62. Shena itu indah

509 32 0
                                    

Kini lebih dari 300 orang anggota Ravens berkumpul di pantai, bersama dengan pasangan mereka masing-masing. Shena membantu Vidia untuk membersihkan ikan. Sedangkan Kaisar, dia memilih untuk duduk dibawah pohon kelapa, dan menyendiri disana.

Semua orang begitu bahagia hari ini, ada yang bermain voli, berenang, dll. Kaisar sengaja melakukan nya, karena 5 Oktober nanti, semua anggota Ravens akan berperang.

"Sar." Jef, Daniel dan Gery datang mendekat, dan duduk berjejer bersama Kaisar.

"Lo udah benar-benar yakin kali ini?" Gery bertanya.

Dengan yakin Kaisar mengangguk. "Sangat yakin."

Jef tersenyum ketika angin datang begitu lembut. "Gue rasanya gak mau kita pisah lagi, gue mau kita semua tetap di jakarta dan melanjutkan kuliah kita disini."

Daniel mengangguk setuju. "Ntar ciwi-ciwi pada teriak tuh, kalau kita ber empat lewat."

"Setiap orang ada masanya, mungkin Lo bakal tetap dapat sahabat yang lebih menyenangkan dari kami, kalaupun Lo kuliah di tempat lain," kata Gery.

Jef menggeleng dan beralih memeluk Kaisar dengan manja. "Kita kan tetangga Cok, yakali pisah-pisah. Bestie sejak kecil."

Kaisar dengan kasar mendorong Jef, agar berhenti memeluk nya. "Gue harus pulang ke Surabaya."

Mendengar itu, sontak ke tiga sahabat Kaisar menatap nya serius. Daniel pun menggeleng. "Lo mau ninggalin kami lagi, Sar. Yang butuh Lo, bukan cuma nyokap Lo. Lo dari kecil tinggal sama dia, sekarang giliran bokap Lo, Lo harus nemenin dia."

Kaisar pun tersenyum kecut. "Anak broken home memang gini ya, kita selalu di paksa untuk memilih."

"Gini aja deh." Jef mencoba memberi jalan tengah. "Gimana kalau kita bujuk aja nyokap Lo, manatau dia mau rujuk lagi, toh, om Johan juga udah kaya sekarang."

"Dia udah nikah lagi," balas Kaisar.

"Mudah, tinggal cerai," tambah Daniel.

"Gak semudah itu," Gery mengingat kan.

"Mudah, serahin aja sama kami. Kita lakuin sama-sama," tutur Jef yang di balas anggukan oleh Daniel.

"Gimana caranya?" Tanya Kaisar.

"Sok bego banget Lo, Lo bisa mempersatukan kisah cinta orang lain, masa mempersatukan orang tua Lo aja gak bisa," cibir Daniel.

"Bangsat!"

****

Reno sedang mempersiapkan api bersama Silvia dan Vidia. Namun, mata cowok itu malah menatap Talita dan Shena yang sedang memberi bumbu kepada ikan. Siapa yang sebenarnya ia suka sekarang, Shena atau Talita? Apakah perasaan nya pada Talita, hanya sekedar nyaman.

"Lo suka sama dia?" tanya Silvia tiba-tiba.

"Dih, yakali gue suka sama dia." Reno berusaha mengelak.

"Dari tadi Lo liat dia terus!" Vidia menambah kan.

"Gue liat Shena kali, bukan liat dia."

"Ngapain Lo liatin Shena terus?" Kaisar tiba-tiba datang dan berdiri tepat di hadapan tiga remaja itu.

Reno meneguk dengan susah payah Saliva nya. Tolong kepada Dewa Siwa, cabut saja nyawa Reno sekarang. "Kenapa sih pak ketua sensi banget, orang liat sekilas doang."

"Nggak, gue sama Silvia liat kali, Lo natap ke arah Shena lama banget." Vidia malah semakin mengompori.

Reno melotot. "Danieelll!! Tarik nih cewek lu, mulut nya lemes banget!" Reno berteriak.

Setelah ikan selesai di panggang, para anggota Ravens menikmati makan mereka dengan posisi masing-masing. Dan, anggota inti Ravens duduk melingkar bersama pasangan mereka masing-masing.

"Sekarang udah bisa makan sambil ngumpul ya, Jef. Soalnya ada neng Bella," ungkap Dewa tampa melihat tatapan mata Jef, yang sudah merah nyalang.

"Neng Bella jangan risih ya, begini lah keadaan penangkaran buaya di Ravens," tutur Andra, membuat Bibir Bella tertarik, menciptakan lekungan yang begitu mempesona, terlebih lesung pipi nya yang begitu cantik.

"Untuk olimpiade nanti, Lo masih mau kan, Bell. Mewakilkan sekolah kita?" tanya Shena hati-hati, pasalnya, kejadian Agustus kemarin. Malah membuat Bella harus di rawat di rumah sakit.

Bella mengangguk yakin. "Untuk Visiona apa sih yang nggak," katanya mengundang riuh tepuk tangan dari para anggota Ravens yang lain.

"Kalau Lo merasa terpaksa gak papa, Shena masih bisa cari orang lain," ucap Jef dengan nada sangat pelan.

"Bella aja mau, biasa lah Bell, lagi cari topik," celetuk Reno membuat Jef menutup mata rapat-rapat, dan tersenyum palsu.

"Lo takut banget Bella gak nyaman." Kini sumber suara berasal dari Kaisar, membuat darah Jef semakin mendidih lagi, disisi lain Daniel hanya diam dan menonton. Dirinya tidak mau jadi tumbal selanjutnya.

"Begini ya teman-teman semuanya, wajar aja dong Jef takut Bella gak nyaman. Kan, kesayangan nya." Shena tertawa yang di balas senyuman palsu Jef, namun, Bella malah ikut tertawa yang membuat hati Jef mendadak adem.

"Cocok banget kalian berdua, gumushh..." Talita menautkan kedua tangannya, dan membentuk finger heart.


"Semua aja dah cocok menurut Lo!" ucap Jef ketus.

"Emang cocok kok." Reno menimpali.

Jef menarik nafas dalam-dalam, dan melempar Reno dengan tulang ikan di tangan nya. "Urus aja hubungan Lo berdua!"

"Udah di urus kan, Sayang?" tanya Talita dengan wajah yang di imut-imutkan, membuat Jef jijik, dan rasa jijik nya semakin bertambah, kala Reno mengangguk dan menguyel-nguyel pipi Talita.

Acara makan-makan sudah selesai, Kaisar juga sudah menjelaskan tugas-tugas dari anggota nya. Kini dia berjalan di hamparan pasir bersama Shena.

Dari kejauhan Kaisar melihat satu anak kura-kura yang berjalan mendekat ke arah mereka, Kaisar menyentuh kura-kura itu, dan mengangkat nya.

"Lo suka kura-kura?" tanya Shena.

Kaisar mengangguk, kemudian tersenyum sembari mengelus tempurung kura-kura itu.

Shena tersenyum senang. "Akhirnya, kita punya kesamaan juga."

"Bahkan kalau bisa, gue mau menyukai semua yang lo suka."

Shena tiba-tiba mengingat sesuatu, tentang panggung musik Agustus kemarin. "Agustus kemarin, gue nyanyi sendiri. Kali ini, nyanyi bareng gue, ya," pinta Shena.

Kaisar mengangguk. "Minta apapun yang buat Lo bahagia, Shen. Sebutkan apa lagi yang Lo mau?"

"Jangan jauh-jauh," minta Shena.

"Kalau gue di Surabaya, gimana?"

Shena pun cemberut mendengar itu. "Jauh sih, tapi, kalau mengenai pendidikan. Gue rasa, kita memang gak boleh egois. Lo berhak mengejar cita-cita Lo sejauh mungkin, tapi, Kai."

"Tapi?"

Shena memeluk Kaisar erat, dan bulir-bulir air mata jatuh kembali. "Gue punya cita-cita besar, Kai."

"Apa itu?"

"Gue mau mewujudkan mimpi gue di Korea."

Kaisar menggeleng. "Korea Utara? Jangan, Bahaya. Gue gak mau Lo di culik lagi."

Shena memukul pelan dada Kaisar. "Gue serius."

Kaisar tertawa dan memeluk Shena lagi. "Kejar cita-cita Lo sejauh mungkin, gue bakal tetap disini, menjadi orang pertama, yang selalu menunggu Lo pulang. Dan, jangan pernah lupa, rumah ini selalu menunggu pemilik nya datang." Kaisar menunjuk hati nya.

"Gue bakal tetap di jakarta, menjaga bokap Lo, sama seperti Lo selalu jaga bokap gue dulu," lanjut Kaisar.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang