10 : Passionate

157 24 5
                                    

Nghhnnn, lenguh Pin ketika merasakan perutnya begitu berat dan melihat ada sebuah tangan yang memeluk pinggangnya erat.

Awalnya dia pikir itu Krit yang memeluknya namun begitu dia membuka matanya, sungguh dia yang tadinya tersenyum bahagia kini langsung menendang pria yang memeluknya hingga membuat si pria jatuh dengan tidak elitnya ke lantai.

"Aduh..." Ringis si pria merasa perih bokongnya karena itu yang mendarat duluan di lantai.

"Kenapa kau bisa masuk ke kamarku?" Ucap dia horor setelah memastikan pakaiannya lengkap melekat di tubuhnya.

"Apa sih yank, ini masih pagi tapi kamu sudah marah-marah." Tak berdosanya kini kembali merebahkan tubuhnya di kasur king size Pin.

"Turun, siapa yang ngizinin kamu tidur di sini?" Usir dia sembari menarik kain selimut yang menutupi tubuh Type.

Type tidak mau kalah, dia raih pergelangan tangan Pin lantas dia tarik sehingga mau tidak mau Pin mendarat diatas tubuh Type, mereka nyaris saja berciuman.

"Lepas ah! Kamu bau jigong!" Asal bunyi dia pada Type yang kini semakin erat dia memeluk pinggang Pin.

"Ini hari terakhir aku nginap di sini. Sore nanti orang tuaku sampai di rumah. Jadi aku harus pulang." Cerita Type membuat Pin berhenti berusaha melepaskan diri dari Type.

"Abang Saint juga pulang?" Sekarang dia menatap wajah Type dengan berani.

Type mengangguk, "Abang Saint mau melamar Krit."

"Serius?!" Dia senang jika memang benar lantas Type tertawa. Mana mungkin Saint melamar Krit mengingat yang dia suka itu Kengkla.

Seketika itu juga pin memukul Type dengan bantal, "Ih usil banget sih jadi orang. JAHAT!" Rutuk dia pada Type yang masih tertawa, kekasihnya selain polos dia juga gampang ditipu.

Sementara di sini Kengkla sedang menelepon dengan Mark, "Jadi papa pulang bareng dengan paman beserta yang lainnya?"

"Tidak, pamanmu bulan depan pulangnya, dia masih ada urusan di sana. Papa dan Daddy pulang bareng orang tua Type dan juga dengan orang tua Ai. Paling nanti sore kami sampai di Bangkok." Jelasnya dari kemarin pagi dia naik pesawat, hanya saja mereka transit cukup lama.

"Perlu Abang jemput? Soalnya Abang ada kencan dengan pacar abang."

"Gak usah, nanti papa dan Daddy di jemput Nana." Nana itu adik Perth dan Blue, bibi si kembar. Mereka tidak mengharapkan Kengkla menjemput mereka, putranya ini memang jarang di rumah.

"Tapi Abang masih boleh menginap di rumah paman kan pa?"

"Ngapain Abang nginap di rumah paman? Papa dan Daddy kan sudah pulang." Ujar Mark kini ponselnya diambil oleh Blue. Dia ingin bicara dengan putra angkatnya itu.

"Abang mau menjaga si kembar pa." Dia pikir ponsel tersebut masih Mark yang pegang.

"Jaga si kembar? Jaga gimana? Memangnya si kembar butuh penjagaan Abang? Yang ada Abang yang butuh penjagaan. Setiap hari keluyuran, main cewek, hedon sana sini, mau jadi apa kamu nanti?" Selama ini dia hanya melihat tingkah laku Kengkla yang semakin hari semakin bebas.

Terdiam Kengkla dibuatnya, dia sangat takut pada Daddynya.

"Jemput orang tua saja kamu gak mau. Lebih mentingin pacar ketimbang orang tua. Memangnya pacarmu yang membiayai hidupmu? Kamu semakin lama semakin nakal ya nak. Mau papa kirim kamu ke rumah kakek, hembn?"

"Ja-jangan daddy... Abang minta maaf. Nanti biar Abang yang jemput Daddy dan papa, na..."

Terdengar helaan nafas panjang dari Blue, dia pikir memberikan apa yang Kengkla mau itu perbuatan yang baik ternyata malah sebaliknya. Blue dan Mark terlalu sibuk sehingga quality time nya dengan Kengkla bisa dihitung dengan jari. Tapi si kembar juga jarang menghabiskan waktu bersama dengan orang tuanya? Lantas kenapa si kembar masih aman terkendali? Pengaruh teman kah atau bagaimana?

2MoonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang