16 : Hemofilia

105 22 4
                                    


Setelah mendengar penjelasan Pin, Saint segera ke kamar Type. Sementara Pin, dia segera pergi dari sana, mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Darah mengalir tak henti dari tangannya yang terluka, padahal sudah dia obati seadanya bahkan sudah dia ikat dengan sapu tangan. Pecahan kaca itu memang menembus telapak tangan kirinya, dan itu bukan main banyak darahnya. Dia sendiri heran, kenapa darah nya tak berhenti juga, padahal sudah dia ikat dan dia beri betadine.

Bahkan kini darah itu sudah menetes dan mengenai paha Pin. Stir mobil pun sudah mulai basah oleh darahnya. Dia mulai pusing dengan pandangan yang mulai buram. Laju mobilnya pun sudah mulai tidak teratur, dan beberapa detik kemudian... mobil yang dia kendarai menghantam pembatas jalan. Beruntung laju mobilnya pelan, sehingga kecelakaan itu tidak parah. Mobil mewah dan mahal itu hanya tergores sedikit, sementara pembatas jalan sedikit bonyok.

Karena ini jam pulang kerja, jadi jalanan ramai di lalui kendaraan. Dan karena kecelakaan ini, macet pun terjadi.

Di dalam mobil, keadaan Pin tentu tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Dia kehilangan banyak darah dari luka di tangannya. Sementara luka dari kecelakaan ini tidak ada. Tingkat keselamatan mobil itu tuk pengendaranya sangat baik.

Orang-orang yang ada di sana bergerak cepat untuk saling menolong dan memanggil ambulance dan pertolongan lainnya.

Di Bandara, Kritt nyaris jatuh tersungkur mendengar kabar kembarannya yang mengalami kecelakaan. Jika tidak ada Joss di sebelahnya, mungkin Kritt sudah terduduk lemah di lantai. "Maaf bang, sepertinya adek gak bisa menemani abang pulang ke Phuket. Pin kecelakaan." Cerita Pin setelah selesai menelepon dengan Theo.

Joss ikut kaget, namun dia berhasil menenangkan dirinya secepat mungkin. "Ya udah, kalau begitu ke tempat kakeknya besok-besok saja, sekarang kita ke rumah sakit ya!"

Kritt menggeleng, "Mending abang pulang deh! Bukankah abang sendiri yang bilang kalau kakek sudah lama menunggu kepulangan abang. Pin biar adek yang urus. Kakek dan paman Theo juga sudah sampai di rumah sakit. Abang pulang ya, kasihan kakek... dia sudah lama merindukan abang." Dia tidak ingin merusak momen bahagia Joss dengan kakeknya.

"Yakin kamu baik-baik saja gak abang temani ke rumah sakit?" Dia mencemaskan kekasihnya, di saat itu juga, pesawat sudah mereka naiki, 20 menit lagi akan take off.

"Iya. Maaf ya bang... adek gak bisa menemani abang bertemu dengan kakek. Adek titip salam tuk kakek ya bang!" Untung barang bawaannya hanya satu tas ransel, jadi dia gak begitu kerepotan.

Joss mengangguk ringan, dia memejamkan matanya sebentar saat Kritt mengecup pipinya. "I love you!" Ucap Kritt segera dibalas oleh Joss. "I love you more! Hati-hati ya yank, jangan ngebut!"

"Abang juga, Have fun ya! Dan jangan lupa kabari adek jika abang sudah sampai di sana!"

"Iya!" Jawab Joss kini dia yang mengecup pipi Kritt.

Beberapa menit kemudian, Kritt sudah mengendarai mobilnya menuju rumah sakit tempat Pin di rawat.

Jangan tanya bagaimana Meen dan Perth, Perth sampai pingsan mendengar kabar buruk ini, beruntung Meen ada di sebelahnya, kalau tidak ada, entah apa yang terjadi. Setelah sadar, barulah Meen dan Perth memesan tiket pesawat. Karena pesannya hari ini, dia hanya mendapatkan penerbangan jam 2 dini hari. Mungkin lusa pagi dia sampai di negeri gajah putih.

"Bagaimana keadaan adek kakek, paman?!" Dia baru tiba tapi langsung bertanya tentang keadaan kembarannya. Dia berlari ke sini begitu dia selesai memarkirkan mobilnya.

Kini dia melihat Pin berbaring diatas ranjang pasien dengan tangan yang terpasang slang transfusi darah serta infus.

"Masa kritisnya sudah lewat. Tapi dia belum siuman." Jelas Theo kini menghampiri Kritt yang termangu di depan pintu. Serasa berputar dunia dia melihat kembarannya terbaring koma.

2MoonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang