79. Hari-hari tanpa Kaisar

606 34 0
                                    

Shena duduk di sebuah kursi dan di depan nya terdapat meja yang memanjang. Di sebelah kanan Shena, ada Pak Hendra dan jajaran guru. Di sebelah kiri gadis itu, ada jajaran OSIS yang baru. Dan dihadapan mereka semua, ada siswa dan siswi Visiona. Semua orang kompak menoleh ke arah pintu aula, disana ke enam anggota inti Ravens datang dan berdiri berjejer.

"Selamat pagi untuk kita semua, ini adalah keputusan mutlak yang telah saya pikirkan sejak lama. Mulai hari ini, saya memutuskan bahwa Ravens berhenti beroperasi di Visiona!" Tandas Shena dengan suara yang cukup kuat.

Seluruh anggota Ravens yang jumlah nya sangat banyak bersorak tak terima. Bahkan siswa dan siswi Visiona mengangkat tangan mereka, dan saling menjerit tidak setuju.

"Semua tolong harap tenang, kita kasih kesempatan untuk Gery berbicara," kata Bu Gayatri yang sesekali memukul pelan mic di genggaman nya.

"Lo boleh kecewa, Lo boleh marah sama kami. Tapi, Lo gak bisa kasih hukuman se berat ini untuk Ravens. Karena, komunitas ini bukan lagi hanya bergerak di Visiona, tapi banyak anggota yang berada di luar sekolah ini," ungkap Gery.

Shena menggeleng kuat. "Keputusan gue udah bulat. Nggak ada yang bisa mengubah keputusan ini, bahkan kalian sekalipun."

Pak Hendra memegang sebelah tangan Shena, dan menatap lekat mata anak nya itu. "Shen, jangan plin plan, kalau dari awal sudah setuju, maka tetap lah seperti itu."

Shena tetap menggeleng. "Ravens harus bubar, dan mulai hari ini. Saya Shena Amullya, memutuskan agar Ravens resmi bubar, sekarang bahkan sampai selama-lamanya."

"Kamu nggak boleh melakukan itu Shena!" Bentak Pak Hendra.

Shena menoleh ke arah Ayah nya, dengan tatapan mata tajam, bersamaan dengan air mata nya yang jatuh kembali.

"Papa nggak boleh lupa kalau saya satu-satunya ahli waris SMA Visiona, dan Papa jangan melupakan, kalau sekolah ini milik saya, saya berhak menentukan apa yang ada, dan tidak ada di sekolah ini!"

Jeffrey segera mendekat ke arah Shena, dan menatap gadis itu penuh dengan tanda tanya. "Lo membubarkan Ravens karena Kaisar? Lo berpikir karena Ravens Kaisar kehilangan nyawanya, gitu kan? Tapi, pernah nggak, Lo berpikir sedikit jauh. Ravens ada karena siapa? Dan karena apa?"

Jeffrey semakin mendekat, dan meletakkan kedua tangan nya di atas meja, Jef dan Shena pun saling menatap tajam, satu sama lain. "Kaisar mendirikan Ravens karena Visiona! Dan untuk kebebasan siswa dan siswi di dalamnya. Kebebasan yang nggak pernah Lo berikan, sebagai pemilik sah sekolah ini! Perlu gue ulangi sekali lagi? KARENA VISIONA!"

"Maka dari itu harus nya Lo bisa menyimpulkan, kematian Kaisar bukan karena Ravens tapi karena membela Visiona," tambah Daniel yang ikut berjalan di belakang Jef.

"Lo pasti mau bilang lagi, kalau rasa sakit yang Lo rasakan nggak sebanding dengan apa yang kami rasakan? Lo mengenal dia hanya sepanjang tahun ini, mungkin dari Januari 2019, beberapa bulan sebelum ia tiba di jakarta. Itu pun, Lo cuma kenal dia dari cerita Om Johan. Dan, kami? Kami sahabat nya dari kecil. Kami jauh lebih mengenal dia daripada Lo sendiri, kalau Lo merasa paling sakit disini, Lo benar-benar egois!" Ujar Gery yang kini juga sudah berdiri di hadapan Shena.

"Gue gak peduli, Ravens harus bubar!" Tukas Shena.

"Kak Shena!" Teriak Leon dari arah barisan siswa dan siswi Visiona, ia pun berjalan mendekat dan berdiri tak jauh dari Shena.

"Kalau Lo membubarkan Ravens, berarti Lo gak pernah mencintai Kaisar dengan tulus. Bahkan sebelum dia meninggal, dia berpesan untuk menjaga Ravens dan tidak membubarkan nya. Lo juga egois, karena kalau Ravens bubar, semua perjuangan yang udah Kaisar lakukan dan bang Poltak lakukan, bisa kami simpulkan sia-sia!" Teriak Leon.

"Lo lupa? Ada satu manusia lagi yang mendekam di penjara sampai 15 tahun lamanya, demi melindungi sekolah ini!" Teriak Leon lagi, dengan suara yang semakin jelas.

Shena menunduk dan kemudian menangis. Rasa sakit di dalam hatinya membuat Shena melupakan banyak hal, membuat dia menutup mata.

Kini Leon mendekat dan mengangkat dagu Shena, agar gadis itu mengangkat wajah nya, dan ia bisa melihat air mata siswa dan siswi Visiona. "Kami semua mengaku salah dan kalah, Kak. Kami semua mengaku kami kalah di acara Oktober kemarin, karena kami masih kehilangan salah satu di antara kami, bahkan kehilangan yang semakin jauh. Nggak ada satu pun di antara kami yang merasa menang, kami semua mengakui, kami sudah kalah."

Shena menggeleng. "Kita menang!"

Shena berjalan menjauhi kursi, dan berjalan mendekat ke arah tiga sahabat dekat Kaisar kemudian memeluk nya sangat erat.

"Maaf, Shen. Gue emang nggak se lembut Kaisar dalam mengungkapkan isi hati gue. Dan, kami semua sadar, cuma dia yang berhasil meluluhkan sikap egois yang Lo punya," ucap Jeffrey.

Shena menggeleng. "Nggak ada yang salah disini, dan gak ada yang bisa kita salahkan. Gue hanya perlu berdamai dengan keadaan juga takdir."

"KAMI SELALU ADA UNTUK BU KOMANDAN!"

Shena kembali tersenyum mendengar teriakan itu. Bahkan setelah kepergian nya pun, Kaisar masih menyisakan kebahagiaan untuk Shena, walaupun tanpa kehadiran nya.

****

Malam ini anggota inti Ravens mengajak Shena untuk makan malam di markas mereka. Walaupun hanya tersisa enam orang, tapi mereka masih begitu semangat.

Kini markas Ravens sudah sangat ramai, di isi oleh anggota Ravens yang berasal dari luar sekolah bahkan tidak terhitung jumlahnya.

Shena memilih untuk berdiam di kamar Kaisar, dan memeluk jaket pacar nya itu sangat erat. Shena juga melipat sisa pakaian Kaisar dalam lemari dan memasukkan nya dalam koper, untuk akhirnya ia simpan. Shena menyentuh satu kaos berwarna putih, yang sepertinya belum di cuci oleh pacar nya itu. Bahkan masih ada bau badannya disana.

"Sekali lagi, Kai. Gue rindu."

Di dekat pintu, Daniel dan Jef berdiri sembari memandangi Shena sendu.

"Shena adalah bukti cinta yang sempurna."

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang