3.

20.6K 733 3
                                    

"Ron mau ikut makan siang gak? Atau perlu gw pesenin sesuatu?" Daniel dan Rony baru saja kembali dari ruang meeting dan dalam perjalanan untuk kembali ke ruangan mereka.

"Berkas yang gw minta revisi udah ada di atas meja belom? Gw harus cek itu biar bisa langsung jalan"

"Hadehh, gw nanya apa lo jawab apa. Ada di meja gw, tadi udah acc Dimas juga harusnya udah oke sama lo" jawab Daniel melihat laporan di handphonennya.

"Oke, Lo kalo mau makan pergi aja. Biar gw cek langsung di meja lo" baru saja Rony menyelesaikan ucapannya . Saat pandangannya teralihkan dengan sosok laki-laki yang baru sempat dilihatnya lagi.

"Siang Pak Aron"

"Siang niel, udah lama saya gak liat kamu. Sehat?"

"Sehat Pak"

"Biasanya juga panggil om" ledek Aron pada salah satu teman putranya itu. Ya, sosok laki-laki itu adalah Aron samudera . Ayah Rony sekaligus pendiri  Samudera Corp. "Di kantor Pak maklum"

"Kalian mau makan siang?"

"Saya aja sih om, Rony masih mau lanjut cek berkas katanya"

Daniel bisa merasakan lirikan tajam dari laki-laki di sebelahnya. Diikuti lirikan Pak Aron didepannya yang kini beralih melirik Rony disampingnya.

"Kamu cek berkasnya ditunda dulu, makan siang sama Ayah aja, ada yang mau Ayah obrolin sama kamu"

Rony tentu tidak bisa menolak permintaan ayahnya itu karena setelah selesai dengan ucapannya, ayahnya sudah berlalu berjalan ke arah lift VVIP.

Sepeninggal Daniel yang memang akan berlalu makan siang, Rony kini sudah sampai di ruangan Ayahnya. Rony mendudukan tubuhnya di sofa sedangkan ayahnya masih mengurus beberapa hal dengan sekertarisnya.

"Kamu makan duluan aja, itu kiriman masakan bunda"

Sendok dan garpunya kini sudah beradu ketika ayahnya duduk bergabung dengannya.

"Kamu belum ada niatan nikah Zar?"

Uhukk

Air digelas itu sudah tandas separuh untuk menolongnya yang tiba-tiba tersedak karena ucapan tiba-tiba ayahnya.

"Yahh kenapa tiba-tiba bahas itu"

"Loh kenapa? Umur kamu udah 27 tahun. Bentar lagi 28 tahun. Emangnya salah Ayah nanya soal itu? Ayah belum pernah liat kamu dekat sama cewe kecuali rekan bisnis kamu. Bahkan sekertaris kamu aja Daniel. Untung dia udah punya tunangan kalo enggak Ayah curiga kamu sama dia"

"Yahh" bola matanya memutar balas. Masa ayahnya sampai berfikir sejauh itu? Yang benar saja.

"Ya makanya, kamu harus mulailah mikirin pernikahan. Seenggaknya pasangan gitu Zar. Jangan proyek sama tender aja yang kamu pikirin. Buat apa kamu ngejar semua itu kalo dimasa tua nanti kamu gak ada yang nemenin. Bunda tuh udah ditanyain cucunya mana sama temen-temen arisannya"

Rony hanya diam mendengarkan apa yang sedang ayahnya itu susun sebelum berakhir pada satu muara ujungnya.

"Ayah juga pengen punya cucu, ya menantu dulu sih"

Rony masih diam.

"Atau kalo kamu gak punya waktu buat nyari, Ayah kenalin sama anak sahabat ayah aja. Gimana?"

Kan, sudah bisa Rony tebak pembicaraan ini berakhir dimana.

"Ron?"

Kini Rony menghela nafasnya "kalo ayah udah manggil pake Ron , emangnya Rony bisa nolak?" Ucapnya.

"Kenalan aja kan?" Imbuhnya.

"Ya kalo cocok kenapa enggak? Ayah yakin kali ini kamu bakal suka Ron.."

"Rony selesai"

"Nanti ayah kabarin kamu bisa ketemu kapan"

Skip malam

Rony baru saja mendudukkan dirinya tepat di sofa yang berada di kamar apartemennya. Seperti dugaannya pagi tadi , bahwa ia akan berakhir disana.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Rony keluar dari dalam kamar mandi. Tangannya masih sibuk mengusak rambut basahnya ketika handphone yang sedang di charger itu berdering. Nama adiknya tertera disana.

Kak Zarrr

Ya Nad, kenapa belum tidur?

Aku lagi nyelesain tugasku pas kemarin ikut ayah ke Aussie.
Lagi susun paper.

Hmm, jadi kakak bisa bantu apa?

Terdengar tawa kecil diseberang sana.

Kakak emang paling tau aku.

Jadi Nad?

Aku butuh sedikit penelitian buat bahan paper aku. (Nadyffa menjelaskan soal topik tugasnya)
Lumayan buat tambahan nilai aku kan, karena tugas nyusul pasti nilainya gak maksimal.
Boleh kan aku ke kantor buat tau?

Ya boleh Nad, kenapa gak boleh.
Kenapa gak minta sama Ayah? Langsung sama pendirinya.

Ayah besok pagi udah flight ke Surabaya.

Yaudah , besok kamu ke kantor aja.
Kabarin ke kakak pas jalan ya.

Noted!!
Thanks kak Zar.
Met bobo

Kamu juga istirahat Nad.
Udah malam.

Rony meletakkan kembali handphonennya di nakas. Membawa handuk basah yang tadi tersampir sembarang di ranjangnya ke arah tempat pakaian kotor di ujung walk in closet.

Membahas kembali ayahnya dengan Nadyffa membuat ia tiba-tiba teringat dengan pembicaraannya dengan sang ayah siang tadi. Rasanya menghindari niat perkenalannya dengan salah satu putri dari teman ayahnya kini tidak bisa dihindari. Jadwalnya sebulan ini hanya full di Indonesia, tidak ada alasannya untuk kabur lebih lama.

Ayahnya dengan mudah mengotak-atik jadwalnya jika masih di dalam negeri.

Apa kali ini , ia harus benar-benar datang? Masalahnya hal itu akan berarti bahwa ia menyetujui rencana ayahnya. Karena selama ini Rony selalu berhasil mengatasinya dengan alasan kunjungan luar negeri.

Rony menbuang nafasnya gusar. Hari ini sudah cukup lelah , puluhan file yang harus diperiksannya rasanya sudah memenuhi seluruh ruang di otaknya. Ditambah satu hal ini yang tiba-tiba saja datang dan memaksa untuk ikut ia pikirkan.

Bundanya jelas tidak akan bisa membantu, karena bundanya juga sudah beberapa kali membahas ini dengannya walau selalu Rony anggap lalu begitu saja. Bukankah sudah jelas, bahwa jika Ayahnya saja sudah mengatakan langsung padanya. Maka rencana itu sudah lebih dulu sampai ditelinga bundanya. Ya, artinya bundanya sudah memilih keberpihakan, pada siapa lagi? sudah pasti pada ayahnya.

Apa kali ini sudah waktunya? Rony melepaskan apa yang sudah ia cari dan tunggu selama ini?

ISLA [Salma X Rony]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang