Anggota Ravens sudah sampai di gedung olah raga yang berada di tengah kota. Mereka sebenarnya ingin memakai jaket kebesaran mereka yaitu, jaket hitam dengan lambang gagak di lengan nya. Namun pihak OSIS melarang, karena mereka membawa nama Visiona jadi mereka harus memakai jas biru tua, jas yang menandakan bahwa mereka berasal dari SMA Visiona.
Anggota Ravens memasuki gedung dengan Kaisar yang memimpin langkah mereka. Semua pasang mata menatap kagum ke arah Kaisar, wajah tampan pria itu mampu memikat setiap wanita yang memandang nya. Kaisar mendaftarkan sekolah mereka ke arah meja panitia, semua orang di meja tersebut sedikit kaget ketika melihat kehadiran SMA Visiona disana, terlebih kehadiran mereka tidak di dampingi oleh ketua yayasan. Mereka datang bersama anggota OSIS dan beberapa guru.
"Elgafri, ingat jangan membuat masalah disini!" Peringat Bu Gayatri yang mendapat amanah dari ketua yayasan untuk menemani geng Ravens dalam acara ini.
"Ya elah Bu, nggak percaya banget sih sama kita," sela Daniel.
"Yaudah sana kalian ganti seragam dulu," suruh Bu Gayatri.
Ke lima Anggota Ravens mengangguk dan berjalan ke arah toilet untuk mengganti pakaian. Yang tersisa disana hanya Poltak dan Gery. Sedangkan Dewa, sejak Ravens pertama kali dibentuk dia memang sedang absen karena harus pergi ke luar negeri, ada urusan katanya.
"Waduh... Ada tetangga nih, welcome ya. Gimana nih rasanya menghirup udara bebas." Salah satu guru dari SMA Airlangga datang mendekat ke arah Bu Gayatri dan anak-anak OSIS yang ikut bersama nya.
Wanita dengan rambut ikal dan lipstik merah merona itu sedikit menyindir kedatangan SMA Visiona, karena selama ini SMA Visiona terpenjara di kediaman mereka, karena mendapat blacklist, yang membuat mereka tidak diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan apapun.
"Dengar-dengar katanya Visiona lagi banyak masalah yah? Kok kalian ikut pertandingan, selesaikan dulu gih masalah nya," kata guru itu lagi dengan wajah angkuh yang kentara.
"Tutup mulut, Ibu. Kita bisa buktikan siapa yang lebih unggul, lagi pula Airlangga nggak akan pernah bisa unggul, lihat aja bentukan guru nya," sindir Joel.
"Joel!" Peringat Bu Gayatri. "Nggak ada gunanya kita meladeni mereka, kita gak se level sama orang yang berbangga dengan kemenangan di atas kecurangan." Bu Gayatri tersenyum mengejek dan meninggalkan guru angkuh itu, kepergian Bu Gayatri di ikuti anggota OSIS dan juga Poltak dan Gery. Mereka semua memilih menunggu anggota Ravens di pinggiran podium, karena tidak ada kursi yang di sediakan pihak penyelenggara untuk mereka.
"Ibu pegel ya? Biar Shena carikan kursi ya, Bu."
Bu Gayatri menahan tahan Shena, ketika anak murid nya itu ingin segera pergi mencari kursi. "Tidak perlu, Shena. Ini adalah bentuk solidaritas untuk teman-teman kalian yang berjuang disana, ibu memilih berdiri bersama kalian saja." Bu Gayatri tersenyum dan memeluk Shena dari samping.
Dari kejauhan Kaisar melihat teman-teman nya hanya berdiri sedangkan sekolah lain di sediakan kursi yang sangat nyaman. Namun rasa benci itu luntur ketika melihat wajah tertawa Shena sembari memberikan semangat ke arah nya. Kaisar pikir Shena akan marah dengan keputusan Kaisar ini, ternyata gadis itu malah memberikan semangat kepadanya.
"Jangan berharap banyak, kita nggak akan menang," kata Bu Gayatri mengingatkan namun dengan senyuman yang indah.
"Setidaknya kita akan selalu menang di mata Visiona, Bu. Jadi kita harus tetap semangat dan tersenyum aja," jawab Vidia yang dibalas anggukan oleh semua orang yang disana.
Perkataan Vidia benar, Bu Gayatri begitu semangat menyoraki Visiona yang sedang berjuang di tengah lapangan. Walaupun mereka tidak di perlakukan dengan adil disini, bahkan seorang guru seperti Bu Gayatri pun tidak di sediakan kursi. Namun semua itu tidak menyurutkan semangat mereka, Bu Gayatri memeluk Shena di tangan kanan nya dan Vidia di tangan kiri nya. Ketiga wanita itu sesekali bersorak dan menyemangati sekolah mereka, tidak jarang juga mereka membuat yel-yel sampai melompat-lompat.
Pertandingan berlangsung sangat tegang, karena untuk pertama kalinya seluruh SMA di kota Jakarta melihat kehadiran SMA Visiona. Terlebih utusan sekolah itu yang tidak main-main, paras tampan dan cara mereka bermain membuat para suporter terkadang lupa menyoraki sekolah mereka masing-masing, mereka malah membantu menyoraki SMA Visiona.
Shena untuk kesekian kalinya terpesona melihat wajah tampan Kaisar, terlebih ketika peluh keringat melintasi wajah tampan pria itu. Caranya berlari, tatapan matanya, teriakan nya. Shena benar-benar mengagumi semua itu, tapi Shena pun tidak yakin. Apakah ia benar-benar hanya sekedar mengagumi sosok Kaisar.
Shena melihat sekeliling nya, begitu banyak para gadis yang dengan terang-terangan memuji ketampanan Kaisar, mereka juga diam-diam memotret pria itu. Apakah Shena cemburu, sepertinya tidak. Shena hanya merasa mereka terlalu berisik, Shena memilih kembali fokus pada tim Visiona dan memberi semangat pada para lelaki itu.
"Yeeee!" Shena, Vidia dan Bu Gayatri bersorak senang ketika SMA Visiona berhasil mengalahkan SMA Bina Nusantara, walaupun ini kemenangan sementara karena masih ada tahap final, tapi setidak nya tim mereka berhasil menggeser salah satu lawan pagi ini.
"Daniel semangat!" Teriak Vidia dari atas, Daniel yang melihat itu jelas terkejut, untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan ia mendengar suara Vidia lagi.
Jef menunjuk ke arah pinggiran tempat duduk para penonton, dimana Vidia berdiri dan sesekali melompat girang. "Vidia, kasih semangat buat Lo. Harus nya Lo lebih semangat lagi."
Vidia membentuk love yang besar dengan kedua tangannya, membuat Daniel tersenyum ke arah gadis itu, senyuman Vidia benar-benar membakar semangat Daniel, hingga ia beberapa kali berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Shena, Vidia dan Bu Gayatri turun dari tempat mereka dan menemui anggota Ravens di pinggiran lapangan. Shena membagikan mereka handuk kecil juga beberapa air minum.
"Keren!" Puji Bu Gayatri.
"Sekarang Bu Gayatri percaya sama Ravens nggak?" Goda Jef.
Bu Gayatri pun menggeleng. "Sebelum kalian bisa mengalahkan SMA Airlangga, ibu nggak percaya sama geng kalian itu."
"Ya elah Bu, kecil itu mah." Reno menyahut.
"Mana bestie gue woii!" Jef celingukan ketika tidak melihat kehadiran Gery bersama Bu Gayatri, ternyata pria kaku itu malah asik duduk sembari bermain ponsel di salah satu kursi panitia.
"Anjing Gery, anteng banget dia." Semua pasang mata kini beralih menatap Gery yang ternyata tidak sesuai dengan alibi mereka.
Pria itu tampak sesekali memperhatikan panitia dan beberapa kali juga protes memperlihatkan ponsel nya. Ternyata Gery sedang memantau para panitia agar tidak ada kecurangan pada point yang di dapat Visiona, Gery memilih untuk menemui teman-temannya di lapangan.
Pria itu tersenyum sinis. "Kita di curangi dua point."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Подростковая литератураIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...