34.

22.9K 1.2K 44
                                    

"Pak, nanti berhenti di toko bunga depan sebentar ya"

"Iya bu"

Salma memandang arlojinya pelan, perjalanannya menuju ke karawang tak memakan waktu lama. Mungkin karena ia pergi di siang hari. Jadi waktu yang dihabiskan di perjalanan tak banyak, berbeda dengan  biasanya. Saat ia pergi di waktu yang bersamaan dengan jam pulang kantor.

"Eh mba Salma, mau bunga kaya biasa mba?"

"Iya mba kaya biasa ya, Dua ya mba "

"Bulan lalu gak kesini mba?"

"Ke makam kok, cuman gak sempet mampir soalnya lumayan sore ke makamnya. Terus gak sempet pesan juga ke mba."

"Oh makanya bulan ini double mba bunganya?"

"Iya mba"

Setelah mendapakatkan dua buket bunga di genggamannya, Salma kembali melanjutkan perjalannya. Pak Iyan, supir Rony sedikit bingung ketika tau bahwa tujuan mereka kali ini adalah sebuah komplek pemakaman elit, dia tidak mengira bahwa dirinya akan mengantar Salma ke sebuah pemakaman.

"Pak iyan tunggu sebentar ya disini, saya harus jalan kesana sebentar"

"Perlu di temani bu?"

"Gapapa , saya bisa sendiri kok"

Salma kini membawa langkahnya mendekati sebuah pusara, yang bulan lalu juga sudah ia kunjungi dan bulan-bulan sebelumnya. Salma meletakkan bunga didalam genggamannya setelah ia bersimpuh tepat disamping nisan hitam itu.

Hai Luka, aku datang lagi.

Tetes demi tetes air matanya sudah jatuh, semua rasa hatinya sudah tumpah, dengan sengaja.

Perasaannya tiba-tiba tidak karuan, nafasnya pelan-pelan terasa berat, gemuruhnya datang bersamaan dengan usapan lembut di punggungnya.

"Lun"

"Udah ya, mimpi kemarin pasti karena Luka lagi kangen sama Lo. Jangan mikir yang aneh-aneh"

Salma menggeleng, tidak, ia punya fikiran lain. Mimpi itu pasti datang lagi karena hal lain, bukan karena rasa rindu padanya.

Fal mengeratkan pelukannya pada Salma, memberikan usapan lembut pada punggung adik sepupunya itu. "Lun, semua udah baik-baik aja. Semua, Lo, Mamah, Papah, Gw bahkan Luka sekalipun. Oke? Gak ada yang perlu lu pikirin lagi. Semuanya udah baik-baik aja."

"Udah ya, lo gak boleh gini terus. Kasihan Luka disana."

"Gw jahat ya Jan, karena gw Luka harus pergi. Gw udah bikin semua orang kehilangan dia, kenapa saat itu gak — "

"Lun Stop, jangan keluarin omong kosong lagi. Liat gw"

Fal mengangkat tubuh Salma dari pelukannya, kemudian mengangkat sedikit wajah Salma untuk menatapnya. Matanya sudah berderai air mata, wajahnya sudah penuh dengan tangis. "Gak ada yang jahat disini, semua yang terjadi karena udah jalan takdirnya. Gak ada siapa yang harus, gak ada yang disalahin disini. Please Lun, lo bisa. Biarin Luka pergi dengan Damai Lun, biarin dia tenang disana dengan lo ikhlasin dia."

"Gw yang gak tenang Fal, hidup gw gak damai."

"Lun, lo harus ikhlas. Biar semuanya gak berat buat lo"

"Ajarin gw gimana caranya gw mengikhlaskan sebagian dari diri gw yang pergi karena diri gw sendiri? ajarin Fal, gw mohon"





_____


Rony memarkirkan mobilnya tepat didepan pintu rumahnya, Kemudian memberikan kuncinya pada Pak Iyan yang menyambutnya.

"Makasih ya Pak, oh ya Bapak sama Salma pulang jam berapa dari karawang?"

ISLA [Salma X Rony]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang