"Bagaimana pun kita harus meyakini pak Hendra dan juga OSIS untuk membentuk pasukan yang lebih besar, Sar. Karena nggak akan ada satupun siswa Visiona yang berani bergabung bersama kita tanpa izin OSIS, karena mereka tahu konsekuensinya." Andra menjelaskan.
Kaisar hanya diam dan menyimak. Kaisar sudah mencoba untuk meminta izin Shena secara baik-baik namun gadis keras kepala itu masih tetap menolak. Sekarang Kaisar tidak tahu harus meminta izin bagaimana lagi, atau haruskah Kaisar meminta izin langsung pada Om Hendra. Tapi, Kaisar tidak se dekat itu, dengan om Hendra.
Vidia memasuki kantin, membuat Kaisar dan teman-teman nya kembali diam, dan berpura-pura sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kaisar hanya menatap teman-teman nya dengan raut bertanya-tanya.
"Bendahara OSIS, mantan Daniel," jelas Jefrey.
"Ngomong-ngomong kok Lo bisa udahan sama bendahara OSIS itu?" tanya Andra pada Daniel.
"Dia lebih nyaman sama Joel mau gimana lagi."
Joel adalah wakil ketua OSIS, paras nya yang tampan mampu menarik perhatian setiap kaum hawa di SMA Visiona, termasuk Vidia.
"Kelihatannya Vidia emang bahagia banget sama si Joel," Jefrey tambah mengompori.
"Gue juga bahagia," balas Daniel acuh.
"Yakin?" Pertanyaan Kaisar membuat Daniel melemparkan sedotan ke arah sahabatnya itu.
"Gue melihat Lo nggak se bahagia itu," kata Kaisar lagi yang dibalas anggukan oleh Jefrey.
"Bahagia tuh kayak gue nih." Jefrey merentangkan kedua tangan nya, seolah ia adalah orang paling bahagia disini.
"Percuma, dia emang bahagia gue. Tapi kalau gue bukan bahagia nya mau gimana lagi," jawab Daniel pasrah.
"Jangan jadikan diri lo rumah, untuk orang yang suka nya kontrakan," kata Gery.
Gery sebenarnya sangat muak melihat tiga bulan yang lalu dimana Daniel begitu keras mempertahankan hubungan nya dengan Vidia. Sahabatnya itu malah sampai hujan-hujanan menunggu Vidia, yang ternyata sedang pergi jalan-jalan bersama Joel. Kalau saat itu Daniel memberi izin, Gery sangat ingin menghajar Vidia saat itu juga. Namun, Daniel menghalangi dengan mengatakan bahwa Vidia hanya butuh waktu untuk mengetahui siapa yang benar-benar menyayangi nya. Dan lihat lah sekarang, Vidia semakin dekat dengan Joel dan Daniel sudah gagal mempertahankan hubungan mereka.
Jefrey mengacungkan dua jempol nya ke arah Gery. "Bener, Bor. Lo jarang ngomong sekalinya ngomong memang paling bener."
Setelah kepergian Vidia dan Joel, kini giliran Shena yang memasuki kantin bersama Putra. Kedua nya terlihat begitu serius membicarakan sesuatu.
"Gimana keputusan Lo? Tadi gue lihat lo nemuin Shena di ruang OSIS, ngapain Lo berdua?" Tanya Jef dengan curiga.
"Bukan urusan Lo!"
"Anjing!"
Kaisar masih terus memperhatikan Shena dan interaksi nya dengan Putra.
Shena itu indah.
Shena sesekali tertawa kecil memperlihatkan dua lesung pipi yang berada di sudut bibirnya, kulit putih bersih, hidung yang mancung, alis yang rapi dan memanjang. Rambut yang ia cepol ala anak sekolahan. Bukan kah itu sangat indah.
"Woi! Lo nggak ngedip dari tadi." Jef berusaha mengagetkan Kaisar.
Kaisar hanya acuh dan memukul kepala Jef, matanya menatap kepergian Shena yang melirik ke arah nya sekilas. Kenapa setiap kali berbicara dengan Shena mereka selalu terlibat cekcok, apakah itu pertanda bahwa kedua nya memang tidak di takdirkan untuk selalu dekat. Kaisar menggeleng kuat, lagi pula untuk apa ia memikirkan Shena, gadis itu tidak lah penting untuk nya. Yang terpenting adalah izin dari nya.
****
"Pendaftaran paskibraka bakal di tutup seminggu lagi, Shen. Nggak ada salah nya kita mencoba, walaupun gagal setidaknya kita udah coba," kata Putra yang terus meyakinkan Shena untuk mendaftarkan sekolah mereka dalam pengibaran bendera tujuh belas Agustus nanti.
"Gue tahu! Tapi Visiona nggak akan pernah ikut."
Putra menahan pergelangan tangan Shena. "Pikirkan sekali lagi, Shen. Ini adalah kesempatan besar, karena ini adalah tahun terakhir kita menjabat OSIS dan juga tahun terakhir kita di SMA Visiona. Kenapa kita nggak bisa kasih sesuatu yang membanggakan untuk kenang-kenangan."
"Kita bisa buat sesuatu yang bisa di kenang SMA Visiona, tanpa ikut paskibra!" Shena melepaskan genggaman Putra dan meninggalkan sekretaris OSIS itu.
Setelah sampai di kelas, Shena langsung duduk di samping Silvia yang sibuk mencari foto terbagus di galeri nya.
"Menurut Lo foto gue lebih bagus yang mana, Shen?" Tanya Silvia dan mengarah kan ponsel nya ke depan wajah Shena, dan meminta pendapat sahabat nya itu.
"Gue lagi gak minat, Sil."
Silvia membuang nafas kasar. "Lo kenapa lagi, masih mikirin soal geng nya Kaisar?"
"Bukan cuma itu, Vidia sama Putra ngebet banget pengen daftar paskibra."
Silvia mengangguk dan menatap lekat ke arah Shena. "Nggak ada yang salah kan, Shen? Emang kenapa kalau mereka mau daftar, lagian sekolah kita udah nggak di blacklist lagi."
Shena menatap Silvia dengan jengah. "Sil, please nggak usah pura-pura lupa. Gimana kalau SMA Airlangga buat curang lagi dan kita di blacklist lagi? Lo kira bokap gue nggak capek nunggu 10 tahun itu. Terlebih bokap gue harus ganti denda lagi."
Silvia mengetuk-ngetuk jari nya di meja. "Semalaman gue mikirin soal kata-kata nya Kaisar, menurut Lo apa nggak sebaiknya geng nya Kaisar di setujui aja, Shen. Dia ada benarnya juga, udah seharusnya kita keluar dari zona nyaman. Selama ini Visiona selalu diam ketika di curangi, kita selalu berpatok dengan beasiswa yang besar. Kita gak pernah peduli dengan kecurangan yang terus menerus dilakukan pihak Airlangga mereka selalu berbuat sesuka hati mereka, bukan nya ini udah saat nya kita balas dendam."
"Sil gue nggak suka ya Lo bela geng nya Kaisar, sampai kapan pun geng mereka nggak boleh ada di Visiona. Dan, nggak ada yang benar dengan visi misi mereka. Keberadaan geng mereka cuma buat Visiona mendapatkan masalah lebih banyak lagi, dan gue gak mau itu terjadi."
Silvia memilih untuk diam, lagipula dia tidak memiliki bagian apapun di sekolah ini. Dan Silvia juga sebenarnya masih ragu dengan geng Kaisar, namun perkataan pria itu kemarin sedikit membuka pikiran Silvia. Walaupun akhirnya Shena masih menentang juga.
Deringan telfon membuyarkan lamunan kedua nya. Shena segera keluar dari kelas dan mengangkat telfon dari ayah nya.
"Halo, Pa."
"Halo, Sayang. Gimana ke adaan di sekolah?"
Kelas Shena berada di lantai tiga. Shena menatap ke arah bawah, dan memperlihatkan semua ruangan SMA Visiona yang tampak ramai siswa dan siswi dengan kegiatan mereka masing-masing. Shena tahu ayah nya pasti sangat kecewa jika kebahagiaan SMA Visiona yang sekarang akan hancur hanya karena ide-ide gila yang di buat oleh Kaisar dan geng nya.
"Shen!"
"Ah, baik-baik aja kok, Pa. OSIS juga lagi siapin beberapa acara untuk tujuh belas Agustus nanti."
"Bagus deh, oh iya gimana Kaisar? Kamu udah bertemu dengan dia? Kamu bantu dia ya, Sayang."
"Bantu dia sama aja menghancurkan sekolah ini, Pa." Ucap Shena dalam hati.
"Pasti kok, Pa. Kaisar juga baik, Shena udah ketemu sama dia."
"Oke, Sayang. Have fun ya, love you."
"Love you too papa."
Shena menarik nafas dalam-dalam, Shena takut ayah nya kecewa karena ulah Kaisar. Dan Shena sangat tidak mau semua perjuangan yang telah ayah nya lakukan hancur sia-sia karena ulah geng Kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Teen FictionIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...