Berlin, 2023.
Tiga tahun setelahnya.Dewa menatap sedih tumpukan buku di depan nya. Sejak satu Minggu lebih Dewa tidak pernah menyentuh tugas-tugas tersebut, karena urusan perusahaan sudah cukup membuat dirinya pusing tujuh keliling. Dewa mengangkat satu gelas berisi kopi, dan menyeruput nya habis.
Dewa kemudian beralih membereskan tumpukan-tumpukan buku tadi, hingga debu bertebaran membuat Dewa bersin beberapa kali. Dewa tidak sengaja mendorong sebuah lemari yang berisi beberapa foto kenang-kenangan yang ia bawa dari Indonesia. Dewa, memang satu-satunya anggota inti Ravens yang tetap melanjutkan pendidikan nya di luar negeri. Bersama calon istri, Vidia.
Satu foto dengan bingkai hitam jatuh ke lantai, serpihan kaca langsung bertebaran hingga terkena sepatu merk Dior yang Dewa kenakan. Dewa menunduk sebentar dan mengambil foto itu. Foto yang penuh kenangan, dimana anggota inti Ravens berfoto di atas rooftop markas dengan formasi yang lengkap. Ada Kaisar dan juga Poltak disana. Kedua laki-laki itu terlihat tersenyum dengan posisi yang sama, yaitu melipat kedua tangan di dada. Dewa mengusap pelan foto tersebut, dengan hati yang bergetar hebat di dalam sana. "Apa kabar kalian?" Dewa bertanya sendiri.
Setelah hari kelulusan, Dewa masih sempat berkumpul bersama anggota inti Ravens generasi pertama. Dia juga masih sering mengunjungi Shena waktu itu, bahkan Dewa masih sempat mewujudkan lima impian Alana sebelum Dewa benar-benar berangkat ke Jerman. Dan, setelah menetap beberapa tahun disana, dan belum pernah pulang sama sekali, Dewa tidak lagi saling berhubungan dengan anggota inti Ravens yang lain, bahkan dia pun tidak pernah kembali ke Indonesia lagi, walaupun perempuan yang ia cintai masih berada di negara tersebut.
"Wa, ini menurut gue ada yang salah deh sama grafik nya." Vidia datang mengejutkan Dewa, perempuan itu membawa satu kertas yang berisi grafik pendapatan perusahaan, yang saat ini dipegang oleh Dewa.
"Biar gue lihat." Dewa meletakkan di atas meja foto yang semula ia genggam, dan beralih mengambil kertas di tangan Vidia.
Vidia tersenyum melihat foto itu. Dia pun sangat rindu, kala mengingat masa SMA yang sangat menyenangkan, semenjak kehadiran Ravens di tengah-tengah mereka. Vidia mengusap pelan foto itu dan meneteskan air mata. "Lo nggak ada niatan buat ketemu mereka lagi?"
Dewa sebenarnya menggeleng ragu. "Masih banyak pekerjaan disini."
Vidia menyentuh pergelangan tangan Dewa, dan mereka pun saling tatap cukup lama. "Gue tahu Lo berusaha keras untuk nggak peduli. Gue juga tahu, Lo sangat mencintai Aluna kan?"
"Omong kosong, Vid." Dewa melepaskan tangan Vidia dan menoleh ke lain arah, Dewa juga seolah sok sibuk dengan membereskan tumpukan buku.
Vidia tertawa cukup keras, melihat wajah Dewa yang terlihat menyembunyikan sesuatu. "Wa, gue serumah sama Lo selama tiga tahun. Walaupun gue bukan istri Lo, tapi gue tahu. Diam-diam Lo selalu memantau Ig Aluna dengan second account. Lo juga sering lihat-lihat foto dia, nggak ada yang salah dari mencintai, Lo berhak bahagia dan Lo berhak mencintai siapa pun."
Dewa kemudian menatap Vidia tajam. "Semua yang Lo ucapkan nggak sesederhana itu, dia adik gue. Dan gue nggak pernah menganggap lebih. Dan satu lagi, tiga tahun kita berusaha mengelak dari perjodohan ini, tapi nggak pernah ada kemajuan. Kita cuma mengulur waktu."
Vidia mengulurkan tangan kanan nya. "Ayo berjuang sekali lagi, untuk orang yang Lo cintai, dan orang yang gue cintai."
Dewa menepis tangan Vidia dan menggeleng keras. "Semenjak kematian Kaisar, gue nggak pernah percaya lagi dengan kata Cinta. Kepergian nya mengajari gue, menjalankan takdir jauh lebih baik." Dewa segera pergi dari hadapan Vidia.
Dewa berjalan cepat ke arah taman belakang rumah, bahkan ia pun mengacuhkan Adel yang memanggil nya sedari tadi. Dewa memegang satu foto, kenangan Ravens juga sahabat terbaik nya, Kaisar.
"Sar, gue salah kalau gue mencintai Aluna? Maaf, perasaan ini datang tiba-tiba. Gue nggak bisa memenuhi tanggung jawab gue, dengan menganggap dia sebatas adik, seperti yang pernah Lo amanah kan. Perasaan ini datang tiba-tiba, Sar. Dan untuk pertama kalinya gue benar-benar merasa jatuh cinta."
Dewa menggulir isi galeri di handphone nya. Terlihat Aluna yang masih mengenakan seragam SMA, dan anggota inti Ravens yang sedang berkumpul di markas. Menghabiskan waktu bersama mereka, memang sangat lah indah, dan menyenangkan. Jika waktu bisa di putar, ingin sekali Dewa kembali ke masa itu, dan mengatakan pada semua orang, untuk melindungi Kaisar. Dewa terus menggulir foto-foto kebersamaan mereka, hingga ia sadar pada salah satu foto. Dewa meng-zoom foto itu dan melihat sesuatu yang benar-benar aneh.
Dewa membolak-balik kan handphone nya, hingga foto yang ia zoom sudah semakin pudar, karena Dewa melakukan nya sampai zoom paling terakhir. "Siapa cowok ini? Gue gak pernah melihat dia di antara anggota Ravens. Kenapa dia bisa nyempil di foto ini."
Dewa kembali lagi ke dalam rumah, dan berjalan ke arah kamar nya. Dewa mengobrak-abrik isi lemari dan mengeluarkan satu album, berisi foto 300 lebih anggota Ravens. Dan mencocokkan nya pada sosok lelaki yang bersembunyi di balik lemari, yang tanpa sengaja ikut masuk dalam foto yang Dewa ambil.
"Dia nggak ada di antara foto ini, dia penyusup? Tapi, selama ini markas selalu baik-baik aja." Dewa di buat kebingungan dengan foto yang ia temukan. Dewa terus menggulir foto selanjutnya, namun laki-laki misterius itu tidak pernah lagi terlihat.
Dewa juga notice beberapa Minggu sebelum Kaisar dinyatakan meninggal dunia. Cowok itu tampak lebih sering membawa sebuah buku berwarna biru dengan sampul kura-kura. Jika di teliti lebih jelas, apakah Kaisar memiliki maksud dengan buku itu, apakah dia mau anggota inti Ravens sadar pada buku tersebut. Tapi, kenapa dia tidak jujur dari awal, kalaupun benar untuk apa? Selama ini, Kaisar tidak pernah menutupi apapun.
"Sar, kami semua rindu," ungkap Dewa sangat sedih, namun tidak bisa ia pungkiri. Kecurigaan nya semakin bertambah ketika foto-foto berikutnya cowok misterius tadi tidak lagi terlihat. Itu menandakan, bahwa dia bukan anggota Ravens.
"Sar, Lo tahu sesuatu?"
Meski Dewa tahu kalau Kaisar tidak akan pernah lagi menjawab setiap pertanyaan nya. Namun, hanya itu lah yang bisa membuat dia tenang. Karena setelah Kaisar pergi, Dewa benar-benar kehilangan tempat untuk ia bercerita. Bercerita di depan foto Kaisar adalah jalan satu-satunya, agar Dewa tetap tenang dan bisa melanjutkan hidup dengan baik.
Dewa tersadar dari lamunannya ketika melihat sebuah notif. "Gery?"
Dewa membaca pesan itu.
Apa kabar manusia paling kaya?
Ada kabar buruk dan baik.
Kabar baik nya, Daniel udah move on
Kabar buruk nya, Ravens di ambang kehancuran!Dewa cukup tertegun membaca pesan yang di kirim oleh Gery. Cowok itu pun menatap satu foto yang sangat besar terpajang di dinding kamar nya. Foto anggota inti Ravens dengan formasi lengkap.
"Sar, apa ini saatnya gue harus pulang? Tapi, apa gue masih berhak ikut campur. Bagaimana pun, Ravens bukan milik kita sekarang."
"Kata siapa?" Dewa menoleh ke arah pintu yang terbuka, disana Vidia berdiri bersama Adel. "Sampai kapan pun, Ravens milik kalian!"
-Tbc
Sebagai informasi, cerita Kaisar 2019 sudah SELESAI!
part-part yang saya up hanya berisi kerinduan enam anggota inti Ravens, dan kehidupan mereka setelah tiga tahun berlalu.Sampai bertemu di kehidupan yang lebih baik, Kaisar.
Dan terimakasih telah berjuang untuk tetap waras, Shena!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Teen FictionIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...