Setelah pertandingan basket selesai dan kemenangan di raih oleh tim Kaisar. Shena kembali ke ruangan OSIS dan menemui beberapa anggota OSIS yang sudah berkumpul disana. Rapat segera di mulai, mulai dari Putra yang menjelaskan beberapa agenda mereka satu bulan ke depan, dilanjut Vidia yang menjelaskan keuangan mereka dan dana yang mereka butuhkan untuk acara bulan depan. Dan di tutup kesimpulan oleh Joel dan Shena.
Setelah rapat OSIS selesai yang tertinggal disana adalah anggota inti OSIS, yakni Shena, Vidia, Joel dan Putra.
"Kaisar mulai terang-terangan menunjukkan komunitas mereka di hadapan kita," kata Joel mulai membuka suara, Joel memang sudah sering memperhatikan Kaisar dan geng nya, apalagi mereka sering mengenakan jaket berwarna hitam dengan simbol gagak di lengan nya, padahal Visiona memiliki jas khusus berwarna biru tua. Kaisar dan geng nya bahkan menguasai parkiran paling pojok, dan mengklaim tidak ada yang boleh memarkirkan motor mereka disana.
"Gue nggak setuju dengan adanya geng mereka di lingkungan sekolah, Shen. Nama baik Visiona akan tercoreng kalau suatu saat nanti mereka buat keributan," jelas Putra.
"Kemarin mereka juga nyerang siswa Airlangga, Shen." Kini ikut Vidia yang membuka suara. "Jangan sampai karena geng mereka, permusuhan antara Visiona dan Airlangga bakal terbuka lagi."
Shena menatap semua anggota inti OSIS. "Semua akan baik-baik aja."
"Intinya Lo harus tegas, dan jangan sampai menyetujui geng mereka ada di lingkungan sekolah," peringat Joel dan segera keluar dari ruangan OSIS di ikuti Putra.
Kini hanya tersisa Shena dan Vidia disana. "Gue percaya sama Lo, Shen," ujar Vidia.
Shena tersenyum. "Semua pasti baik-baik aja."
Vidia menunduk sendu. "Ini tahun terakhir kita di Visiona dan tahun terakhir kita menjabat sebagai OSIS jangan sampai semua yang kita lakukan selama dua tahun ini hancur hanya karena geng konyol itu."
"Lo bisa bantu gue, Vid? Lo satu-satunya orang yang bisa gue percaya di OSIS," mohon Shena.
"Bantu?"
"Lo bisa cari tahu dari Daniel apa aja yang Kaisar dan geng nya rencana kan, supaya kita tahu lebih awal kalau mereka merencanakan sesuatu yang membahayakan."
"Tapi, gue sama Daniel nggak ada hubungan apa-apa, Shen."
"Lo bisa perbaiki hubungan Lo lagi kan? Untuk sekali ini, tolong bantu gue." Shena memohon. "Ini untuk Visiona, Vid. Gue tahu Lo sangat mencintai Visiona."
Vidia akhirnya mengangguk, dan Shena memeluk erat perempuan itu. "Makasih banyak, Vid."
Shena segera keluar dari ruangan OSIS, dan melihat Kaisar yang bersandar di dinding, untung saja ruangan OSIS kedap suara. Jadi orang yang berada di luar ruangan tidak akan mendengar percakapan mereka.
Kaisar menyerahkan satu lembar kertas yang membuat bola mata Shena membulat sempurna, Kaisar menaikkan sebelah alis nya. "Gimana?" tanya nya.
Shena benar-benar tidak percaya, Kaisar berhasil masuk tim paskibraka, dan pria itu menjadi satu-satunya yang berhasil masuk setelah Visiona berdiri.
"Masih ada satu syarat lagi."
Kaisar memasukkan kedua tangan nya dalam saku celana. "Bukan hal yang berat."
Shena pun hanya acuh dan pergi meninggalkan Kaisar disana. Shena tidak sepenuhnya acuh, perkataan Vidia sedikit membuat Shena ragu, bagaimana kalau kehadiran geng Ravens benar-benar menghancurkan Visiona? Visiona satu-satunya harta terakhir dan amanah terakhir kakek Shena sebelum ia menutup mata. Shena tidak mau menghancurkan harapan itu.
Shena benar-benar pusing sekarang. Shena memilih menenangkan diri di lapangan basket, namun mata nya menangkap sosok Kaisar yang tampak begitu serius berlatih bersama teman-teman nya.
"Apa keraguan gue terhadap Kaisar tidak beralasan?" Shena menunduk sendu. "Gue harap Lo sungguh-sungguh, Kai."
****
"Shen ada surat!" Papa Shena menemui anak nya itu di kamar.
"Dari siapa, Pa?"
"Kamu lihat aja."
Shena segera membuka surat itu dan melihat isinya, itu adalah surat yang di kirim langsung gubernur kepada SMA Visiona, disana terdapat sebuah undangan kompetisi basket antar sekolah. Tiba-tiba Shena mengingat tentang keseriusan Kaisar, apa ia mengirim tim Kaisar saja. Tapi, bagaimana pun mereka akan di curangi lagi nantinya. Bukan kah itu hanya buang-buang tenaga.
"Papa serahin ke kamu." Hendra segera meninggalkan Shena.
Shena merasa begitu silau ketika dari arah jendela terlihat sebuah cahaya yang begitu terang, Shena berjalan ke arah jendela dan melihat ada apa di luar sana. Dan, Shena menatap jengah ke arah Kaisar yang sedang memegang senter, pasti pria itu sengaja melakukan nya.
Shena menuruni anak tangga dan menemui Kaisar.
"Ngapain Lo?" Tanya Shena ketus.
"Nggak ada, main doang." Kaisar melihat Shena memegang kertas putih, dengan cepat pria itu merampas nya.
"Apaan sih, Kai. Balikin nggak?"
"Apa ini?"
"Bukan apa-apa, sini balikin!"
Namun sayang, tubuh Shena hanya sebatas dagu Kaisar. Maka sangat sulit bagi gadis itu merebut kertas undangan dalam tangan Kaisar. Kaisar segera membuka kertas undangan itu dan membaca nya dengan teliti, tiba-tiba dia tersenyum dan menyerahkan surat itu kembali kepada Shena.
"Visiona nggak akan ikut," ujar Shena yang mengerti arti senyuman Kaisar.
"Kenapa?"
"Nggak akan!"
"Lo kenapa sih seakan menghalangi mimpi semua siswa dan siswi SMA Visiona?"
"Lo nggak akan ngerti!"
Kaisar tertawa remeh dan merebut kembali surat itu dalam tangan Shena dan mengangkat nya tinggi-tinggi. "Visiona akan ikut!"
Setelah mengatakan itu Kaisar segera pergi dan menjalankan motornya menjauh dari area pekarangan rumah Shena.
"Arghhh...." Shena mengerang frustasi. Kenapa kedatangan Kaisar seolah akan mengubah kedamaian yang ada di SMA Visiona. "Lo pasti gagal, Kai," ucap Shena pelan.
"Biarkan dia mencoba." Hendra datang dari arah belakang Shena.
"Tapi, Pa."
"Sudah, biarkan saja."
Shena pun memilih diam, bagaimanapun keputusan ayah nya sudah final. Shena benar-benar menahan emosi nya sekarang, Kaisar memang selalu punya cara membuat darah Shena mendidih dan ingin menerkam pria itu. Segala yang ia lakukan rasanya ingin menyulut emosi Shena.
****
Pagi ini Shena cepat-cepat berangkat ke sekolah demi menghindari Kaisar yang akan menjemput nya lagi. Shena tidak ingin berhutang apapun pada lelaki itu, Shena sudah sampai di sekolah jam enam lewat 5 menit, dan disana sudah ada anggota Ravens yang menunggu gerbang di buka.
"Itu mereka?" tanya Shena.
"Anak-anak Visiona makin rajin ya non," kata Pak Adi yang dibalas anggukan singkat oleh Shena.
Shena tidak minat untuk turun dari mobil, gadis itu memilih berdiam diri hingga gerbang akan di buka. Sampai akhirnya jam enam lewat lima belas, motor Kaisar datang dan bergabung bersama anggota Ravens yang lain. Apakah pria itu kesal pada Shena? Tapi untuk apa dia peduli, Kaisar bukan siapa-siapa yang harus ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar 2019 [ SELESAI ]
Dla nastolatkówIni tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang ini. Kaisar pergi setelah ibu nya mengatakan akan menikah, Lagi. Catat LAGI! Kaisar pergi dari rumah...