"Tuhan tolong hamba! Hamba belum kawin ya Allah." Reno berdiri di salah satu papan kayu yang mulai rapuh, kalau dia bergerak sedikit saja. Para geng Wolves bisa saja membunuh dirinya sekarang juga. Reno menahan nafas dalam-dalam, cowok itu masih berdiri dibalik satu tangga dan bertumpu pada satu papan kayu. Dari atas sana Reno bisa melihat Shena dan segala percakapan gadis itu dengan Dilon tadi.
Reno berjanji dalam hati, dia akan mengompori Kaisar dan mengatakan Shena di tampar oleh Dilon, hingga wajah perempuan itu merah dan lebam. Cowok itu pasti akan segera menghabisi Dilon.
Setelah kepergian dua pria yang berjaga dekat Shena. Reno segera turun dengan hati-hati dari persembunyiannya dan mendekati Shena.
"Reno....mhh..." Dengan cepat Reno membekap mulut Shena, karena ia sadar bahwa dua orang pria tadi belum pergi jauh.
"Kok Lo bisa disini?" tanya Shena dengan suara pelan.
Reno segera melepaskan ikatan pada tangan Shena juga kaki perempuan itu. "Nggak penting, sekarang kita harus keluar dari sini," ungkap nya.
"Tapi gimana? Nggak ada jendela disini?" Shena pun panik.
Reno menunjuk satu tangga yang mengarah ke atas loteng gudang, tempat darimana Reno datang. "Lo bisa manjat?"
Shena menggeleng tidak yakin. "Gue yakin, gue nggak akan kuat, Ren."
"Lo mau gue gendong?" Reno menatap Shena sangat lekat, memberi isyarat bahwa ia sungguh mengkhawatirkan gadis di hadapannya kini.
Shena ingin mengangguk namun dia tidak berani melakukan nya, bagaimana pun tubuh nya pasti sangat berat. Itu sama saja merepotkan Reno. "Kita tunggu yang lain aja," saran Shena.
Reno mendesis. "Gue nggak bermaksud apapun, Shen. Lo nggak denger ancaman Dilon tadi? Bahkan dia nggak segan buat bunuh Lo!"
"Gue yakin Kaisar pasti datang."
"Kaisar memang pasti datang," potong Reno. "Tapi, apa Lo yakin dia datang dengan selamat? Anggota Wolves mungkin akan ngepung Kaisar dan anggota Ravens yang lain kalau mereka masuk ke gedung ini!"
Shena menunduk sendu dan akhirnya mengangguk. Reno berjongkok di hadapan Shena dan meminta perempuan itu untuk naik ke atas punggung nya. Shena merobek sedikit rok nya, agar lebih leluasa. Setelah itu Shena naik ke atas punggung Reno, dan dengan cepat cowok itu berjalan pelan menaiki tangga. "Maaf, Reno," ucap Shena sangat tulus, dan terdengar begitu lembut pada indera pendengaran Reno.
Namun cowok itu menepis segala asumsi yang bersarang pada pikiran nya, dan fokus pada tujuan awal Ravens. Reno kembali menurun kan tubuh Shena ketika mereka sudah mencapai loteng, keduanya terduduk lemah di sebuah ruangan yang tinggi nya hanya 1 meter, mereka bahkan harus merangkak hati-hati untuk bergerak karena papan loteng yang mulai rapuh. Udara sangat lah panas disana, Shena bahkan melepas jas OSIS nya dan mengikat rambut menggunakan tali yang ia temui di dekat nya.
"Reno, Lo yakin kita bisa keluar dari sini dengan selamat?" Bisik Shena.
Reno mengangguk dan menoleh ke arah Shena, wajah perempuan itu kini terlihat lebih jelas ketika rambut indah bergelombang itu ia ikat. Dari jarak se dekat ini, Reno bisa melihat. Shena tidak lah se garang yang selama ini digambarkan siswa dan siswi Visiona, bulu mata lentik, kulit putih mulus dan juga lesung pipi yang menghiasi kedua sudut bibirnya. Satu lagi, perempuan itu memiliki gummy smile ketika ia tertawa. Dan semua itu sangat lah indah di indera penglihatan Reno. Bahkan ia bingung, kenapa hingga saat ini ia belum pernah melihat ada satu laki-laki yang meluluhkan ketua OSIS tersebut. Reno menggeleng, kenapa ia harus memikirkan Shena lebih jauh, bisa saja ia akan di bunuh oleh Kaisar.
Satu hal yang Reno pahami sekarang, kenapa Gery begitu mengagumi sosok Shena selama ini. Perempuan itu ternyata memiliki hati yang sangat lembut, tidak seperti yang ia perlihatkan selama ini. Shena juga memiliki banyak hal yang tidak gadis lain miliki, jika si kulkas 11 pintu seperti Gery saja begitu mengagumi Shena, apalagi sosok pisang Ambon seperti dirinya. Namun, mereka berdua kalah, oleh pesona Kaisar. Yang berhasil memenangkan hati Shena, walaupun hati pria itu tidak tahu akan berlabuh kemana.
"Lo nggak papa kan?" Shena menyentuh telapak tangan Reno yang terluka akibat berpegangan pada kawat duri.
Reno segera menarik tangan nya dari genggaman Shena, dia tidak mau perasaan aneh ini menjalar lebih jauh, karena wanita adalah salah satu penyebab dari banyak nya persahabatan antara lelaki hancur. Dan Reno begitu kagum pada sosok Gery, dia bisa bertahan melihat orang yang ia cintai bersama sahabatnya dan seolah tidak terjadi apa-apa. Dan Reno, sadar bahwa dia tidak se hebat Gery mengenai perasaan. Maka dari itu dia lebih memilih untuk menjaga jarak demi kenyamanan mereka bersama.
"Gue gak papa, Shen."
Shena merobek jas OSIS milik nya menggunakan kawat duri, dan membalut tangan Reno yang kini di lumuri darah. "Biar nggak infeksi," tutur Shena.
Siapa yang tidak kagum dengan sosok wanita ini? Dia lembut, dia perhatian dan dia juga wanita yang sangat cantik. Ah, Reno sangat benci suasana ini, suasana dimana dia tidak sanggup mengontrol perasaan dalam hati nya. "Kita harus keluar, Shen." Reno mengambil ponsel Talita dari saku celananya, dan menghidupkan senter dari ponsel dengan silikon hello Kity berwarna pink itu.
Perlahan Reno dan Shena bulai berjalan maju dengan merangkak hati-hati, sesekali suara loteng terdengar dari bawah. Namun, para geng Wolves berpikir bahwa itu hanya suara tikus. Di ujung loteng papan kayu terbuka lebar, karena telah di rusak oleh Reno saat dia masuk. Dari sana lah Reno dan Shena keluar. Mereka berjalan mengendap-endap, namun sial. Di luar geng Ravens sudah sampai lebih dulu dan berhadapan langsung dengan Dilon yang memegang belati.
"Mhhhh...." Reno membekap mulut Shena, karena perempuan itu ingin bersuara.
Shena tidak mau Kaisar terluka, dan dia juga tidak mau ada satu aspek pun yang berkurang dari tubuh cowok itu.
"Dia nggak akan kenapa-kenapa, lo ikut gue." Mengerti kondisi antara Ravens dan Wolves sekarang, Reno memanfaatkan kondisi ini dengan membawa Shena kabur ke arah mobil yang terparkir.
"Shena!" Vidia segera memeluk Shena dengan khawatir, Talita yang latah juga ingin memeluk namun ia sadar. Shena bahkan tidak mengenal dirinya, akward sekali jika ia tiba-tiba memeluk cewek itu.
"Ren Lo harus kesana bantu Kaisar!" Suruh Shena.
Reno tersenyum kecut. "Karena Lo yang minta." Reno segera berlari menyusul geng Ravens.
Ternyata menjadi Gery se menyakitkan ini, pikir Reno. Perasaan yang cowok itu sembunyi kan, tertutupi dengan wajah kaku nya. Bagaimana dengan Reno, apakah dia akan berhasil menyembunyikan perasaan nya kali ini.
"OMG," Talita berseru ketika melihat lutut Shena yang berdarah, rok gadis itu juga robek memperlihatkan paha mulus nya. "Lutut Lo berdarah, Kak!" Talita mengingat kan, sebenernya Talita sangat tidak tahan dengan bau darah.
Vidia segera mengeluarkan perban dari dalam tas nya, sebelum pergi ke sini Vidia memang meminta Daniel untuk singgah dulu di apotik. Karena ia tahu akan ada pertempuran disini.
"Tal, tolong ambil gunting di mobil!" Suruh Vidia, sebelum nya mereka memang sudah berkenalan.
"Oke," jawab Talita dan bergegas mengambil gunting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Teen FictionIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...