Pagi sekali ayah Kaisar meminta putra tunggalnya untuk mencuci mobil merah tua di garasi. Kaisar mengeluarkan mobil itu dan menarik selang air dari arah belakang rumah untuk mencuci mobil, mata Kaisar begitu terkesima melihat mobil tua yang dirawat sangat sayang oleh sang ayah.
"Kenapa papa nggak jual aja mobil ini? Pasti harga nya mahal," kata Kaisar sembari menggosok sabun ke badan mobil.
Ayah Kaisar baru keluar dari rumah sembari membawa beberapa pakan ternak. "Mobil itu saksi pernikahan papa dan mama," jawab nya.
Kaisar tersenyum remeh. "Se cinta itu papa sama wanita murahan itu."
"Hush... Jaga mulut kamu, dia tetap ibu kamu," peringat Johan.
"Bro, Lo gak sekolah?"
Kaisar menoleh ke arah luar gerbang, disana sudah ada ketiga sahabatnya yang tengah berdiri dan siap berangkat sekolah.
Kaisar menggeleng. "Nanti mau urus surat pindah!" Teriak Kaisar dari arah rumah nya.
"Emang gak bisa sekolah dulu, surat pindah nya belakangan?" tanya Jefrey kepada kedua sahabatnya.
"Lo kira SMA Visiona sekolah negeri." Gery meninggalkan Jefrey dan Daniel.
"SMA Visiona menunggu kedatangan Lo, Sar!" Teriak Jefrey dan berlari mengejar Gery bersama Daniel.
Kaisar hanya acuh dan melanjutkan aktivitas nya.
"Sar, nanti tolong bantu Papa ya, bawa karung-karung itu ke peternakan."
"Kan papa punya banyak karyawan, suruh aja mereka. Nanti mereka makan gaji buta."
Johan menghembuskan nafasnya. "Mereka punya pekerjaan masing-masing." Kaisar pun mengangguk saja, dan segera menyiram mobil yang sudah selesai ia cuci.
Kaisar berjalan ke arah rumah dan ingin segera mandi, sebelum ia akan ke peternakan sang ayah untuk mengantar pakan. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Kaisar mampir sebentar ke arah dapur dan memakan ayam goreng buatan sang ayah.
Rasanya sangat enak, persis seperti masakan nenek, pikir Kaisar. Dan perlahan rasa penyesalan itu kembali menyeruak kala Kaisar mengingat bahwa kakek dan nenek nya telah meninggal dunia lima tahun yang lalu. Bahkan tidak ada yang memberi kabar duka tersebut pada Kaisar.
Kaisar menatap sebuah lemari kaca yang berada di dapur. Disana terdapat banyak sekali barang-barang antik, kakek dan ayah Kaisar memang senang sekali mengoleksi barang antik, hingga mobil se tua itu pun masih mereka rawat. Tanpa, sadar Kaisar pun mewarisi hobi kakek dan ayah nya. Kaisar juga memiliki kecintaan pada barang-barang antik.
Kaisar mengeluarkan sebuah asbak rokok yang terbuat dari kaca damar, begitu keras dan berat. Kaisar membawa asbak itu ke dalam kamar dan menyalakan rokoknya sebentar, sampai Kaisar mengingat sebuah pesan yang membuat hati nya kembali bergetar, Kaisar mematikan rokok yang sudah ia hisap dan melemparkan nya ke sembarang arah.
"Sial!" Kaisar mengumpat dan mengambil handuk yang tergantung di lemari, pria bertubuh jangkung itu memilih untuk mendinginkan tubuh juga pikiran nya sekarang.
Setelah selesai mandi, Kaisar segera mengantarkan beberapa karung pakan ke peternakan sang ayah. Disana ramai sekali para karyawan yang sibuk dengan aktivitas mereka. Kaisar juga melihat ayah nya yang sesekali berbincang dengan seseorang.
"Kaisar, kemari!" Panggil Ayah Kaisar.
Kaisar pun hanya menurut dan berjalan mendekati ayah nya.
"Ini om Hendra Lewis, sahabat papa. Dia adalah pemilik SMA Visiona."
Kaisar menjabat tangan pria bernama Hendra itu dan tersenyum singkat. Kaisar ingat sekali, bahwa sahabat ayah nya itu dulu nya begitu dekat dengan keluarga Kaisar. Dan Kaisar juga ingat, bahwa dia memiliki seorang anak perempuan yang dulunya sakit-sakitan, bagaimana kabar nya sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Novela JuvenilIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...