2. Kota Jakarta

1.2K 87 59
                                    

Kaisar sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta. Mata pria itu menyapu setiap sudut yang ada pada bandara itu, setelah 10 tahun lamanya. Akhirnya Kaisar menghirup udara kota Jakarta lagi. Kaisar terus menatap layar ponsel nya, pria itu berjalan ke arah salah satu cafe di dekat sama, dan memesan satu kopi panas.

Kaisar menekan satu panggilan dengan nama 'papa' disana. Sebenarnya nomor itu sudah Kaisar simpan sejak dua bulan yang lalu, namun Kaisar tidak memiliki keberanian untuk menelfon. Ntah rasa takut atau rasa malu, Kaisar tidak mengerti sama sekali.

Kaisar mencoba menelpon beberapa kali, namun  tidak di angkat, hingga panggilan terakhir di terima oleh ayah Kaisar.

"Halo," katanya di seberang telfon.

Kaisar tidak kuasa menahan tangis nya ketika mendengar suara berat itu. Kaisar tidak bohong, dia memang sangat merindukan ayah nya. Terutama suara yang sudah sepuluh tahun tidak ia dengar. Kaisar rindu sekali suara itu memanggil namanya.

"Pa." Suara Kaisar sangat bergetar menyebut kan panggilan itu.

"Kaisar." Terdengar suara pelan di sertai dengan tangis dari seberang telfon, Kaisar tahu bahwa ayah nya sangat merindukan dia selama ini, namun ibu Kaisar selalu menutup jalan untuk sang ayah bertemu dengan Kaisar.

"Kaisar, ini kamu?"

Kaisar menarik nafas dalam-dalam. "Ini anak Papa."

Tangis ayah Kaisar pecah saat itu juga. Dia bahkan terus-menerus merapal kan doa. Dia begitu sangat merindukan Kaisar.

"Kaisar, gimana kabar kamu sekarang?" Terdengar suara yang bergetar dari balik telfon.

"Jemput Kaisar di cafe Batavia, nggak jauh dari bandara, Pa. Kaisar di jakarta sekarang."

Kaisar segera mematikan sambungan telfon. Pemuda itu mengusap wajahnya kasar. Se berat itu kah kisah yang harus Kaisar jalani, bagaimana pertemuan pertamanya nanti. Bagaimana Kaisar harus berekspresi nanti nya, Kaisar benar-benar bingung.

Kaisar berjalan ke luar cafe dan memilih menunggu ayah nya disana. Dari kejauhan mata Kaisar menangkap kedatangan sebuah mobil tua berwarna merah. Kaisar masih sangat ingat betul, itu adalah mobil ayah nya. Bahkan mobil tua itu masih ayah Kaisar kenakan hingga saat ini. Padahal itu adalah mobil pemberian kakek Kaisar atas pernikahan ayah dan ibu nya. Namun, lihat lah sekarang bahkan kedua pasangan itu tidak mampu mempertahankan rumah tangga mereka. Dan yang tersisa hanya Kaisar dan mobil tua berwarna merah yang menjadi saksi bahwa kedua nya pernah menjalin kasih bersama.

Mobil merah itu sudah terparkir tepat di hadapan Kaisar. Dari dalam mobil se orang pria paruh baya terlihat keluar dari sana. Pria itu mengenakan kaos putih sederhana dengan celana keper berwarna hitam. Tidak ada perbedaan dengan sepuluh tahun yang lalu, sejak terakhir kali Kaisar melihat nya. Perlahan pria itu mendekat ke arah Kaisar dan menatap nya lekat.

"Pa!" Panggil Kaisar dan lantas memeluk ayah nya dengan penuh haru.

Pelukan Kaisar di sambut hangat oleh Johan, ayah nya. Tangis keduanya pecah saat itu juga. Mereka saling meluapkan rasa rindu yang telah tertahan sejak 10 tahun terakhir.

"Kaisar, maaf kan Papa." Kaisar hanya mengangguk lemah mendengar permintaan maaf dari sang ayah. Kenapa laki-laki itu harus meminta maaf, yang Kaisar tahu dia tidak memiliki salah apapun, bahkan Kaisar tahu semua ini adalah kesalahan ibu nya.

Johan mengusap satu persatu tubuh Kaisar, mulai dari wajah, kedu tangan hingga rambut anaknya itu. Air mata Jonas terus menetes, dia melewatkan 10 tahun pertumbuhan putra tunggalnya.

"Ayo kita pulang," ajak Johan.

Kaisar dan ayah nya sudah sampai di rumah. Kaisar tersenyum hangat ketika melihat rumah itu masih sama, pohon mangga yang dulu ia tanam bersama ayah nya, kini sudah tumbuh dan berbuah sangat lebat, bunga-bunga yang dulu mereka tanam di sekeliling rumah, kini sudah bertambah banyak lagi. Bentuk rumah tidak ada yang di rubah oleh ayah nya.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang