"Sayang""Sayangkuhh"
"Beebooo"
"Mas , aduh. Kamu ngapain sih ? kok malah tiduran disni?" Tanya Salma melayangkan protes pada Rony yang tiba-tiba saja merangsek masuk untuk berbaring di pangkuannya.
Posisinya, Salma kini sedang duduk bersila di ruang keluarga di atas karpet tebal sementara dirinya sedang fokus dengan catatan di depannya.
"Ya lagi kamu daritadi Mas panggil gak nyaut-nyaut sayang. Lagi ngapain sih hm?" tanya Rony yang saat ini menenggelamkan wajahnya pada perut istrinya itu.
"Aku lagi list bahan-bahan masakan buat acara besok Mas"
"Loh bukannya udah di back up sama Lunar sayang?" tanya Rony heran, pasalnya ia ingat sudah membahasnya dengan Salma saat rencana itu keluar bahwa untuk meminimalisir kegiatan Salma karena takut istrinya itu kelelahan mereka memutuskan untuk memesan makanan dari Lunar.
"Iya sih, tapi aku ada mau buat makanan sendiri Mas, satu Main Course sama satu Dessert gapapa ya?"
"Sayang gak satu aja? nanti kamu kecapean gak? inget loh kemarin dokter Vina bilang apa? hm?"
Salma menghembuskan nafasnya pelan, membuat Rony yang masih menidurkan tubuhnya di atas pangkuan Salma itu kini mengalihkan pandangannya pada Salma, memandang istrinya dari bawah.
Salma jelas ingat bagaimana ucapan dokter Vina saat mereka kemarin memeriksakan kondisi kandungan keduanya itu. Seperti hal nya saat kehamilan Arsel kemarin, permasalahan utama Salma adalah ia yang punya riwayat tekanan darah rendah, dan masih begitu hingga kehamilannya yang sekarang.
"Tapi aku pengen banget masak Mas, gapapa ya? besok kan di bantu sama Mamah, Bunda, Nadyffa juga udah janji mau dateng dari pagi. Ya, Pleaseee?" Mohon Salma pada Rony yang berada di bawahnya itu.
Kali ini giliran Rony yang menghembuskan nafasnya pelan melihat bagaimana tatapan penuh permohonan itu di layangkan padanya, dengan mata Salma yang sudah berkaca-kaca. Sudah bisa dipastikan jika saja ia menolak permintaan tersebut maka air mata yang menggenang itu akan menetes setelahnya.
"Fine, tapi janji baik-baik ya? Gak boleh dipaksa kalau udah gak nyaman? okey ?"
Senyum Salma mengembang dan mengangguk penuh antusias setelahnya. "Siap, Makasih banyak ya Mas"
"Sama-sama sayang" ucap Rony sebelum kembali menenggelamkan wajahnya di sana, kali ini dengan tangan yang ikut memeluk tubuh istrinya. Posisi tubuhnya menjadi miring dan menyimpang di tengah ruang keluarga itu.
"Mas nanti sore berarti temenin aku belanja ya? sekalian kita ngabuburit atau gak kita buka puasa di luar aja"
"Hm, boleh sayang."
mendengar suara Rony yang sudah berdeham dan posisi nyaman yang sudah didapatkan suaminya itu membuat Salma kini diam, membiarkan Rony berada disana sementara ia memilih melanjutkan catatannya tadi sembari sesekali mengusak rambut suaminya yang kini terlihat semakin panjang itu.
"Kamu gak mau sekalian potong rambut Mas? udah panjang loh ini"
"Ehmmm, ya nanti sama kamu"
"Kai juga sekalian deh Mas, udah mulai panjang juga rambutnya"
"Iya Sayang"
kini keadaan di ruang keluarga itu hening, sampai Salma teringat akan sesuatu yang membuatkan kegiatannya berhenti seketika.
"Loh Mas, ngomong-ngomong soal Kai. Kai dimana mas? bukannya tadi main PS sama kamu?" Tanya Salma cepat, kenapa ia bisa-bisanya melupakan fakta tentang keberadaan putranya itu. Tadi sebelum ia memutuskan duduk di ruang keluarga seorang diri, Salma jelas mengingat bahwa putranya itu sedang bersama dengan Rony bermain PS di ruang tengah, Salma sudah sempat mengajak putranya itu tapi Kai menolaknya dan bilang ingin bermain dengan papihnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/355952185-288-k813165.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ISLA [Salma X Rony]
RomansaPerjodohan antar dua keluarga rasanya bukan hal yang tabu. Karena nyatanya berbagai kisah klasik sebuah perjodohan itu sudah ada banyak kisahnya. Lantas apa kali ini perjalanannya juga masih akan sama? apakah permasalahan yang dihadapi juga seperti...