63. Malam, Pantai & Shena.

470 32 0
                                    

Matahari hampir terbenam, Kaisar mengangkat sebelah tangan nya di udara dan membentuk setengah love, Shena ikut mengangkat tangan nya, dan menyatu dengan tangan Kaisar, membentuk hati yang sempurna. Shena memotret itu dan menjadi kan nya wallpaper.

"Sempurna," ujar Shena dengan tawa yang begitu indah, untuk Kaisar pandang. Bahkan, jika ia diberi waktu, mungkin sepanjang tahun, ia ingin memandangi tawa yang begitu indah tersebut.

"Kalau gue kapal, mungkin Lo adalah pelabuhan yang selalu gue tuju, Shen."

"Gombal terusssss...."

Kaisar lagi-lagi hanya bisa tertawa, Shena akan terus berkata seperti itu, ketika Kaisar berusaha mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya. Kaisar memeluk erat leher Shena, dan menyandarkan kepalanya disana.

****

Bella benar-benar merasa tidak nyaman, duduk dan bergabung bersama kakak kelas nya ini. Walaupun ada Talita dan Aluna yang sebenarnya seumuran dengan nya, tapi tetap saja. Mereka tidak saling kenal, bahkan Aluna dan Talita terlihat begitu akrab dengan anggota Ravens, berbeda dengan dirinya. Yang  sangat canggung, Bella menoleh ke belakang dan melihat Jef yang tertidur sangat lelah di hamparan pasir. Cowok itu benar-benar teguh pada janji nya, dia masih terus saja menghindar dan berusaha untuk tidak dekat dengan Bella.

"Hai," sapa Talita.

"Hai." Bella tersenyum canggung.

Talita menyerahkan satu kertas undangan kecil, berwarna pink dengan dekorasi ayam kecil-kecil, sangat lucu. "Lusa ulang tahun gue, gue harap Lo datang yah."

Bella diam sebentar, ia tidak tahu harus berkata apa. Beberapa detik kemudian, Bella menyerahkan kembali undangan itu pada Talita. "Maaf, tapi, gue gak bisa datang."

Talita menerima undangan itu dengan sedih, namun dia berusaha tersenyum dengan penolakan Bella. "Gak apa-apa kok, tapi gue nggak ada buat salah 'kan?"

Bella menggeleng, namun ia sangat terkejut ketika Jef datang dan mengambil undangan yang berada di tangan Talita. "Dia pasti datang kok, Thanks untuk undangan nya. Lo undang gue juga kan?"

Talita menarik ujung bibirnya, menciptakan lekungan yang begitu indah. "Itu untuk Lo berdua kok, kata Reno Lo berdua pacaran. Jadi, gue satuin aja undangan nya."

"Thanks," ucap Jef.

Talita tersenyum dan menyapa Bella, kemudian berlalu dari hadapan kedua remaja itu.

Jef segera melempar pelan undangan yang ada di tangan nya pada Bella. "Hargai perasaan orang lain."

Jef ingin segera pergi, namun panggilan Bella menahan langkah cowok itu.

"Jef!" Bella berjalan mendekat, dengan wajah nya yang penuh air mata. "Aku tahu aku salah, tapi, tolong ngerti keadaan ku."

Jef berbalik untuk melihat wajah Bella lebih jelas, dia pun tersenyum terpaksa, seolah tidak terjadi apa-apa. "Gue kurang mengerti apa lagi? Lo minta gue buat menjauh, Lo minta gue buat gak pernah nunjukin muka gue di depan Lo lagi. Dan, gue menuruti itu semua. Gue kurang mengerti di bagian mana? Oh gue tahu, Lo minta gue buat jauhin Lo, tapi Lo masih berharap gue ngejar Lo kan? Lo berharap gue nangis-nangis dan minta Lo tetap bertahan. Lo merasa tersakiti, apa Lo sadar, gue jauh lebih sakit, disini."

"Jef."

"Bel, udah," mohon Jef. "Maaf untuk kelancangan teman-teman gue hari ini, dan Lo perlu tahu satu hal, gue berusaha keras untuk melupakan Lo, walaupun gagal. Setidaknya gue bakal terus berusaha, Lo nggak perlu khawatir untuk itu. Kita atur jalan kita masing-masing, sesuai dengan apa yang pernah kita janjikan."

Jef ingin pergi, namun ntah darimana Kaisar tiba-tiba datang, dan menghalanginya kepergian Jef. Kaisar mendorong Jef agar lebih dekat dengan Bella.

"Lo nggak perlu mengatur apapun, Sar. Gue bisa mengatasi hubungan gue."

"Nggak." Kaisar mengelak. "Emang Lo kira gue mau ngapain? Gue cuma mau Lo lihat, kalau perempuan di belakang Lo itu, menangis sekarang. Cuma itu."

****

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Para anggota Ravens kembali ke rumah mereka masing-masing, Kaisar dan Shena singgah sebentar di sebuah Gramedia, Shena bahkan bingung, kenapa Kaisar mengajak nya malam-malam kesini. Padahal, Shena rasanya ingin istirahat dan langsung tidur.

"Mau ngapain, Kai?" tanya Shena dan segera turun dari motor.

Kaisar tersenyum, dan mencubit pelan pipi kanan Shena, yang sedikit terangkat akibat cewek itu cemberut. "Bentar yah, Oktober ini Alana ikut olimpiade. Gue mau beli buku buat dia."

Shena tersenyum bangga mendengar penjelasan pacarnya ini, padahal pada festival Oktober nanti, sekolah Alana tentunya menjadi rival Visiona, namun Kaisar masih tetap memberi dukungan pada adik angkatnya itu.

"Ayo gue temenin." Shena menggandeng tangan Kaisar, dan mulai melangkah masuk ke dalam Gramedia.

Kaisar dan Shena berjalan di sebuah lorong yang berisi buku kisi-kisi olimpiade. Kaisar memilih tiga buku matematika, dan kemudian berjalan ke arah lorong yang berisi novel. Cowok itu memilih beberapa novel keluaran terbaru.

"Lo mau juga?" tanya Kaisar pada Shena yang tampak membaca blurb salah satu novel.

"Kayaknya seru, gue ini aja deh." Shena menyerahkan satu novel yang ia pegang pada Kaisar, untuk dibayar pacar nya itu.

Setelah selesai membayar, Kaisar dan Shena keluar dari Gramedia dan langsung pergi menuju markas. Agar Shena bisa istirahat lebih dulu, setelah memastikan Shena tidur, Kaisar mengeluarkan novel pilihan Shena, dan meletakkan nya di atas meja. Kemudian Kaisar keluar dari markas menuju rumah Alana.

Rumah Alana memang sudah di kunci, namun ibu gadis itu, memang memberikan satu kunci cadangan, manatau anggota Ravens ingin datang tiba-tiba, mereka dengan mudah membuka rumah.

Sesampainya di gerbang, Kaisar mematikan mesin motornya dan mendorong motor itu masuk ke dalam gerbang kemudian mengunci nya lagi. Kaisar masuk dengan hati-hati ke dalam rumah, layaknya seorang pencuri. Dia hanya tidak mau membangun kan orang-orang di dalam rumah ini, Kaisar tersenyum kecil ketika melihat Dewa yang tertidur di sofa. Ternyata cowok itu menginap disini.

Kaisar segera melangkah ke lantai dua, dan berjalan hati-hati ke dalam kamar Alana. Kamar itu ternyata sangat terang, Kaisar mengingat satu hal, adik kembar Poltak memang takut gelap. Kaisar berjalan pelan ke arah sebuah meja, dan meletakkan 3 buku olimpiade juga dua novel yang telah ia beli, namun, fokus Kaisar beralih ke salah satu nota kecil yang sepertinya di tulis oleh Alana.

5 impian ajaib Alana.

1. Kuliah di Australia
2. Belajar masak
3. Belajar nyetir
4. Bangun makam untuk bapak
5. Pesta sweetseventeen

Kaisar tersenyum kecil, kemudian menoleh pada Alana yang terlihat tidur pulas. Kaisar mendekat dan duduk di tepi ranjang, dan perlahan mengelus pelan rambut Alana. "Jangan khawatir, kakak akan mengabulkan semuanya."

Setelah mengatakan itu, Kaisar kembali turun dan segera melangkah pergi, meninggalkan kediaman Alana. Malam ini, Kaisar memilih untuk menginap di rumah nya saja.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang