34. Berantakan

547 31 0
                                    

"Pak gak bisa gitu dong, bapak bisa lihat sendiri mereka curang!" Reno membantah para panitia yang membenarkan kesalahan siswa Airlangga.

"Keputusan ada di tangan saya!"

"Anjing!" Reno dan Andra mengumpat bersamaan, bahkan kedua remaja itu kini memukul pembatas lapangan dengan geram.

Geng Ravens tidak tahu bahwa semua ini dibawah rencana Dilon dan geng nya Wolves, kepergian Kaisar adalah keinginan mereka, mereka bisa dengan mudah memporak-porandakan rencana yang sudah Kaisar buat, ketika pria itu memilih untuk mengantarkan siswa Visiona ke rumah sakit daripada berjaga di acara.

Para tim basket kembali ke pinggir lapangan dengan sedih, mereka di kalahkan dengan point yang tidak main-main.

"Ketua mana?" tanya Daniel dan berlari menemui Andra di pinggir lapangan bersama Reno.

"Mana gue tahu anjing, gue dari tadi disini," balas Andra nyolot, dia memang terlanjur emosi melihat sekolah mereka di curangi.

"Shena hilang goblok!" Bentak Daniel membuat Andra dan Reno sontak terkejut.

"Suruh semua mundur!" Gery memerintahkan dan segera pergi ke arah aula kesenian mencari Shena.

****

Shena semakin merasa sesak ketika empat orang berbadan besar itu terus membekap mulutnya. Air mata Shena jatuh dan berkali-kali memanggil ibu nya. Shena di masukkan ke dalam mobil Van putih hingga dia perlahan menutup mata, cewek itu masih sempat melihat empat cowok yang menarik nya itu memakai seragam putih abu-abu dengan lambang merah putih dan rantai emas di lengan kiri mereka. Lambang dari SMA Airlangga.

Kaisar berlari kalang-kabut di lapangan dan menggeser siapa saja yang menghalangi jalan nya.

"Minggir goblok!" Sentak Kaisar ketika seorang gadis meminta foto kepada cowok itu.

Kaisar akhirnya bertemu dengan Gery di ruang kesenian. "Dimana Shena?" tanya Kaisar dengan lantang dan tatapan siap membunuh.

Kaisar segera menarik kerah baju Gery, ketika cowok itu hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Kaisar. "Gue tanya dimana Shena!"

"Lo juga bisa lihat kan? Kami semua juga lagi cari dia!" Sarkas Gery tak kalah emosi.

"Nggak becus Lo semua! Goblok!" Kaisar segera pergi dari sana dan mencari Shena ke setiap ruangan di aula.

Kaisar menendang pembatas balkon aula dengan sangat kasar. Cowok itu terduduk di lantai dengan frustasi. Perlahan satu kalimat dari ibu nya berputar di kepala Kaisar.

Kala itu Kaisar menangis sangat kencang di pinggir lemari mainan nya, karena ia tidak berhasil menemukan mobil-mobilan kesayangan nya. Sang ibu datang dan memegang kedua tangan Kaisar.

"Kamu nggak akan pernah bisa menyelesaikan masalah dengan emosi. Coba kamu duduk dan merenung sebentar, dimana kira-kira terakhir kali kamu menyimpan mainan itu. Dan, apakah nggak ada orang yang masuk ke kamar kamu? Atau yang meminjam mainan kamu itu?"

Perkataan itu membuat Kaisar mencoba untuk melerai emosi nya. Cowok itu duduk lemah sembari menatap langit-langit aula, dan mencoba untuk berpikir jernih. Kaisar membuka setiap gedung olahraga dan mencari keberadaan Shena disana, namun nihil, setiap ruangan kosong. Tidak ada siapapun disana, Kaisar menoleh ke arah jendela dan melihat hari sudah semakin sore. Bahkan Matahari sudah hampir sepenuhnya menghilang.

"Bertahan, Shen!" pinta Kaisar ketika berkali-kali ia tidak menemukan jejak Shena. "Kali ini gue memohon Shena Amullya, bertahan untuk gue."

Kaisar ingin sekali memukul apapun yang ia temui. Meluapkan emosi yang tertahan sejak tadi pagi. Mulai acara berlangsung anak-anak Airlangga terus saja memancing kemarahan Kaisar. Dan sekarang, mereka bermain-main lagi dengan menculik Shena.

"Gimana Lo udah dapat informasi, belum?" tanya Jef pada Gery yang kini tengah berlari menuju gedung belakang.

"Belum," jawab Gery lemah.

"Matilah kita ditangan pak ketua," seru Poltak yang baru saja datang hendak memeriksa gedung belakang juga.

****

Perlahan Shena membuka mata, ruangan yang gelap menjadi pemandangan pertama yang gadis itu lihat. Shena melihat sekeliling nya yang penuh dengan karung berisi padi.

"Gue dimana?" Tanya nya. Shena tersenyum kecut ketika air mata jatuh begitu saja. Padahal ia sudah berusaha untuk se tegar mungkin.

Shena menangis namun dengan suara yang tertahan, dia di culik? Hanya karena ia mau SMA Visiona mendapatkan hak-hak yang selama ini telah di rebut. Hak-hak yang selama ini tidak pernah di terima oleh SMA Visiona.

Shena mengingat kembali dimana keluarga Lewis berkumpul, disana keluarga mereka masih utuh dan tidak terpecah belah seperti ini.

"Suatu saat nanti, kalau kamu sudah dewasa. Sekolah itu akan jadi milik kamu." Perkataan kakek sore itu kembali terngiang di kepala Shena, mereka duduk di sebuah pinggiran sungai sembari memancing ikan.

"Tapi, kalau mama punya anak lagi gimana, Kek? Terus, anak nya laki-laki." Shena menunduk sedih.

Terdengar gelak tawa dari Kakek. "Memang kenapa kalau suatu saat nanti mama kamu punya anak laki-laki? kakek kan mau nya sekolah itu jadi punya kamu. Nggak ada yang boleh menggugat keputusan ini!"

"Ada!" Hendri datang bersama istri juga putra semata wayang mereka. "Shena nggak akan pernah bisa mendapatkan satu warisan pun dari keluarga Lewis, karena dia anak perempuan! Dilon jauh lebih berhak dari dia!"

"Dilon juga akan dapat, kamu tenang saja," ucap Kakek dan penuh senyum merangkul Shena, cucu yang paling ia sayangi.

"Nggak bisa gitu dong!" Istri om Hendri menyahut. "Sampai kapan pun, anak perempuan nggak punya hak atas harta di keluarga ayah nya!"

"Ini harta saya bukan harta kalian! Terserah saya mau memberikan kepada siapa. Kalau kalian mau membuat peraturan seperti itu, cari harta kalian sendiri! Jangan mengurusi milik saya!"

"Oke, dan papa akan lihat. Siapa yang lebih unggul di antara kami!" Om Hendri segera pergi dari sana beserta anak dan juga istrinya.

Shena kembali menunduk sedih. "Kenapa di keluarga kita selalu ada kasta antara anak perempuan dan laki-laki, Kek?"

Kakek menggeleng. "Selama kakek masih hidup, semua anak perempuan dan anak laki-laki punya hak yang sama."

Dan itu adalah awal dari segalanya. Kakek yang berusaha keras untuk menyetarakan derajat antara anak laki-laki dan perempuan, hingga ia mendapatkan ancaman dari anak nya sendiri. Airlangga yang menjadi musuh bebuyutan SMA Visiona. Bahkan ketika kakek sakit, om Hendri beserta keluarganya tidak pernah lagi datang menjenguk kakek. Mereka hanya datang meminta warisan, dan mereka meminta SMA Visiona sebagai milik mereka. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, ketika kakek meninggal dan pengadilan menyatakan sekolah itu, sudah atas nama Shena Amullya Lewis dan ditandatangani langsung oleh kakek juga nenek Shena.

SMA Visiona adalah harta terakhir milik kakek, dan menjadi warisan terakhir milik keluarga Lewis. Itu lah alasan kenapa Shena sangat mencintai sekolah itu. Sepanjang lorong sekolah memiliki cerita antara dirinya juga kakek, Visiona juga memiliki cerita antara ayah dan ibu Shena, karena kisah cinta mereka juga bersemi di SMA Visiona, dan Shena berharap dia akan menjadi yang selanjutnya.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang