13.

17.5K 773 6
                                    

Salma membaringkan tubuhnya ke atas Ranjang didalam kamar yang sudah ia tinggalkan tiga hari ini. Rumahnya sepi, hanya ada para asisten rumah tangga, supir dan beberapa satpam rumahnya. Kedua orang tuanya sedang terbang ke Surabaya, membicarakan pernikahannya dengan Rony katanya.

Ya karena itulah, kepalanya kini kembali penuh dengan hal itu. Ya Perjodohan, pernikahan dan tentu saja Rony...

Hubungannya dengan Rony bisa dibilang biasa saja, tak ada hal berarti. Walaupun akhir-akhir ini mereka memang beberapa kali bertemu. Tapi ya begitu saja, tadi juga sepanjang makan siang tidak ada obrolan berarti. Rony sibuk mengobrol dengan Fal dan dia juga sibuk membereskan beberapa pekerjaannya yang menumpuk karena tertinggal.

Hanya ada sedikit obrolan ketika rombongan Rony pamit untuk pulang, dan ya begitu saja tidak ada yang spesial.

Salma menghembuskan nafasnya pelan, memejamkan matanya perlahan. Sebaiknya ia mengistirahatkan tubuhnya dulu sekarang, pikirannya bisa ia kumpulkan untuk besok lagi.

Baru saja ia akan terlelap dalam tidurnya saat sebuah notif membangunkannya. Salma mengerutkan keningnya, ini tidak salah? Rony mengiriminya pesan? Menanyakan kepulangannya?

Salma mencubit tangannya pelan.

"Sakit" rengeknya sendiri, memang aneh.

"Kirain mimpi"

——
Setelah melewati hari-harinya dengan jadwal yang penuh. Sampailah ia diujung hari jumat. Ya seperti chat Rony terakhir, laki-laki itu mengajaknya membereskan sisa-sisa urusan kebutuhan pernikahan yang harus mereka kerjakan. Jadilah di hari ini Salma mengosongkan waktunya, walaupun pagi ini ia harus tetap mengisi satu kelasnya.

"Hai sayang, gimana kemarin Singapura. Aman?" Salma memeluk mamahnya lalu mencium kedua pipinya "aman seperti biasa. Mamah gimana??"

"Baik kok, aman semua. Urusan sama saudara-saudara di Surabaya udah oke. Kamu sendiri gimana?"

"Ya?"

"Yang kamu kerjain sayang, gaun, seserahan? Kamu gak lupa kan?"

Salma menerima piring berisi nasi goreng dari mamahnya. "Hari ini rencananya mau ambil cincin, sama gaun. WO nya kata bundanya Rony tinggal preview terakhir. Kayanya itu dikejar besok pagi"

"Iya, Rony udah izin mamah kok tadi. Oh ya sayang, kamu habis dari makam kaka?"

Salma menghentikan suapannya , "sebelum ke surabaya mamah mampir kesana sama papah. Penjaga bilang ada kamu kesana?"

Salma masih diam, "pas kamu pergi sama Rony?"

"Mah"

"Gapapa sayang, mamah ngerti. Tapi kamu udah —"

Salma menggeleng "aku belum siap kalo harus cerita itu lagi mah."

Ita segera mengusap bahu Salma lembut. "Sst, pelan-pelan aja ya sayang. Kamu pasti bisa ya"

"Tapi mau bagaimanapun, nantinya Rony harus tau sayang." Salma mengangguk, mengerti maksud mamahnya. "Semoga pas waktunya tiba, aku udah lebih ikhlas ya mah"

Kecupan lembut jatuh dikeningnya. "Yaudah, kamu dari pagi dijemput Rony atau?"

"Enggak, aku kan mesti ke kampus dulu mah. Dianter pak oja kok. Pulang dari kampus baru sama Rony"

"Hati-hati ya"

"Luna pergi dulu ya mah, Assalamulaikum"

"Waalaikumsalam"

——

Salma kini sudah berdiri di lobby gedung utama fakultas ekonomi. Ya, menunggu Rony. 15 menit lalu Rony baru mengabarkan bahwa ia sedang dalam perjalanan untuk menjemputnya, jadi ya Salma memutuskan untuk menunggunya disini.

"Hai bu Salma"

"Eh Nad, kamu disini?" Salma sedikit terkejut melihat kehadiran Nadyffa disana, padahal kenapa harus terkejut jelas bahwa perempuan itu memang berkuliah disana. Bahkan Nadyffa merupakan salah satu mahasiswanya.

"Ada kelas bu, baru selesai. Mau lanjut kelas selanjutnya tapi ya lagi-lagi dipindah online. Jadi mau pindah ke cafe diseberang kampus dulu"

"Kenapa panggil aku ibu lagi?kan ini udah diluar kelas"

"Hehe gapapa sih, soalnya kadang masih canggung" Nadyffa menunjukkan deretan giginya. Salma yang gemash mengusap pipi perempuan didepannya itu pelan "lucu banget sih kamu, kemarin kan kamu yang mau. Sekarang kok malah canggung sendiri?"

"Hehe" lagi-lagi hanya tawa menggemaskan yang keluar dari Nadyffa.

Wajah keduanya kini berlalu memandang mobil yang baru saja berhenti didepan Lobby. "Kak salma mau pergi sama kak Zar?"

Nadyffa tentu saja mengenal mobil siapa itu, Salma mengangguk "mau beresin urusan pernikahan Nad"

"Oh ya bentar lagi, aku gak sabar deh jadi adik iparnya kak Salma"

Kali ini salma yang menggeleng melihat antusias Nadyffa yang benar-benar senang. "Oh ya kamu mau ke cafe depan kan? Bareng aja yuk"

"Oke, aku kabarin temenku dulu."

Kini Salma sudah memasuki mobil Rony, Nadyffa langsung masuk ke bagian belakang mobil sehingga membuat Salma sedikit memutar untuk masuk dan duduk disamping Rony.

"Kakak aku nebeng ke cafe depan ya, mau online class disana."

"Oke, pake seatbeltnya"

"Siap"

"Kamu juga sal"

"Hah?"

"Seatbelt salma"

"Oh iya" Salma menarik seatbelt itu cepat, setelahnya Mobil Rony berjalan meninggalkan area kampus. Belum ada percakapan didalam mobil, Nadyffa sepertinya masih sibuk mengabari temannya karena anak itu hanya fokus pada handphonennya. Sementara Salma dan Rony memilih memandang jalanan didepannya.

"Makasih Kakak, Kak Salma. Have fun ya PDKT nya" ledek nadyffa yang kini menyodorkan tangannya.

"Anak kecil jangan ikut campur" ucap Rony menyambut tangan Nadyffa, Salma terlihat ragu ketika uluran tangan itu berpindah kearahnya.

"Latihan sebelum resmi jadi adik kak salma beneran" Salma akhirnya menyambut uluran tangan Nadyffa.

"Udah sana, kalau kelasnya udah selesai langsung pulang. Jangan lupa telpon supir"

"Siap boss"

Sebelum benar-benar keluar, Rony mengacak hijab adiknya itu "kak Zar!"

"Udah-udah, sana. Nanti kakak transfer"

"Nah gitu dong, dah kak salma. Assalamulaikum"

Mobil Rony kembali berjalan meniggalkan area depan Cafe. Bergabung dengan kendaraan-kendaraan.

"Ternyata kamu kalau sama Nadyffa semanis itu ya"

Waduh sepertinya Salma salah pilih kata. "Eh—maksudnya deket gitu." Kan Salma jadi bingung sendiri.

"Ya dia kan adik saya"

"Ya saya tau, selama ini kan saya liatnya kamu itu kaku Ron. Tapi bisa sehangat itu juga ternyata" ucap Salma.

"Bukannya kamu juga gitu? Sama saya kaku. Tapi kemarin pas makan siang sama teman-teman kamu dan Fal sikap itu sama sekali bukan kamu ke saya"

Salma diam, mereka berdua sepertinya sama-sama tidak pernah menunjukkan sisi mereka yang lain. Masih terlalu canggung untuk memulai semuanya.

"Tapi kalo kamu mau, saya bisa"

"Maksudnya?" Pandangan Salma kini menatap penuh ke arah Rony disampingnya.

Rony ikut memandangnya ketika mobil itu berhenti tepat karena lampu merah yang menyala. Sial, tatapan teduh itu lagi.

"Sikap hangat saya ke Nadyffa, saya bisa juga lakukan itu untuk kamu"

Mamah tolong Salma😭

ISLA [Salma X Rony]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang