Chapter 47 Part 2

7 2 2
                                    

Lain dengan sosok Yoongi yang kini terlihat tak berdaya. Yang ditatap tidak percaya, justru menunduk lemah. Begitu malu mengakui hal yang dirinya sendiri tak mampu menjaganya. Menyeret berbagai pihak hingga berasumsi dan hidup dalam kebenaran mereka. Tanpa tahu, Yoongi sendiri selama ini sampai harus terjebak dalam kecemasan dan rasa sakitnya sendiri yang tidak berkesudahan.

Dengan menarik napas berat, tanpa peduli bagaimana persepsi Hoseok selanjutnya, Yoongi mencoba menjelaskan. Walau dia tahu, akan ada hati yang terluka sekaligus penolakan.

“Sebelum itu, bisa kau beritahu aku ....” Yoongi menatap lurus pada Hoseok. Netranya yang bergetar kini terlihat memohon. Betapa dalam sekejap, Yoongi memerosotkan egonya di mana kali ini dia berbicara menggunakan hatinya. Bukan logika untuk mengintimidasi balik lawan bicaranya.

Akan tetapi, yang ditatap justru terdiam. Bersikap sesuai dengan apa yang Yoongi pikirkan. Yoongi pun kembali tertunduk. Menertawaoan dirinya sendiri dengan getir. Tidak peduli bagaimana Hoseok melihatnya kali ini. Namun, tetap, mungkin ada baiknya bila Hoseok mengetahui segalanya.

“Aku sungguh terkejut saat kau menyebutkan kata cetak biruku. Katakan, apa yang kau ucapkan sama seperti yang berada di dalam pikiranku? Jujur, aku begitu terkejut mendengarnya.”
Seolah dia berbicara sendiri, Yoongi berbicara tanpa jeda. Sama sekali tidak meminta belas kasih atau jerit batinnya untuk dimengerti. Terus bicara seolah dirinya sedang berbicara seorang diri.

“Apa dia cantik? Atau dia tampan? Aku tidak masalah jika kau tidak mau menjawabnya. Mungkin kau bertanya-tanya di balik kematian Vivian. Napasku, yang juga tanpa pikir panjang berhasil mengambil setengah dari hidupku.”

“Menjijikkan!” Hoseok mencibir. “Apa dengan begini kau berpikir kau akan selamat?”

Yoongi menggeleng lemah. Sama sekali tidak peduli akan apa yang terjadi. Namun, bagaimana dirinya telah menghilangkan nyawa kekasihnya, tentu Yoongi sama sekali tidak lupa.

“Aku tidak akan menghindar atau bahkan mencari kelonggaran. Bahkan sejak kau memulainya untuk menerorku ... aku sudah siap bila pada akhirnya, aku juga harus menyerahkan nyawaku atas apa yang aku perbuat. Tapi ... sebelum itu, aku ingin memberitahu kenyataan meski pada satu orang. Dan kebenaran yang seandainya aku ucapkan sejak awal, mungkin wanitaku masih tetap bertahan.”

Hoseok semakin menegakkan kepala, mengeratkan rahangnya tegas. Tangannya yang menahan geram turut terkepal kuat sampai-sampai urat nadinya menyembul ke permukaan kulit. Meski enggan, dirinya seolah ingin mendengar apa yang terjadi. Hingga perhatiannya yang sedetik pun tak luput untuk diberikan pada Vivian bisa terempas dan tergantikan dengan sosok ini. Masih menerka, mencari alasan, apa yang dilihat Vivian dari pria yang dipilihnya hingga Viona hadir sebagai bagian dari keduanya. Meski Hoseok ragu, apa Viona bisa disebut sebagai bukti nyata dari cinta keduanya?

Bersamaan dengan pikirannya yang berperang, Hoseok membiarkan Yoongi mengungkapkan segalanya. Walaupun kata demi kata yang keluar dari pria tersebut membuat batinnya terus tergerus hingga sesak.

“Aku akui, mungkin aku begitu melukainya.” Lalu sedetik kemudian Yoongi meralat. “Tidak. Memang aku melukainya.”
Hoseok mendengarkan dengan saksama di mana Yoongi dengan wajah pucatnya terlihat begitu putus asa. Baru kali ini, dirinya melihat seorang pria yang tertunduk tanpa bisa melakukan apa pun, pasrah.

“Sebelumnya kehidupan kami begitu bahagia.” Yoongi mengingat kembali. Bagaimana Visual Vivian hidup dalam dirinya. “Hingga entah bagaimana hubungan mengenai kebersamaan kami yang berusaha aku tutupi terendus oleh publik. Aku terlalu egois untuk menyetujui permintaannya agar hubungan kami go public. Hingga yang terjadi, rumor yang beberapa jam sempat dikabarkan pada media, akhirnya lesap karena ulahku. Aku menutup rumor itu agar tidak semakin berkembang dan menjadi spekulasi bagi banyak orang yang akan sangat mempengaruhi karierku. Karena aku tahu, begitu sensitif bila mengonfirmasi kabar dating yang sering terjadi di kalangan para artis. Sekaligus dampaknya yang bisa mencapai 95%. Mulai dari turunnya popularitas, hingga namamu pada akhirnya menghilang.”

Dalam diamnya, Hoseok mulai mencocokkan, akan segala bukti yang pernah dia dapat selama pencariannya. Ternyata memang benar, memang ada kabar mengenai Vivian yang dirumorkan sedang menjalin hubungan. Dan sialnya, Hoseok yang terlalu sibuk dalam pekerjaan sama sekali tidak mengetahui hal itu. Bahkan di saat keduanya bertemu, Hoseok sama sekali tidak tahu mengenai Vivian yang benar-benar serius memiliki sebuah hubungan.

Kedua netra gelap Hoseok mengilat dingin. Walaupun yang sesungguhnya, dia merasa kecewa.

“Aku begitu kukuh pada penilaianku. Memang, sebelum dirinya menghilang dan memutuskan hubungan kami, dia memberitahuku bahwa dia sedang hamil. Saat itu usiaku masih sangat muda dan belum memikirkan apa pun mengenai anak. Yang ada dalam pikiranku hanya pekerjaan yang menjadi prioritas utama. Terlebih, aku juga tidak ingin membebaninya dengan kehadiran anak kami. Selain memikirkan keegoisanku, aku menjadikan kelemahan Vivian sebagai alasan.”

“Maksudmu?” Hoseok yang mulai tertarik menimpali. Kelemahan apa yang tidak dirinya ketahui dan luput dari atensinya.
Kali ini Yoongi menatap Hoseok serius. Menjatuhkan fokus pada lawan bicaranya. “Bila kau menyukainya, aku yakin kau tahu bagaimana perjuangan Vivian mencapai titik yang sama denganmu. Profesi yang benar-benar ditentang oleh kedua orang tuanya yang dengan gigih dan keras kepala dia perjuangkan. Terkhusus ibunya. Bahkan ... saat ketakutan ibunya tervisualkan secara nyata, kau pikir ... Vivian tidak begitu egois?”

“Kau mengatakan dirinya egois?” Hoseok menyeringai sinis. Bagaimana seorang pria yang begitu mencintai wanitanya melabeli sosok yang dia kagumi. Merasa hal ini sebuah penghinaan.

“Bukan seperti yang kau pikirkan. Lebih ke arah, bagaimana kerasnya Vivian terhadap profesi yang dia pilih. Aku bukan satu dua kali menemaninya dalam pemotretan. Bahkan bagaimana dirinya berpose mengenakan pakaian yang menurutku terlalu mempertontonkan aset yang seharusnya hanya aku yang boleh melihatnya, dia bahkan menentangku dengan tegas dan mengatakan, bahwa ini adalah profesi yang dia inginkan. Termasuk bagaimana dirinya berpose sesuai permintaan, sama sekali dia tidak pernah mempermasalahkannya. Jika kau menjadi diriku, apa yang akan kau lakukan di saat mengetahui kekasihmu hamil dan ingin mempertahankannya sedangkan dirinya dengan pemikiran labilnya tetap menomorsatukan profesi yang dia pilih? Kau akan percaya bahwa dirinya bisa bertanggungjawab atas anak kami? Bahkan peringatan dariku, dia tidak mendengarnya. Karena itu ... untuk menyelamatkan diriku dan juga mungkin anak kami di mana aku tidak begitu yakin Vivian akan memilih menjadi ibu rumah tangga, aku memintanya untuk menggugurnya. Dan dia boleh memilih memiliki bayinya bila di kemudian hari dia kembali mengandung anakku. Terdengar egois memang. Tapi aku juga begitu mencintai profesiku. Bagiku berkeluarga adalah sebuah tanggung jawab yang besar di mana impianku kelak menghabiskan waktu yang berkualitas dengan selalu hadir di setiap tumbuh kembang anak kami yang tidak akan bisa aku lakukan di masa itu di mana aku belum memiliki kemapanan yang cukup yang bisa membahagiakan dirinya.”

Hoseok bergeming. Sangat memahami bagaimana Vivian bila sudah menyangkut pekerjaan. Memang, semula dia berpikir Yoongi begitu egois. Tapi akan lebih egois lagi bilan menjadikan anak mereka sebagai korban bila kedua orang tuanya tidak bisa hadir mengisi ruang di dalam putrinya. Termasuk Hoseok yang menjadi ayah angkat bagi Viona. Bahkan dirinya tidak selalu ada melihat tumbuh kembang putrinya. Apa yang dilakukannya, dan bagaimana perasaannya.

Tanpa menginterupsi, Hoseok tetap membiarkan Yoongi mengungkap segalanya hingga detail terkecil.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang