05 : 30 Day's

123 28 2
                                    

Manik gelap Pin berembun, ini sudah jam 8 malam. Tapi Ai tak kunjung datang. Campus juga sudah mau tutup dan baterai ponselnya juga sudah lowbat. Dia tidak membawa power bank

Di sini juga banyak nyamuk plus dia yang sudah lapar.

"Ayo pulang!" Ajak Type ternyata semenjak Pin menunggu Ai di sini, dia tidak berada jauh dari Pin. Dia selalu memperhatikan Pin, sehingga dia bisa melihat tingkah laku Pin yang gelisah menunggu Ai.

Pin harus mendongak melihat Type yang berdiri di hadapannya sambil memegang payung. Gerimis, belum lama ini. Karena gerimis itulah Type menyudahi pantauan nya pada Pin.

"Gak mau, aku mau menunggu kak Ai..." Cicit dia mencoba tetap tegar walaupun dia yakin Ai tidak akan pernah datang. Ai lupa dengan janjinya.

"Pulang Pin, ini sudah malam!"

"Gak mau, pokoknya aku mau menunggu kak Ai!" Suaranya terdengar bergetar seraya menepis kasar pegangan tangan Type.

"Kak Ai gak akan datang! Ayo pulang!"

"Gak mau!" Bentak Pin kemudian dia menangis karena Type berkata kalau Ai tidak akan datang.

"Kamu mau aku seret ke mobil? Ayo pulang selagi aku masih memintanya dengan baik-baik!" Dia mengabaikan deraian air mata Pin walaupun dadanya berdenyut perih.

"Gak mau! Aku mau menunggu kak Ai!" Balas Pin mencoba berhenti menangis, dia membentak Type. Dia lupa kalau kesabaran Type itu setipis tisu sehingga kini Type memasukkan payungnya kedalam tas walaupun kini gerimis sudah berganti menjadi hujan lebat. Detik selanjutnya dia menggendong Pin seperti dia membawa karung.

"Turunkan aku! Aku mau menunggu kak Ai!" Pinta Pin membentak seraya meronta-ronta tapi percuma, Type tidak peduli dan terus membawa Pin menuju mobilnya yang tidak jauh terparkir di sana. Dia bahkan memasukkan Pin dengan kasar kedalam mobilnya. Dan dengan cepat dia hidupkan mesin mobilnya seraya mengabaikan segala kata-kata kasar dari Pin.

"Turunkan aku! Aku mau menunggu kak Ai. Kami sudah janjian pulang bareng seperti biasanya!"

Type tidak peduli, dia seakan-akan tuli dan bisu namun hatinya menjerit sakit. Bahkan matanya sudah memerah menahan amarah supaya dia tidak memaki dan menampar Pin.

"Berhenti! Nanti bagaimana jika kak Ai datang menjemputku?" Jelas dia kini tidak lagi menangis. Dia terus berusaha membuka pintu mobil yang terkunci.

"Aku bilang berhenti!!!"

"Diamlah!!!" Akhirnya Type membentak Krit juga.

Mereka sama-sama basah namun emosi keduanya sama-sama meledak-ledak.

Mobil itu terus melaju dan tatapan mata Pin semakin tajam pada Type yang menatap lurus jalanan. Hari hujan lebat jadi dia harus ekstra hati-hati dalam mengendarai mobil.

Beberapa detik berikutnya dia rasakan lengannya berdenyut sakit. Ternyata Pin menggigit tangannya sekuat hatinya. Tidak Type lepas, namun dia menepikan mobilnya dan hanya menatap Pin yang masih menggigit tangannya hingga berdarah.

Pin tersentak ketika lidahnya mengecap rasa asin nan amis. Dia baru sadar kalau dia menggigit Type sampai berdarah.

"Gigit saja terus sampai tanganku putus!" Cetus Type pada Pin kembali menjatuhkan air matanya, dia tidak bermaksud melukai Type.

"Nangis lagi, nangis lagi! Kenapa sih kamu selalu menangis? Cengeng amat sih jadi orang?" Betapa tingginya nada bicara Type, sebenarnya Type paling benci melihat Pin menangis.

Perkataan Type malah membuat tangis Pin semakin keras.

"Sialan!" Umpat Type kasar kemudian dia memukul stir mobil. Dia tidak tahu cara mendiamkan orang menangis. Emosional Type semakin menyulut tangis Pin selancar air terjun mengalir.

2MoonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang