12. Ravens disetujui?

664 57 27
                                    

Kaisar menepikan motor nya ke arah salah satu halte karena hujan turun semakin deras. Shena segera berlari dan berteduh di sana. Hujan turun begitu deras di ikuti angin kencang dan suara petir yang menggelegar, Shena sangat membenci suasana ini. Shena alergi dengan udara dingin, karena itu dia selalu memilih mengenakan mobil kemanapun ia pergi.

Kaisar menoleh ke samping dan melihat banyak sekali benjolan kemerahan yang keluar dari pergelangan tangan Shena.

"Lo biduran?"

"Bukan urusan Lo!" Shena meniru perkataan Kaisar saat di rumah sakit tadi.

Kaisar melepaskan jaket nya dan memakainya pada Shena. "Nggak usah sok kuat, semua orang juga tahu Lo lemah!"

"Kai," panggil Shena lemah.

Kaisar menoleh ke samping dan melihat wajah Shena yang tampak pucat. "Sama-sama," balas Kaisar seolah mengerti apa yang Shena ingin katakan.

"Terimakasih," kata Shena.

Kaisar melipat kedua tangan nya di dada. "Pertimbangkan sekali lagi keputusan Lo, Shen. Visiona butuh Ravens."

"Sepuluh tahun bukan lah waktu yang mudah bagi bokap gue mengembalikan nama baik Visiona, Kai. Gue juga pengen lihat Visiona dikenal banyak orang."

"Terus?"

"Gue takut."

Kaisar mengulurkan tangan nya ke arah Shena dan menatap gadis berbandana putih itu dengan sungguh-sungguh. "Percaya sama gue!"

Shena dengan ragu menerima uluran tangan Kaisar dan menggenggam nya erat. "Gue setujui Ravens tapi dengan dua syarat!"

Kaisar menaikkan sebelah alis nya, menunggu Shena untuk melanjutkan kata-katanya.

"Lo harus mengumpulkan minimal 20 orang siswa Visiona yang mau bergabung dengan Ravens, dan Lo harus tunjukkan ke gue satu prestasi Lo. Supaya kabar tentang Ravens gak sampai ke bokap gue."

Kaisar menerima persyaratan yang di ajukan oleh Shena. "Gue juga punya syarat, gue bakal masuk anggota paskibraka dan menjadi satu-satunya siswa Visiona yang ada disana nantinya, kalau gue benar-benar berhasil, OSIS dan jajarannya harus menandatangani persetujuan bahwa sampai kapan pun Ravens harus ada di Visiona, gimana?"

Shena geleng-geleng kepala, paskibraka katanya? Shena yakin 100% Kaisar akan gagal. Tapi apa salah nya setuju, agar Kaisar paham bahwa dia tidak sehebat itu, dan juga menyadarkan pria itu bahwa tidak semua bisa ia gapai dengan mudah.

"Setuju!" Kata Shena.

Kaisar tersenyum senang dan mengangguk. "Tunggu kabar baik gue Shena Amullya Lewis."

Untuk pertama kalinya Shena melihat senyuman tulus Kaisar hingga memperlihatkan lekungan kedua sudut bibirnya yang begitu indah. Shena berusaha untuk tersenyum namun ia ragu, hingga kedua tangan lembut Kaisar menarik kedua sudut bibir gadis itu, menciptakan lekungan yang sempurna.

Hujan turun semakin deras, Kaisar mendekat ke arah Shena dan memegang bahu gadis itu dari samping, Shena hanya tersenyum pelan dengan perlakuan manis pria tanpa ekspresi itu. Nyata nya Kaisar tidak se menakutkan itu bagi Shena.

****

Shena mondar-mandir di dalam kamar nya. Sore tadi Shena terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia lupa meminta kepada Kaisar untuk mengembalikan handphone nya. Padahal Shena harus menghubungi Vidia sekarang juga. Shena menatap jaket hitam dengan bordiran gagak di lengan nya, jaket itu milik Kaisar. Shena sengaja menggantung nya di lemari agar cepat kering.

"Lo kenapa sih?" tanya Silvia yang melihat keresahan Shena.

"Gue butuh telfon Vidia sekarang, tapi handphone gue ada di Kaisar."

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang