Chapter 6

15 5 4
                                    

Tidak masalah mau diundur hingga berapa jam pun, Heiran tetap akan menunggu. Asalkan tidak ada rencana pembatalan jadwal fansign pada hari itu. Di mana fansign kali ini diadakan di sebuah ballroom hotel bintang tujuh yang letaknya begitu strategis. Hanya membutuhkan waktu setengah jam dari hunian Heiran dan juga sepuluh menit dari kafe yang baru saja Heiran singgahi. Benar, sepuluh menit adalah waktu yang dibutuhkan oleh Heiran untuk masuk ke dalam hotel dan duduk di ruang tersebut.

Heiran melirik ke arah arlojinya sekilas tepat di bagian tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 17.50. Sebentar lagi, batinnya kala itu sembari melipat kedua belahan bibirnya ke dalam. Berusaha menstabilkan degup jantungnya yang semakin berpacu. Selalu melihat ke arah pintu masuk yang akan digunakan sebagai jalannya akses bagi sang model utama.

Padahal baru sekadar membayangkannya saja, kegugupan Heiran semakin bertambah hingga menenggelamkannya pada rasa bingung. Bagaimana bila ucapan Suhaa menjadi kenyataan? Bahkan untuk saat ini di mana acara belum dimulai, hangatnya penghangat ruang seolah tiada berfungsi. Nyatanya, kini kedua tangan Heiran sudah sedingin bongkahan batu es.

Untuk mengurangi kegugupannya dan mengantisipasi agar dirinya tidak pingsan karena terlalu panas dingin, ia pun memutuskan untuk mengalihkan fokusnya. Berusaha memikirkan apa pun agar dirinya tidak setegang ini. Padahal bukan dirinya yang sang pemilik acara, tapi mengapa sekujur tubuhnya sudah gemetar. Haish! Heiran segera mengumpat kesal seraya meremas kedua tangannya di atas pangkuan. Jangan sampai nanti ia kehilangan kata-katanya saat benar-benar berada di hadapan Seong Hoseok.

Tepat di dalam ruang tersebut, kini kedua bola mata Heiran tiada hentinya berlarian dan berusaha mengendalikan diri di atas kursi duduknya yang telah terbungkus rapi dengan kain berwarna putih dan pita yang diikatkan ke arah belakang membentuk sebuah bunga berwarna merah muda.

Terfokus, mengamati setiap dekorasi yang sudah ditata dengan apik untuk acara yang terbilang khusus tersebut. Tepat di depan sana di mana di atas sebuah panggung yang tidak terlalu tinggi, sebuah meja memanjang yang turut berbalut dengan kain putih pun sudah berdiri. Di mana tepat di bagian belakangnya sudah terpampang secara jelas tulisan brand milik Phoenix Alteir dalam sebuah layar digital berukuran besar yang panjangnya hampir menyamai panjang panggung tersebut. Bahkan tepat di atas meja pun, sudah terpasang satu mikrofon kecil bagi sang model nanti.
Walaupun tempat duduk Heiran berada di tengah-tengah. Namun, barisan orang-orang di depannya tidak terlalu menutupi pandangan Heiran. Ternyata saat melihat para peserta yang hadir kebanyakan memanglah perempuan, saat itu Heiran merasa lega. Bukan karena gender mereka yang sama, melainkan gerak-gerik mereka yang tampak melakukan pergerakan yang begitu acak, menandakan sama gugupnya dengan dirinya.

Ada yang sampai beberapa kali bangkit berdiri hanya untuk merapikan pakaiannya yang dirasa kurang pas, menyisir dan memperbaiki aksesoris yang menempel pada rambutnya, lalu ada juga yang sedikit merapikan make up-nya, berkaca hanya untuk sekadar menambah sedikit riasan untuk menciptakan aksen yang lebih jelas. Hal yang telah Heiran lakukan sebelum memasuki ruang tersebut. Ternyata bukan hanya dirinya yang ingin terlihat sempurna. Para gadis yang berada dalam ruang tersebut pun juga sama dalam perihal mempersiapkan diri.

Tak lama berselang, suara teriakan yang begitu mengundang perhatian pun membuyarkan fokus Heiran. Jerit histeris yang menandakan bahwa orang yang mereka tunggu pun mulai masuk ke dalam ruangan. Refleks Heiran pun turut bangkit berdiri di antara banyaknya peserta yang turut melakukan hal yang sama. Walaupun, jangankan menjerit, Heiran terlalu terpesona oleh penampilan seseorang yang kini menjadi pusat sorotan, pada akhirnya hanya bisa diam. Meski keterdiamannya seolah berbanding terbalik dengan perasaan senangnya yang bergemuruh.

Tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan diri. Heiran hanya tahu, bahwa dirinya kala itu telah terhanyut ke dalam euforia yang sulit untuk ia jelaskan. Ramainya orang-orang yang meneriaki nama idolanya, seolah lesap di kala pandangan dan juga rungu Heiran hanya terfokus pada sang model, Seong Hoseok, yang seketika itu telah meraih seluruh dunianya.
Pria dalam balutan busana rajut yang tampak seperti bulu berwarna abu yang berpadu dengan celana panjang loose jeans hitam, kini tampak memberi sambutan. Mengucapkan salam dengan senyum cerianya yang begitu khas dan dengan baik memperlakukan penggemarnya agar tetap duduk saja di tempatnya. Terkesan hangat dan juga begitu ramah. Menyatakan ucapan terima kasih dengan sorot matanya yang begitu teduh dan menanyakan kabar mereka.

Sembari mengucapkannya, sosok tersebut seolah memindai satu per satu para penggemarnya yang beruntung dengan begitu intens. Terasa begitu dekat, meski selama ini, baik dirinya dan juga para penggemar hanya bisa berinteraksi secara tidak langsung. Seandainya pada saat seperti ini pun, Hoseok juga yakin, ia hanya bisa menyambut sebagian dari perwakilan mereka saja. Namun, walaupun begitu, sosok tersebut juga begitu menghargai para penggemarnya yang belum bisa menemuinya secara langsung.

Hingga sebuah teriakan keras yang begitu kompak menjawab pertanyaan Hoseok kala itu. Menyatakan ‘ya’ bahwa mereka semua merasa dalam kondisi sehat dan baik saat ini. Menciptakan sebuah interaksi dengan kesan yang begitu hidup dan penuh semangat.

Bungkam, bahkan hingga detik berikutnya di mana Heiran senantiasa mengekori setiap pergerakan Hoseok yang dibantu oleh beberapa staf untuk duduk di tempatnya dan memulai segala persiapan pun tiada berkutik. Reaksi yang sangat menyedihkan bagi Heiran sendiri.

Bagaimana ini? Bahkan aku tidak bisa berucap apa pun walaupun hanya untuk berteriak, batinnya yang begitu membenci sikapnya terhadap diri sendiri. Seolah ucapan Yoongi berubah menjadi kutukan yang kini benar-benar menjadi kenyataan. Namun, di waktu bersamaan, Heiran berusaha memotivasi dirinya dalam diam. Tidak mungkinkan setelah ia melewati segala rintangan dengan mengusahakan segala upaya, hingga ia mencapai tempat ini, ia justru berakhir terdiam dan hanya memandanginya begitu saja?

Ya! Tidak boleh. Kau harus mengendalikan dirimu Heiran-ie. Anggap saja ia seorang teman. Teman lama yang ingin kau ajak bicara. Akan tetapi tiba-tiba ada sosok lain yang seolah turut berbicara pada dirinya. Menyuarakan pemikirannya yang terdalam selama ini. Anggapan sosok Hoseok bagi seorang Heiran yang jauh melebihi kata teman. Bagaimana bisa kau menganggapnya seorang teman? Bila selama ini, kenyataannya kau menganggapnya sebagai pengendali duniamu. Sosok dua dimensi yang kini berubah menjadi sosok yang nyata yang sebentar lagi akan bicara padamu. Bukan gambar yang selama ini kau ajak bicara dan tetap membisu memandangimu tanpa merespons.

Seolah mendapati pemikiran malaikat dalam dirinya yang memiliki sisi berseberangan, kini di dalam sana batin Heiran seolah berperang. Benarkah hanya sosok idola? Ataukah Heiran terlalu jauh memberikan batasan bagi sosok tersebut yang kini benar-benar berada di depan matanya? Tidak tahu. Bahkan dalam ruang berpikir Heiran yang serasa menyempit, Heiran tidak menemukan jawabannya. Terus memperhatikan dari tempat duduknya dan menunggu hingga tiba saat gilirannya.

Para penggemar pun mulai berbaris sesuai antrean begitu dipersilakan, di mana beberapa staf yang tampak berdiri, bersiap siaga, turut membantu jalannya acara tersebut agar mereka tidak saling dorong dan berdesakan.

Kala itu Heiran hanya memperhatikan dari tempatnya berdiri di antara beberapa peserta. Bila dihitung, mungkin masih ada sekitar enam atau bahkan lima orang lagi sebelum tiba saatnya giliran Heiran.

Padahal kedudukannya dengan penggemar yang lain pun setara, akan tetapi, karena terlalu lama memperhatikan dan melihat bagaimana Hoseok berinteraksi dengan penggemar yang lain serta melakukan beberapa tindakan sebagai fan service, Heiran merasa sesuatu di dalam dirinya seolah menolak. Begitu iri dan juga cemburu, padahal seharusnya ia bisa bersikap sewajarnya.
Hingga tiada terasa, selang beberapa menit telah berlalu, kini jarak antrean yang Heiran rasakan mulai memendek dan berkurang, tanpa terasa telah membawanya pada gilirannya.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang