Chapter 22

8 3 6
                                    

Suara ketukan langkah kaki konstan yang langsung bersinggungan dengan jalan berplester pun mengusik keheningan di area parkir lantai basemen sebuah gedung Entertainment. Lengang, saking sepinya, rasa-rasanya hawa dingin yang diakibatkan dari desiran angin malam itu turut mengubah suasana biasa menjadi mencekam.

Mungkin pria berkulit putih pucat itu sudah cukup familier dan terbiasa akan suasana malam hari tersebut, mengingat ia telah lama bekerja di bawah naungan agensi yang beberapa tahun ini menjadi pusat sorotan karena musik yang dihasilkan. Tentu peran para Idol turut andil dalam meningkatnya persistensi pendapatan agensi tersebut.

Namun, kejadian yang mengganggunya selama nyaris dalam satu minggu ini, sungguh meningkatkan kewaspadaan dan insting berpikirnya jauh lebih tajam.

Semula pria itu berpikir, ingin melaporkan setiap kejadian yang ia alami kepada pihak berwajib untuk diusut secara mendetail agar pelaku ini berhenti. Merasa selama satu pekan itu privasinya seolah terusik dan ketenangannya terganggu. Atau lebih tepatnya bisa juga disebut dalam keadaan bahaya, karena teror yang sama sekali tidak bisa dianggap biasa sekaligus remeh. Akan tetapi setelah merenung dan menimbang beberapa kali, pada akhirnya ia merasa urung.

Bukan tidak ingin, hanya saja ada alasan mengapa ia melakukan tindakan tersebut. Selain masih ada pekerjaan yang jauh lebih penting untuk diurus, pria itu juga merasa hal ini mungkin memang berkaitan dengan dirinya.

Benar, ia merasa hal ini dan apa yang telah dilakukan si peneror memang memiliki keterkaitan, namun, ia juga tidak mengerti, mengapa dan ada tujuan apa si pelaku melakukan hal ini dan mengejarnya. Dan itulah, tanpa sadar rasa penasaran itu juga mendorongnya untuk mencari tahu. Walaupun dirinya sendiri juga tidak dapat memungkiri akan perasaan kurang aman yang setiap harinya selalu mendapatkan teror dengan berbagai macam cara.

Ternyata tidak hanya berhenti dengan hadiah yang dikirim yang semula ia berpikir bahwa hal tersebut merupakan suatu tindak keisengan belaka. Faktanya, ada keseriusan yang dirinya sendiri juga tidak mengerti apa yang melatarbelakanginya. Ingin bertanya, akan tetapi ia tidak menemukan seorang pun yang mampu menjelaskan kejadian ini. Tidak sedikit pun menaruh curiga pada orang terdekat.

Sehingga pria itu pada akhirnya hanya bisa bernapas berat. Betapa kepalanya akhir-akhir ini dipenuhi dengan berbagai macam masalah. Bukan hanya masalah pekerja yang memang tidak akan pernah ada matinya. Namun, ketenangannya yang terusik, menambah masalah baru di tengah ia sangat membutuhkan ruang untuk berpikir rasional.

Di saat pria tersebut telah tiba di sisi mobilnya dan hendak masuk ke dalam, dari sudut pandangan sampingnya, ia melihat bayangan berkelebat. Membuatnya sontak menoleh dan memperhatikan sekitar.

“Siapa di sana?” tegurnya tak kalah tajam walau dirinya sendiri mulai merinding dan bergidik ngeri. Takut, kalau-kalau penguntit ini menyerang dirinya.

Namun sayang, tidak ada tanggapan selain gema suaranya yang berakhir lesap begitu cepat sehingga pria tersebut tanpa sadar mulai menarik langkah, ingin memastikan bahwa bayangan siluet yang bergerak barusan hanya perasaannya saja yang memang sifatnya tidak ada. Mungkin karena efek yang berasal dari apa yang ia alami selama seminggu ini. Sehingga pergerakan kecil seperti apa pun membuatnya sedikit sensitif.

Hening, sama sekali tidak ada eksistensi orang lain selain dirinya dan juga suara desiran angin. Akan tetapi, di tengah suara langkah kaki yang mengiringi dirinya, entah mengapa punggungnya terasa dingin. Benar-benar lagi-lagi perasaan untuk waspada itu kembali hadir.

Tidak membutuhkan waktu lama hingga dirinya menoleh, sama sekali tidak ada yang terlihat mencurigakan dari apa yang terakhir kali terlihat. Pria itu pun memejamkan mata dan mengusap wajahnya, lesu. Mungkin rasa lelah mulai menimbulkan pikiran aneh-aneh di dalam kepalanya.

Pria itu pun kembali memutuskan untuk beralih ke sisi mobilnya dan hendak mengambil sesuatu yang tertinggal. Namun, begitu ia berada tepat di sisi pintu masuk mobilnya, seketika itu kegelapan dalam sekejap menelan pandangannya. Membuat pandangan jernihnya sama sekali tidak bisa melihat apa pun selain kilap yang dihasilkan dari pantulan permukaan bodi mobil.

Namun, beberapa detik kemudian dalam deru napasnya yang turut memburu karena terkejut, suara yang memekakkan terdengar begitu dekat di telinganya. Sesuatu terdengar begitu keras menghantam kaca mobil hingga menciptakan gema dan bunyi retakan. Refleks bersamaan dengan kejadian tersebut, ia merunduk di tempatnya seolah bersembunyi. Menutup kedua telinganya yang rasanya masih begitu sakit.

Hingga beberapa menit kemudian di mana pencahayaan pada area basemen mulai terlihat normal dan mengusir gelap, dengan ragu ia pun bangkit berdiri. Kedua netranya pun kembali mengerling melihat sekitar. Namun, hanya kekosongan yang lagi-lagi menyambut dirinya di antara beberapa deretan mobil yang masih ada.

Sebelum pada akhirnya kedua bola matanya menangkap sesuatu yang jauh menarik perhatian. Dan benar, apa yang ia dengar barusan bukan hanya imajinasi di dalam kepala yang menggetarkan batinnya. Namun, hal tersebut memang benar adanya.

Akan tetapi ... tunggu. Pria berkulit putih pucat itu seketika menyipitkan matanya. Selain mendapati gurat retakan pada kaca depan mobilnya, ia juga menemukan sebongkah batu bata paving yang merupakan benda yang digunakan untuk menghantam kaca mobilnya. Namun, ada sesuatu yang terjepit pada salah satu wiper kaca mobilnya.

Dengan segera, ia pun meraih carik kertas yang terselip tersebut. Dan kali ini, bukan tulisan yang ia dapati. Melainkan dua buah gambar yang sontak membuatnya berpikir. Butuh beberapa detik bagi pria tersebut untuk memahami gambar apa yang tergores dengan tinta warna merah di sana. Dan tentu, lagi-lagi terdapat bercak darah di beberapa ruang kosong yang mengelilingi dua benda tersebut.

Gambar yang pertama lebih mirip dengan sebuah kalung berliontin berbentuk burung merpati. Namun, gambar yang kedua yang justru berhasil mengingatkannya akan satu hal. Korek api dengan dua buah huruf inisial, ‘YV’. Bibir pria itu pun terkatup rapat di mana perutnya turut terasa terpilin.
Seketika ia menegang di tempat. Perlahan-lahan suasana yang mencekam itu mengikis keberanian dan menguapkannya.

Lehernya pun dalam satu waktu serasa tercekik. Jelas, orang yang mengejarnya tahu benar apa yang ada pada dirinya. Namun, apa maksudnya semua ini? Dalam pertanyaan yang tersuara dalam batin dan tahu benar ia tidak akan menemukan jawaban, sontak sekujur tubuhnya pun meremang. Menenggelamkan dirinya dalam rasa takut dan kengerian.

Vi ... apa kau mengirim malaikat kematian padaku?
























😭😭😭😭 apa yang dikirim emngnya Yoon...
Btw... maaf yag baru bisa update. Coz rl hectic bangat sampe pala pening.
Tapi thanks udah mau nungguin.
Spill donk
Jangan lupa voment yag😃😃😃

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang