Silvia menemani Shena nonton bioskop malam ini, keduanya kompak berteriak, menangis dan tertawa bersamaan. Menyaksikan drama yang begitu menggemparkan, setelah selesai nonton. Kedua nya keluar dari mall, dari kejauhan Shena melihat Daniel dan Vidia yang berdiri di parkiran. Seperti nya kedua remaja itu sedang terlibat konflik, terlihat dari Vidia yang berkali-kali berusaha menjauh, dan enggan untuk bersentuhan dengan Daniel.
"Kasih gue satu kesempatan untuk buktikan ke Lo, kalau gue tulus, Vid," mohon Daniel.
Vidia melepaskan dengan jijik, tangan Daniel yang menyentuh pundak nya. "Tapi gue gak pernah cinta sama Lo, semua yang gue lakuin selama ini, hanya pura-pura."
"Pura-pura?" Daniel mengulangi ucapan Vidia.
Vidia mengangguk, dan memberikan satu gantungan kunci yang tempo hari Daniel berikan untuk nya. "Pura-pura! Udah jelas sekarang? Gue pamit."
Shena mematung di tempat, ketika matanya menangkap wajah lesu Daniel. Cowok itu sangat kecewa dengan semua perkataan yang di lontarkan oleh Vidia. Vidia berlari menjauh dari Daniel, namun Shena masih melihat bahwa cewek itu terlihat menyeka air mata, setelah kepergian Vidia, tak lama Daniel juga ikut pergi meninggalkan area mall.
"Apa lagi sih yang di perjuangkan Daniel, dari Vidia? Masih banyak juga perempuan yang jauh lebih baik dari dia, yang bisa menghargai dia," tutur Silvia yang kini berdiri di samping Shena.
Shena menatap kepergian Daniel dengan hati teriris. "Lebih baik memang banyak, tapi mencari orang yang tepat itu sulit."
"Emang menurut Lo, Vidia itu tepat untuk Daniel?"
Shena menatap Silvia sinis, kenapa cewek ini tiba-tiba posesif mengenai hubungan antara bendahara OSIS dengan anggota Ravens itu. "Kok Lo yang nyolot sih? Kita nggak tahu masalah mereka apa, alasan mereka apa. Dan, gimana perasaan mereka."
"Gue tahu," balas Silvia cepat.
Shena mendadak diam dengan jawaban spontan Silvia. Beberapa kali cewek dengan bandana putih itu mengerjab tak percaya. "Kenapa Lo bisa tahu semuanya tentang anggota Ravens itu, kemarin-kemarin gue lihat, lo juga kelihatan kayak deket gitu sama Gery, sejak kapan? Selama ini kita sekelas, Lo bahkan nggak pernah lirik dia."
Silvia hanya acuh mendengar rentetan pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabat nya, cewek itu masih asik menghabiskan gulali yang berada di genggaman nya. "Gue no komen soal itu, tapi yang pasti. Daniel dan Vidia saling mencintai, hanya, Vidia tolol. Dia boneka keluarga nya, dan terpaksa menerima perjodohan yang dilakukan keluarga nya, dan Lo tahu dia dijodohkan dengan siapa?"
"Nggak deh, gue gak mau tahu apapun soal privasi mereka," jawab Shena.
"Gak asik Lo!" Silvia pun meninggalkan Shena yang masih termenung di tempat.
Shena seperti menemukan puing-puing kolase yang aneh di pikiran nya. Mengenai Ravens dan anggota yang berada di dalam nya, mulai dari latar belakang keluarga mereka dan latar belakang percintaan para anggota Ravens itu. Apakah ini sebuah takdir? Atau memang telah terencana lebih dulu.
Setiap anggota yang bergabung dalam Ravens, seperti memiliki ikatan dengan anggota OSIS, mulai dari Vidia dan Daniel, lanjut kepada Kaisar dan Shena. Belum lagi, hal-hal yang tidak Shena ketahui di luar itu.
Shena ikut masuk ke dalam mobil, dan melihat Silvia yang sudah duduk manis dan berkutat dengan benda pipih ditangan nya. Bertahun-tahun bersahabat dengan Silvia, Shena tidak pernah tahu banyak mengenai cewek itu, selain latar belakang keluarga nya yang berantakan. Apakah Shena yang tidak peka terhadap kehidupan Silvia, atau Silvia itu sendiri yang enggan memberi tahu Shena.
"Sil!" Panggil Shena pelan.
"Hm?"
"Menurut Lo, apa gue jujur aja ke Daniel. Tentang drama yang Vidia buat."
Silvia menggeleng. "Nggak perlu, biar semua berjalan sesuai dengan yang udah terlaksana. Lagi pula, Lo mau Daniel respon apa, setelah dia tahu. Lo dalang, di balik drama yang Vidia buat."
Shena ikut menggeleng, dia pun tidak mengerti. Hanya saja hati nya terasa begitu sesak dan berat, ntah apa. Shena tidak mengerti. Mungkin hanya rasa kasihan, ketika melihat Daniel berharap banyak dengan sikap baik Vidia.
"Mending Lo urus hubungan Lo dengan Kaisar, ngga usah mau di HTS-in cowok itu. Lo kira ini tahun 2015?"
Shena menyerah, ingin sekali ia menutup telinga dan menendang Silvia keluar dari mobil. Ketika cewek itu kembali membahas mengenai Kaisar, dan hubungan mereka. Padahal untuk saat ini, Shena tidak mau berkomentar banyak tentang laki-laki itu, biarlah semua berjalan dulu. Setelah perasaannya terbang lebih jauh, baru lah Shena ingin memikirkan, akan ia bawa kemana hati nya.
"Gue beneran loh, HTS itu gak enak."
Shena tidak fokus lagi dengan rentetan curahan hati Silvia. Mata cewek itu menatap ke arah jalanan dimana satu motor hitam melintas dengan kecepatan tinggi, Shena sangat yakin itu adalah motor Kaisar.
Shena memanggil supir pribadi nya dan segera mengejar motor Kaisar yang sudah melaju sangat jauh. Namun, Shena masih beruntung, motor Kaisar masih dapat Shena temui di lampu merah.
"Lo yakin, mau maju lagi Oktober ini?" Tanya Gery ketika mereka berhenti di lampu merah.
"Kenapa?" Kaisar bertanya.
Gery menggeleng. "Nggak, gue takut Pak Hendra nggak bakal ngizinin kita lagi."
"Dia pasti kasih izin."
Shena terus mengikuti kemana pergi nya Kaisar dan juga seseorang yang duduk di jok belakang nya. Shena menghela nafas ketika tahu, dua cowok itu pergi ke markas.
Kaisar mendekat ke arah mobil Shena dan mengetuk kaca mobil tersebut, Shena dengan raut wajah biasa saja menurunkan kaca mobil untuk melihat wajah Kaisar.
"Turun!" Suruh Kaisar.
Shena ingin segera turun namun pergelangan tangan nya di tahan oleh Silvia, cewek itu menggeleng, pertanda bahwa ia tida mengizinkan Shena untuk turun.
"Aman," kata Shena meyakinkan Silvia, perlahan gadis itu melepaskan tangan Silvia dari pergelangan tangan nya dan segera turun dari mobil menemui Kaisar.
Shena melipat kedua tangannya di dada, dan menatap Kaisar dengan wajah angkuh, yang menjadi ciri khasnya selama menjabat sebagai ketua OSIS SMA Visiona. "Kenapa?"
Kaisar membuka jaket hitam yang ia kenakan, dan melempar nya kehadapan Shena, dengan sigap cewek itu menangkap jaket hitam yang Kaisar lepas, Kaisar juga membuka sepatu hitam yang melekat di kaki nya, dia pun mendekat agar lebih jelas untuk Shena melihat nya. Kaisar untuk kesekian kalinya kembali mengulurkan tangan kepada Shena. "Lo bisa lihat, nggak ada satu pun luka. Kali ini, tepati janji yang udah Lo buat."
Shena memiringkan tubuhnya sedikit, dan menangkap penampakan sosok perempuan berambut pendek, yang tengah duduk manis di sebuah batu tak jauh dari Kaisar berdiri, gadis itu terlihat asik bermain ponsel disana. Shena kembali menatap Kaisar yang masih menunggu jawaban nya, sebelum menjawab permintaan Kaisar, Shena bertanya lebih dulu. "Siapa perempuan itu?"
Kaisar menoleh ke arah mana Shena menunjuk. "Adik kesayangan Ravens."
"Sejak kapan kalian punya adik?"
"Bukan urusan Lo, jawab pertanyaan gue!"
Shena menggeleng. "Lo mau koleksi berapa perempuan lagi? Pertama Davida, sekarang dia dan selanjutnya gue?"
Kaisar menurunkan tangannya, dan tertawa mendengar kalimat aneh yang di lontarkan perempuan dihadapan nya kini. "Dia Alisa, pacar Leon. Kalau Lo nggak percaya, tanya aja dia. Dia ada di dalam."
Shena merasa sedikit malu, detik berikutnya dia mengambil tangan Kaisar dan menggenggam nya erat. "Oke. Kali ini gue selalu ada di samping Lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Novela JuvenilIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...