20. Ravens menjadi nyata

563 41 1
                                    

Semalaman Shena berpikir tentang Kaisar lagi. Sikap baik nya dan segala tentang pria itu. Apakah Shena salah sudah melibatkan perasaan nya lebih jauh, apalagi ketika Kaisar begitu buru-buru pulang setelah mengangkat telfon. Memang nya siapa perempuan itu, apakah Shena lebih baik menjauh saja demi keamanan hatinya.

Pagi sekali Shena berangkat ke sekolah dengan terburu-buru, Shena tidak mau lagi berurusan lebih jauh dengan Kaisar. Dan Shena sudah sangat yakin dengan keputusan itu.

"Selamat pagi, Pa. Shena udah buatin papa sarapan dan kopi di meja makan ya. Shena mau berangkat."

"Tumben cepet banget, kamu nggak nunggu Kaisar, Shen?" tanya Ayah Shena, Hendra.

Shena menggeleng. "Di luar mendung banget, Pa. Kai pasti bawa motor, Shena takut kehujanan. Yaudah Shena berangkat yah."

Hendra mengecup singkat kening putri semata wayangnya. "Hati-hati sayang, papa juga berangkat ke kantor."

Di perjalanan Shena sangat gugup, apa kali ini dia benar-benar akan menjauh lagi dari Kaisar. Hujan turun begitu deras, Shena ingin membuka agenda OSIS hari ini namun sial nya laptop perempuan itu malah tertinggal di rumah.

"Pak Adi bisa tolong kita balik ke rumah dulu nggak, laptop saya ketinggalan."

Pak Adi mengecek jam tangan nya. "Oh bisa kok, Non."

Mobil yang di kendarai pak Adi berbalik lagi, namun kini melewati gang-gang sempit supaya lebih cepat sampai.

Dari kejauhan Shena melihat seorang pria yang tampak memutar motor nya di tengah derasnya air hujan, dia adalah Kaisar. Shena turun dari mobil dan membawa payung.

"Kai."

Kaisar menatap tajam ke arah Shena. "Lo perlu belajar lebih banyak menghargai usaha orang lain."

Kaisar pergi meninggalkan pekarangan rumah Shena dengan seragam yang sudah basah kuyup. Shena ingin memanggil Kaisar dan meminta maaf, namun pria itu sudah lebih dulu pergi.

****

Kaisar sudah sampai di sekolah menggunakan mobil tua berwarna merah milik sang ayah. Karena setelah dari rumah Shena Kaisar kembali lagi ke rumah nya untuk mengganti seragam, namun hujan deras pun belum juga surut, jadi Kaisar memilih untuk membawa mobil saja. Kini Kaisar dan geng Ravens berkumpul di warung mas bro.

Kini warung mas bro tidak lagi di isi oleh para cleaning service dan satpam, tapi juga anggota Ravens yang jumlah nya sudah semakin banyak dengan kegiatan mereka masing-masing.

Leon membawa dua bungkus rokok dan menyerahkan nya pada anggota inti Ravens.

"Acara tujuh belas Agustus udah dekat, gimana persiapan paskib, bor?" tanya Reno pada Kaisar.

"Lancar."

"Oh iya nanti kita ikut acara apa aja bang disana?" tanya Leon.

"Semua acara, Le. Lo bisa pimpin bulu tangkis kan?" tanya Reno.

"Bisa bang."

"Bagus."

"Kita udah izin ke OSIS?" tanya Leon lagi.

"Kita nggak butuh izin mereka," jawab Kaisar tegas.

Handphone Kaisar berdering membuat semua orang fokus ke arah nya. Kaisar mengangkat telfon itu namun tidak sengaja memencet loadspeaker.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang