silvia, Reno dan Talita, Dewa dan Aluna, Andra dan Alana, gue sama Shena," jelas Kaisar.

"Tapi, Alana nggak ada disini, Kak," ujar Aluna.

"Jemput," suruh Kaisar cepat. "Gak boleh ada yang protes!"

Jef hanya tertawa, menertawakan nasib nya juga luka yang tersayat di dalam hati nya. Begitu menyakitkan namun apa boleh buat, Kaisar tidak mengerti isi hati Jef, padahal dia ingin berteriak dan ingin mengatakan, bahwa dia ingin pergi bersama Bella, hanya ketika gadis itu benar-benar menjadi milik nya lagi.

"Berangkat," suruh Kaisar dan segera keluar dari markas. Disusul anggota Ravens yang lain.

Jef meletakkan piring yang semula ada di genggaman nya, dan berjalan ke arah loker untuk mengambil helem juga jaket nya, tidak lupa, Jef juga berjalan ke arah lemari coklat di sudut ruangan, untuk mengambil satu jaket, agar di kenakan oleh Bella.

"Nih." Jef menyerahkan jaket itu dan segera keluar dari markas.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang