77. The End

729 38 0
                                    

Gery berdiri jauh dari keramaian, cowok itu berdiri di belakang rumah Kaisar. Sembari menatap tembok yang penuh lukisan, karya tangan sahabat nya itu. Kalau Shena menyalah kan Ravens, atas kematian Kaisar. Maka Gery, siapa yang harus ia salahkan disini. Takdirnya?

Gery menarik nafas dalam-dalam, kata ikhlas nyatanya tidak semudah itu untuk dilaksanakan. Gery kehilangan sahabat nya, Gery juga kehilangan sosok pemimpin bagi Ravens. Pemimpin yang selalu melihat dari segala sisi, sosok yang penuh tanggung jawab, dan begitu perhatian pada orang-orang disekitarnya.

"Gue harus bilang apa ke Poltak, Sar? Dengan cara apa gue menjelaskan ke anak-anak Ravens."

Gery berusaha keras agar air mata itu tidak jatuh. Namun, sial. Mata Gery tidak tahan menampung air mata yang sudah bertumpuk sejak kemarin.

Gery merasa hangat di punggung nya. Dia pun sadar, Jeffrey datang dan memeluk nya sangat erat. Dia tidak datang sendirian, ada Daniel bersama nya.

"Ini bohong kan, Ger? Dia gak mungkin ninggalin kita kan." Jeffrey tetap berusaha berpikir positif, bahwa Kaisar tidak akan pernah pergi meninggalkan mereka.

Gery hanya diam saja, dan mencoba untuk tetap tenang. Jika dia runtuh, maka sahabat-sahabat nya akan kehilangan tempat untuk mereka berlindung. Jeffrey akan kehilangan kekuatan nya, dan Daniel akan kehilangan separuh jiwa nya.

"Tolong pukul gue, Ger. Biar gue cepat sadar dari mimpi buruk ini," pinta Daniel.

"Bang, anggota Ravens dari luar sekolah udah pada kumpul. Kita bakal kasih penghormatan terakhir untuk ketua." Leon datang dan mengingat kan Gery.

Gery mengangguk, dan melangkah pergi bersama dengan Jeffrey juga Daniel.

Sesampainya di rumah, Gery begitu takut untuk menatap wajah kedua orang tua Kaisar. Terlebih ayah nya, pria paruh baya itu tidak henti-hentinya menangis dan memanggil Kaisar, berharap putra tunggalnya itu akan segera sadar.

"Hari ini, 12 Desember 2019. Ravens kehilangan pemimpin terhebat mereka, Visiona kehilangan perisai kebanggaan mereka. Dan, saya. Saya kehilangan sosok teman yang begitu berjasa dalam setiap alur kehidupan saya. Hari ini, saya sebagai wakil ketua Ravens dengan hormat, melepas Elgafri Kaisar Hugo. Jalan dalam damai pemimpin hebat kami, nggak ada satu pengorbanan pun yang akan luput dari ingatan setiap siswa dan siswi Visiona," ungkap Gery kemudian ia mundur kebelakang, berbaris bersama 5 anggota inti Ravens lain nya.

"Selamat jalan sayang. Kalau kehidupan kedua itu memang ada, mari hidup bersama sebagai dua orang yang saling mencintai lagi," lirih Shena sembari bersandar pada peti putih, dimana tubuh Kaisar sudah terbujur kaku.

"Sampai kan rindu ku pada Mama, Kai. Bilang ke dia, kalau hari ini putri kecilnya merasa hancur lagi, kehilangan lagi, dan butuh waktu untuk sembuh lagi. Dan, kali ini butuh waktu yang sangat panjang untuk sekedar sembuh, karena nggak mudah melewati hari tanpa kehadiran kamu. Sangat sulit bagiku untuk sekedar tersenyum setiap hari nya."

"Selamat jalan Elgafri Kaisar Hugo, sampai bertemu di kehidupan selanjutnya."

Dewa mendekat bersama Aluna, dan meletakkan satu bunga tulip berwarna kuning cerah. "Bahkan untuk sekedar mengucapkan selamat jalan pun, gue gak sanggup bang. Karena gue mau kita tetap jalan sama-sama. Bercanda sama-sama, gue mohon, tetap jadi Abang gue di kehidupan selanjutnya ya." Aluna menangis histeris di samping peti Kaisar, tangan nya terulur menyentuh tangan Abang angkat nya itu, yang kini sudah dibalut sarung tangan juga jas hitam.

Dewa mendekat dan merangkul Aluna, tubuh gadis itu bergetar hebat. Pertanda bahwa ia begitu berduka, dan tidak sanggup hanya untuk sekedar menatap wajah pucat kebiruan Kaisar. "Gue janji gue bakal jaga adik kita, Sar."

Dewa menutup kedua wajahnya dengan tangan, berharap orang-orang tidak akan melihat sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan. Walaupun akhirnya gagal juga. "Gue nggak tahu harus berkata terimakasih atau maaf, tapi, sekarang. Adel bisa pulih dan bisa hidup seperti gadis se usianya, Sar. Dan, sampai kapan pun gue nggak akan pernah lupa. Hati yang dibawa Adel, adalah milik Lo selamanya. Gue bingung, ini rasa bahagia atau berduka. Tapi, sampai kapan pun, Lo adalah sahabat terbaik yang pernah gue temui di dunia yang penuh kepalsuan ini."

Andra ikut mendekat, dan memegang pembatas peti putih itu. "Alana nggak mau datang, Sar. Katanya, Abang nya nggak pernah pergi. Gue harus menjelaskan dengan kata apa, Sar. Gue harus bilang apa ke dia. Dia tetap nunggu Lo datang, katanya dia mau nunggu Lo diam-diam bawa buku buat dia. Lihat, Sar. Ada banyak manusia yang berduka disini. Buka mata Lo, Sar."

Leon, Abdi dan Naka membawa satu Bendera hitam dengan logo gagak di tengah-tengah nya. Mereka bertiga kemudian melipat Bendera itu di atas peti Kaisar, kemudian melipat nya sangat rapi dan meletakkan nya di samping tubuh Kaisar.

"Selamat berpisah bang, jalan dengan damai."

*****

Tidak pernah terlintas di mimpi Shena, kalau akan ada satu hari, dimana dia akan menabur bunga di atas makam orang yang sangat ia cintai. Tempat dimana ia berbagi cerita, tertawa dengan sangat bahagia. Menikmati setiap momen yang begitu indah.

Dan, kini ia diberi pilihan untuk menabur bunga warna merah atau bunga berwarna kuning. Kalau, disuruh memilih Shena tidak akan memilih salah satu di antara bunga itu. Dia hanya ingin Kaisar nya kembali. Shena ingin menikmati nasi goreng di pantai, jika bersama Kaisar.

Dan mulai hari ini, Shena bersumpah. Ia akan membenci musik, membenci hujan dan membenci pantai. Tiga elemen yang sangat Kaisar benci, Shena juga akan melakukan nya.

"Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, Kai. Terimakasih untuk luka yang sangat dalam ini, dan selamat menikmati hari-hari penuh damai," ungkap Shena di samping liang lahat pacarnya itu.

Rini kembali memeluk Shena, ketika ia ingat dengan Kaisar. Maka Shena lah menjadi obatnya, rasa cinta pria itu pada Shena sangat lah besar.

"Ayo pulang, sayang," ajak Hendra.

Shena segera berdiri dan memeluk Hendra sangat kuat.

"Kamu harus bisa melanjutkan hidup, Shen. Untuk harapan kamu menjadi seorang musisi, untuk Visiona yang kamu cintai," kata Pak Hendra.

Namun Shena menggeleng. "Harapan Shena udah pergi, Pa. Bersamaan dengan pergi nya Kaisar."

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang