Kaisar melajukan motornya menjauh dari rumah Shena ketika tahu gadis dengan rambut bergelombang itu sudah berangkat lebih dulu. Dari kejauhan Kaisar melihat mobil Shena yang tak jauh dari gerbang sekolah, Kaisar hanya acuh dan bergabung bersama anggota Ravens yang lain.
"Beneran Lo berhasil masuk tim paskibra, Sar?" Selidik Daniel tak percaya.
"Kenapa? Lo nggak percaya."
Daniel menggeleng di ikuti yang lain juga. Yang mereka tahu, masuk tim paskibra bukan lah hal yang mudah. Apalagi harus bersanding dengan para siswa dari Airlangga.
Kaisar menyunggingkan senyuman nya. "Adik dari nyokap gue polisi, dan dia yang jadi pelatih paskibra sekaligus penyeleksi disana. Dan dia gak akan membiarkan keponakan nya di curangi kan?"
Daniel bertepuk tangan bangga sekaligus geleng-geleng kepala. "Keren Bor, nggak nyangka gue."
"Gimana tugas kalian yang gue kasih?"
Semua orang kompak diam. Dan saling memandang satu sama lain kemudian menggeleng. "Nggak ada yang berani bergabung, Sar."
"Tolol Lo semua, apa perlu gue turun tangan hah?!"
Semua anggota Ravens yang lain hanya menunduk takut melihat wajah marah Kaisar yang sangat mengerikan. Rahang yang tegas menambah kesan horor di wajah pria itu.
"Bangsat!" Umpat Kaisar dan segera memarkirkan motornya, karena gerbang sudah di buka.
Dari kejauhan Shena melihat pembicaraan geng Ravens yang terlihat sangat serius. Shena juga sedikit terkejut ketika melihat raut wajah marah Kaisar, Shena sedikit curiga apa yang sebenarnya para pria itu bicara kan, hingga membuat Kaisar se marah itu.
Di belakang sekolah terdapat sebuah kantin kecil tempat para cleaning service dan satpam berisitirahat sembari ngopi. Namun, setelah Ravens ada. Para anggota inti Ravens menjadikan kantin itu sebagai tempat perkumpulan mereka, agar mereka lebih leluasa bercerita dan juga merokok. Mereka menyebutkan kantin itu Warung Mas Bro.
Kaisar berdiri dengan sangat marah ketika mengetahui teman-teman nya tidak berhasil hanya mengumpulkan satu orang saja. Mereka kembali dengan tangan kosong, hal itu benar-benar membuat Kaisar sangat kesal.
"Ravens nggak akan pernah berhasil kalau kita nggak bisa membawa setidaknya 20 orang yang mau bergabung, dan itu karena ulah Lo semua!"
"Ravens akan tetap ada!"
Seorang pria datang dari arah belakang mereka. Pria itu terlihat sangat rapi dengan baju yang ia masukkan, juga kacamata yang menghiasi kedua mata nya. Mungkin penampilan nya terlihat sedikit cupu.
"Gue bergabung dengan Ravens," ucapnya.
Leon mengulurkan tangan nya ke arah Kaisar. "Gue Leon Adipura Shakespeare, gue dari kelas 10 IPA 2."
Kaisar menerima uluran tangan Leon dan tersenyum kecil. "Welcome!"
"Lo nggak perlu khawatir, Kak. Karena gue nggak sendiri." Leon menunjuk ke arah depan warung Mas Bro disana tampak 20 orang remaja berjalan ke arah mereka.
"Keren," gumam Jef tidak percaya.
"Siapa mereka?" tanya Reno setengah curiga pada Leon.
"Anak kelas gue," jawab Leon enteng.
"Darimana Lo tahu kalau Ravens butuh pasukan yang lebih besar untuk mendapatkan izin OSIS?" Reno bertanya lagi.
"Bukan perkara yang sulit, Ravens jadi buah bibir di Visiona sejak pertama kali kalian pake jaket itu. Dan gue tertarik dengan itu, dan juga gue sempat nggak sengaja dengar pembicaraan anggota inti Ravens tentang syarat yang di ajukan Shena, dan ini kan syarat nya?" Leon menunjukkan pasukan yang ia bawa.
Kaisar tersenyum sangat senang. "Bahkan itu lebih dari cukup."
Leon mengarah kan tangan nya ke depan dan melirik semua orang. "Ravens bersatu?"
Semua orang disana saling menggenggam dan menautkan tangan mereka di atas tangan Leon. "Bersatu!" Ucap mereka kompak.
****
Shena berjalan ke arah kelas Vidia, dia melihat gadis itu sedang bermain ponsel disana. Shena segera masuk dan duduk di samping Vidia, keadaan kelas masih sangat sepi.
"Gimana, Lo udah dapat informasi mengenai geng Ravens?" tanya Shena setengah berbisik.
Vidia menggeleng lemah. "Untuk sekarang belum, gue udah cukup banyak buat Daniel kecewa, Shen. Jadi gue butuh banyak waktu buat meyakinkan dia lagi."
Shena mengangguk setuju dan mengetukkan jari nya di meja, kemudian menatap lekat ke arah Vidia. "Gue percaya Lo pasti bisa, Vid. Gue gak mau kita dibodohi dengan geng mereka."
Vidia tersenyum dan memegang sebelah bahu Shena. "Lo harus percaya sama gue, gue pasti bisa dapat informasi tentang mereka. Tapi, untuk itu Lo harus jaga rahasia ini jangan sampai ada orang yang tahu."
Shena mengangguk setuju dan segera keluar dari kelas Vidia. Shena ingin segera menemui Silvia di gedung kesenian, namun mata nya menangkap pemandangan Kaisar dan geng nya yang sedang latihan bermain basket. Ternyata pria itu benar-benar nekat dengan keputusan nya kemarin, Shena hanya menarik nafas dan membuang nya kasar. Karena dia tahu, ending yang akan Kaisar dapat kan.
"Sebuah pertandingan bukan hanya tentang gagal dan berhasil, terkadang kita memang butuh gagal untuk mengetahui dimana kelemahan kita dan memperbaiki nya," ucap Hendra yang ntah sejak kapan sudah berada di samping Shena.
"Tapi mereka bawa nama Visiona, Pa."
"Visiona nggak akan pernah malu meskipun mereka gagal, karena keberanian mereka sudah lebih dari cukup."
Kaisar tidak sengaja melihat siluet Shena, pria itu berkali-kali memantulkan bola basket ke lantai dan melemparkan nya ke arah ring.
Leon datang dan membawa banyak makanan untuk anggota inti Ravens. "Minum bang!" Teriak Leon.
Semua anggota Ravens yang tadinya bermain basket kini berjalan ke pinggiran lapangan dan duduk disana, sembari makan, makanan yang dibawa oleh Leon.
"Kapan pertandingan nya, Bor?" tanya Reno pada Kaisar, sebelumnya Kaisar memang sudah menceritakan tentang undangan gubernur pada anggota Ravens.
"Besok," jawab Kaisar singkat.
"Mantep nih, setelah dua tahun tangan gue gatel. Sekarang saat nya pembalasan," kata Jef tak sabar.
"Kita pasti kalah." Gery mengingat kan, supaya teman-teman nya tidak berharap banyak.
"Memang siapa yang mau bertanding untuk menang?" tanya Kaisar sinis. "Gue menerima undangan itu bukan karena gue mau Visiona menang, tapi gue mau berkenalan lebih jauh dengan SMA Airlangga. Dan, kita bisa melihat lebih jelas dimana kelemahan dan kekuatan mereka."
Reno pun setuju dengan pernyataan Kaisar. "Sekalian cari cewek cantik."
"Play boy cap badak," ejek Jef.
"Daripada Lo, nggak laku-laku."
"Heh mulut kau itu ya!" Jef berusaha menirukan gaya bicara Poltak. "Gue bukan nggak laku!"
"Tapi emang nggak ada yang mau aja," sambung Daniel dengan mengejek.
"Anjing Lo! Wajah rupawan gini nggak ada yang mau, nggak mungkin lah!" Jef membela diri.
"Berisik!" Umpat Gery lagi.
"Kalau Lo mau sepi di kuburan aja Sono!" Suruh Jef.
"Gabung sama circle pocong," tambah Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Novela JuvenilIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...