41. Persahabatan

557 36 0
                                    

Anggota Ravens sudah kembali dari penjara, mereka membawa ibu dan kedua adik Poltak ke sebuah rumah tingkat dua dengan fasilitas yang tidak main-main, rumah itu adalah pemberian seluruh anggota Ravens yang jumlah nya lebih dari 300 orang. Tidak hanya itu, Dewa juga memberikan dua mobil kepada kedua adik kembar Poltak. Kaisar juga sudah memberikan satu buku tabungan yang berisi uang 150 juta. Dan setiap bulan nya, semua anggota Ravens akan mengirim ke rekening itu.

Andra, Reno dan Gery memberi hadiah sebuah toko roti untuk ibu Poltak kelola. Karena dia juga pasti jengah jika tidak berbuat apa-apa. Shena memberikan banyak sekali pakaian mewah untuk kedua adik kembar Poltak, di ikuti Vidia dengan memberikan handphone. Talita tidak tahu apa lagi yang harus ia beri, pasalnya semua anggota Ravens sudah memberikan yang ibu dan dua gadis itu butuhkan. Mungkin membantu beres-beres rumah sudah cukup, pikir nya.

Malam hari ke tujuh anggota Ravens berkumpul di belakang rumah Poltak. Mereka memanggang ikan sembari berenang di kolam, mereka sudah berjanji bahwa selama tujuh hari kedepan mereka akan menginap dan menemani keluarga Poltak disini, akan sedikit berbahaya jika mereka tinggal bertiga dengan kondisi yang belum sepenuhnya aman.

"Btw kalian kelas berapa?" tanya Andra pada adik kembar Poltak.

"1 SMA," jawabnya bersamaan.

"Sama dong," balas Talita ceplas-ceplos yang mendapat pukulan pelan dari Reno.

"Nama kalian?" Kini Jef yang bertanya.

"Alana."

"Aku Aluna."

"Keren!" Puji Andra.

"Ngomong-ngomong, apa sih yang terjadi malam itu? Kenapa Abang gue bisa melakukan hal itu." Aluna bertanya dan menatap tujuh pria yang berada di kolam berenang.

Mereka bertujuh saling pandang, hingga pandangan terakhir jatuh pada Kaisar. "Lo nggak perlu tahu, terkadang kita memang harus pura-pura tidak tahu, untuk menjaga rasa sakit."

Aluna hanya mengangguk lemah dan tidak menghiraukan jawaban ambigu Kaisar.

"Menurut Lo, sosok Poltak tuh gimana sih?" Kini Talita bersuara.

"Dih, sok wawancara banget Lo!" Cibir Reno.

"Apaan sih Lo, dari kemarin sensi banget." Talita balik mencibir.

"Tunggu," cegah Andra. "Sebelum Aluna jawab, gue mau kasih Lo pertanyaan, Ren. Lo nemuin perempuan ini dimana sih? Dari kemarin dia ngekor kita terus."

"Salahin temen Lo tuh, dia nyulik gue. Sampe sekarang gue nggak dibalikin lagi," ungkap Talita pada Andra.

"Eh tutup panci, ngadi-ngadi Lo. Lo kira gue legowo gitu di mesumin sama cewek cabul kayak Lo!" Reno mengelak tuduhan Talita.

Talita mengarah kan tangan nya di udara, mengarah kan dua telapak tangan yang ia kuncup untuk saling bertemu, seolah memperagakan simbol berciuman. "Dimana-mana yang mesum itu cowok! Gue cium Lo juga karena terpaksa, Kelles! Lo kira gue sudi gitu nyium cowok bau ikan asin kayak Lo."

"Anjing Lo!" Reno mengumpat.

"Udah-udah!" Daniel melerai. "Nama Lo Talita, asal SMA tunas Bangsa, selamat datang di dunia Ravens."

Talita bergeser menjauh dari hadapan Reno. "Nggak mau gue deket-deket sama Lo!"

"Gue juga ogah!" Balas Reno tak kalah nyolot.

Aluna dan Alana tertawa melihat interaksi teman-teman kakak nya. Aluna jadi sadar, kenapa kakak nya begitu memperjuangkan teman-teman nya selama ini, bahkan ia rela tak pulang berhari-hari. Karena ternyata memang se asik ini berada di dekat mereka.

"Kalian SMA dimana?" tanya Andra lagi.

"Negeri, Kak," balas Alana.

"Mulai hari ini, Lo berdua jadi adik kami. Kalau Lo butuh sesuatu, Lo telfon kami aja," kata Dewa.

"Dilarang jatuh cinta!" Peringat Andra pada Dewa.

"Dih, yakali gue pacaran sama bocah begini!" Dewa pun mengelak.

"Heh, gue bukan bocah lagi yah. Gue udah SMA." Aluna menolak dengan tegas cibiran Dewa, yang mengatakan dirinya seorang bocah.

Dewa menepuk-nepuk gemas puncak kepala Alana. "Udah nggak usah sedih, besok tamat sekolah langsung abang nikahin."

"Nah kan, mulai. Melenceng dari misi." Andra pun tak habis pikir.

Kaisar duduk di sudut kolam berenang, menemani Shena dan Vidia yang membakar ikan. Dari kejauhan mata Kaisar tidak pernah berkedip, menyaksikan pahatan Tuhan yang begitu sempurna dari fisik Shena, bukan hanya fisik melainkan hati nya.

"Lo masih yakin, nggak ada rasa apapun buat, Daniel?" tanya Shena sedikit berbisik pada Vidia.

Vidia menggeleng mantap. "Hampa, Shen. Nggak ada apapun lagi untuk dia."

"Tapi, kasihan dia, Vid. Dia berharap banyak."

"Gue udah tunangan, Shen. Mungkin setelah lulus gue menikah."

Shena terkejut mendengar itu, memang Shena tidak pernah dekat dengan Vidia. Walaupun keduanya berada di organisasi yang sama, bahkan ketika rapat mereka terlihat begitu dekat, namun setelah nya seperti dua orang yang saling tidak mengenal.

"Selamat yah," ucap Shena tulus.

Vidia menunduk, entah itu cara nya mengungkapkan kebahagiaan atau malah sebaliknya, Shena tidak terlalu paham mengenai ekspresi orang lain. "Makasih, Shen. Kehadiran Ravens buat gue merasa lebih baik, masa SMA yang indah. Karena, setelah ini. Gue akan jadi istri orang, dan kita semua mungkin nggak akan pernah bisa kumpul begini lagi."

Shena memandang Kaisar yang kini tengah sibuk memperbaiki letak kursi di pinggiran kolam. "Lo percaya nggak, gue jatuh cinta?"

Vidia tertawa mendengar pertanyaan Shena itu. "Percaya, bahkan untuk pertama kalinya gue lihat lo sebucin itu."

"Dia beda, Vid."

"Lo tahu darimana dia beda? Beda dengan siapa? Gue bahkan nggak pernah liat Lo dekat dengan siapapun," timpal Vidia.

"Karena itu gue merasa dia beda. Dia lebih sempurna dari yang gue bayangkan, yang awalnya gue benar-benar benci sama dia, dan sekarang dia berhasil buat gue jatuh cinta se hebat ini."

"Selamat berlayar yah, Shen. Gue percaya cinta kalian abadi," puji Vidia namun dengan raut sedih, dia bahkan pernah bermimpi untuk abadi bersama orang yang ia cintai. Namun, takdir berkata lain. Sekarang, ia harus menikmati pahitnya ikatan pernikahan.

"Gue takut masa lalu Kaisar balik lagi, dia bahkan belum cerita apapun tentang perempuan itu. Yah, walaupun gue cukup sadar diri. Gue bukan siapa-siapa."

"Ikut nimbrung dong!" Pinta Talita dan duduk di antara Shena dan Vidia.

"Hai," sapa Shena.

"Lo lucu deh!" Puji Vidia melihat Talita yang cemberut.

"Tau ah kesel banget. Gue mau pulang!" Keluh Talita.

Shena tertawa dan merangkul cewek cantik yang disebelah nya itu. "Kenapa buru-buru? Lo nggak nyaman sama kami?"

Talita menggeleng. "Gue nyaman banget malah, tapi gue kesel sama Reno. Dia yang bawa gue kesini, tapi apa? Dia nyebelin banget."

"Nggak boleh gitu, nanti ujung-ujungnya jadi cinta!" Peringat Vidia.

"Dih ogah." Talita menolak.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang