66. Festival Oktober

467 36 0
                                    

Jam enam pagi, Kaisar sudah di dandani layak nya anak umur 7 tahun. Konsep ini adalah ide dari Jef, katanya Kaisar meninggalkan mereka semua saat berusia 7 tahun. Padahal mereka sudah membuat banyak sekali persiapan, maka dari itu, Kaisar harus ganti rugi dengan menjadi anak umur tujuh tahun di spesial ulang tahun nya ini.

Kaisar benar-benar merasa tidak punya harga diri, di depan para siswa dan siswi Visiona, termasuk anggota Ravens, juga para guru yang hadir disana. Jef memaksa Kaisar untuk memakai T-shirt berwarna kuning cerah dengan garis-garis hitam, serta Jumpsuit berwarna ungu di luar nya. Daniel juga memberi bedak asal-asalan di wajah ketua Ravens itu, Gery meminta Kaisar untuk memegang mobil-mobilan yang dulu ingin mereka berikan. Yang, terakhir, Shena mengabadikan momen terindah itu. Mereka berfoto bersama,  dan satu persatu jajaran guru mengucapkan selamat ulang tahun, di ikuti teman-teman Kaisar dan para anggota Ravens.

Jujur demi apapun, ingin sekali Kaisar menghilang sekarang juga. Ia sudah kehilangan harga dirinya sebagai ketua.

"Happy birthday to you."

"Happy birthday to you."

"Happy birthday to you, Kaisar. Happy birthday to you."

Kaisar menoleh ke arah pintu aula. Disana ibu nya berjalan beriringan bersama sang ayah, sembari memegang sebuah kue dengan model mobil-mobilan. Kaisar berusaha keras untuk menahan air mata yang ingin meluncur saat ini, perlahan ibu Kaisar mendekat dan mencium pipi kanan juga kiri anak nya itu.

"Selamat ulang tahun Kaisar kecil Mama. Maaf, untuk semua luka yang mama berikan. Tapi, kamu harus percaya, mama sangat mencintai kamu. Lebih besar dari apapun."

Kini Johan mendekat dan memeluk putra semata wayangnya itu. "Ini adalah ulang tahun pertama kamu bersama Papa, setelah kamu pergi 10 tahun yang lalu. Selamat ulang tahun Kaisar, selamat bertambah usia, dan jaya selalu ketua Ravens dan kebanggaan Visiona."

"Ayo-ayo foto." Bu Gayatri mengatur posisi, Kaisar di tengah dengan kue ulang tahun bergambar mobil-mobilan ditangan nya, ibu Kaisar di kanan, ayah nya di kiri. Para anggota inti Ravens di kanan, juga para jajaran guru. Shena di samping ayah Kaisar, di ikuti, Vidia juga Silvia. Dan anggota Ravens yang lain duduk di depan serta berdiri paling belakang. Seorang siswa mengambil foto itu, hingga beberapa kali mereka semua berganti gaya.

Shena mendekat dan memeluk Kaisar sangat erat. "Happy birthday pacar, Shena. Jaya selalu yah, dan terus jadi kebanggaan untuk kami semua."

"Terimakasih untuk semua ini, dan, Maaf. Spesial birthday Lo waktu itu, gue gak bisa kasih yang lebih spesial, dari pada yang Lo berikan hari ini."

Shena menggeleng. "Satu hari nggak berarti apa-apa, untuk hari-hari yang jauh lebih menyenangkan yang setiap harinya Lo berikan."

"JAYA SELALU KETUA RAVENS!"

"JAYA SELALU KEBANGGAAN VISIONA."

Kaisar sangat bahagia, bahkan tidak bisa di ungkapkan dengan kata manapun. Ada Shena disini, ada kedua orangtuanya, juga para sahabat yang sangat ia sayangi. Walaupun Kaisar di jadikan layaknya anak kecil disini, namun percaya lah, semua orang masih tetap menghargai nya sebagai ketua Ravens yang sangat mereka banggakan.

"Apa kado yang kamu mau?" tanya Rini seraya tersenyum dan memegang bahu Kaisar pelan.

"Buang semua egois dalam hati Mama, dan ayo pulang. Bangun keluarga yang lebih bahagia lagi dari sebelumnya," mohon Kaisar. Kini ketua Ravens itu, tidak kuasa lagi menahan air mata nya, air mata itu jatuh tepat mengenai tangan Rini.

"Ini permintaan terakhir Kaisar, Ma. Setelah ini, Kaisar nggak akan minta apapun lagi," lanjut Kaisar.

Rini mengangguk kemudian menoleh pada Johan, Johan pun mengangguk. Kemudian mereka sama-sama memeluk Kaisar sangat erat. Shena sangat bahagia melihat itu, dan terutama Jef. Akhirnya ia tidak ditinggal sendiri oleh sahabatnya, Kaisar akan tetap di jakarta.

Acara ulang tahun Kaisar, akhirnya selesai juga. Para siswa Visiona mulai mempersiapkan diri mereka masing-masing. Kaisar juga sudah mandi dan berganti menggunakan seragam, dan cowok itu menyimpan mainan mobil-mobilan yang diberikan Daniel, Jef dan Gery di sebuah koper. Yang berisi perlengkapan Kaisar. Mobilan itu mungkin harga nya tidak seberapa, tapi perjuangan teman-teman nya sangat besar pada saat itu.

"Gimana yang lain?" Tanya Kaisar pada anggota inti Ravens, mereka semua berkumpul di satu mobil milik Dewa.

"Gue gak lihat Joel sama Putra, dimana mereka?" tanya Gery.

"Untuk makanan Lo semua gak perlu ragu, Om Johan sama Tante Rini udah jaga makanan kita," jawab Andra.

Kaisar mengangguk kemudian menyuruh Dewa untuk segera menjalankan mobil, menuju gedung tempat acara di mulai. Sesampainya disana, Kaisar melihat Alana di parkiran sendirian.

"Al, Lo kok sendirian?" tanya Andra yang segera menghampiri cewek itu.

Alana menunduk sedih. "Gue di ganti kan, dan gue disuruh pulang."

"Siapa yang berani curangi adek gue?" Tanya Dewa langsung, dia pun segera menghampiri para panitia dari SMA negeri yang belum terlalu jauh.

"Monyet negeri, sini Lo!" Panggil Dewa sangat keras. "Sok berkuasa banget Lo, adek gue udah belajar siang malam buat olimpiade ini, enteng banget Lo main ganti-ganti aja."

Para anggota inti Ravens dan Alana menghampiri Dewa, yang masih asik memaki para panitia dari SMA negeri. "Maaf, Kak. Tapi ini perintah ketua OSIS."

"Nggak! Nggak bisa!" Bantah Dewa. "Adek gue harus ikut, kalo nggak, gue bakar sekolah Lo itu."

Dewa segera merebut kertas yang gadis tadi pegang, dan kembali menulis nama Alana disana, Dewa pun menunjuk gadis yang membantah nya tadi. "Awas aja kalo adek gue gak jadi ikut olimpiade, gue cari Lo satu per satu."

Andra kemudian memegang kedua bahu Alana. "Kalau masih ada yang berani jahatin Lo, langsung bilang sama kami. Jangan di diemin, sekarang Lo gabung lagi sama mereka," suruh Andra.

Alana pun mengangguk, dia pun berjalan perlahan meninggalkan anggota inti Ravens dan bergabung bersama kelompok sekolah nya.

"SEMANGAT ADEK GUE!" teriak Dewa dan Andra bersamaan.

"Kemarin Lo kan, yang ngasih buku ke Alana?" Dewa segera menuding Kaisar.

Kaisar pun mengangguk, toh memang dirinya yang memberi buku itu. Dia sempat tersulut emosi ketika mengetahui, Alana di keluarkan dari posisi nya. Padahal gadis itu sudah mati-matian belajar untuk olimpiade ini.

Kaisar menyerahkan satu surat kecil pada Gery, surat itu berisi 5 impian Alana. Kaisar juga memberikan satu buku tabungan. "Alana punya impian untuk kuliah di Australia, dan gue tahu, dia udah berjuang keras untuk itu. Gue takut dia gagal, kalau dia gagal, Lo harus kasih buku tabungan ini untuk dia melanjutkan kuliah nya, tanpa beasiswa. Gue gak mau dia sedih, dan ini beberapa mimpi nya."

"Kenapa Lo kasih ke gue?" tanya Gery heran.

"Gue takut hilang, kita sama-sama mewujudkan 5 mimpi nya itu. Kita semua berhutang banyak sama Abang nya," jawab Kaisar.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang