Chapter 13

12 5 5
                                    

Lima hari kemudian.

“Wah, ternyata banyak hal yang berubah saat kau tidak ada, Eonnie.”

Entah apa maksudnya dari perkataan Aeri kala itu yang masih terus menjatuhkan fokusnya pada layar ponselnya. Akan tetapi dari bagaimana gadis ini berucap, ada nada heran dan tak habis pikir di sana. Sembari menggulir layar ponselnya pelan-pelan ke atas dan ke bawah mencermati sesuatu. Meninggalkan rasa penasaran bagi seseorang selama beberapa detik setelah berucap seperti itu. Seseorang yang kini berada satu ruangan dengan Aeri dan masih menyimak setiap ucapan gadis itu dengan baik.

Siang itu keduanya sedang berada di belakang ruang yang dikhususkan sebagai tempat istirahat bagi para karyawan kafe. Seraya menikmati jam istirahat siang mereka, keduanya pun saling berbincang. Tidak membiarkan keheningan hadir begitu saja sehingga, di mana di sela-sela perbincangan itu, setelah tiga hari lalu menjadi pasien rawat inap, kini Heiran harus benar-benar menjaga kondisi kesehatannya dengan memperhatikan waktu makannya. Walaupun sisanya, Heiran tetap memaksakan dirinya untuk berangkat bekerja. Tidak ingin menarik perhatian siapa pun yang bisa memunculkan kecurigaan.

Ya, walaupun dalam diamnya, bila Heiran mengingat tiga hari itu, entah, rasa-rasanya perasaannya kala itu saling bercampur aduk. Antara senang, tapi juga sedih sekaligus. Sungguh, berpura-pura baik-baik saja di depan orang yang disukai itu benar-benar melelahkan. Sangat melelahkan.

Heiran akhirnya saat itu hanya melirikkan bola matanya sembari menggigit roti isi yang ia sempatkan untuk membuatnya. Menanggapi ucapan Aeri yang masih terdengar ambigu sembari mengunyah makanannya.

“Maksudmu?” Heiran berusaha menstabilkan suaranya yang sedikit terhalang karena mulut penuhnya. Sedikit pun Aeri bahkan tidak merasa keberatan. Membiarkan Heiran tetap menyantap makan siangnya dan menanggapi.

“Apa kau tidak tahu?” Aeri menurunkan ponselnya sembari menolehkan wajahnya pada Heiran. “Ya, meski aku juga tidak tahu apa yang Eonnie lakukan selama tiga hari tidak masuk bekerja. Walaupun Eonnie mengatakan sakit, aku sungguh tidak percaya semudah itu. Terlebih apa yang tiba-tiba kau lakukan benar-benar masih membuatku tercengang. Tentu, aku tetap harus berusaha menghormati privasimu, bukan? Tapi ... apa benar Eonnie tidak tahu, bahwa Hoseok Oppa, orang yang sanggup mengubahmu hingga bersikap di luar nalar, kini benar-benar tidak sendiri? Dalam artian, memiliki pasangan.”

Respons pertama yang Heiran tunjukkan kala itu hanyalah tetap diam di tempatnya dan bersikap tenang. Seolah-olah tidak mengetahuinya. Padahal, faktanya berbanding terbalik. Walaupun di waktu bersamaan, bila disinggung perihal mengenai Hoseok, hati rapuh Heiran tetap saja merasa mencelus. Ingin menolak kenyataan tersebut. Tetap merasa sakit walaupun ia sudah mengetahuinya.

Di waktu bersamaan, antara perasaan beruntung karena mengetahuinya lebih dulu ataukah duka, sampai-sampai begitu mengetahui kebenaran, tubuh Heiran memberikan respons tercepatnya hingga wanita tersebut jatuh sakit dan dirawat secara intensif di rumah sakit, Heiran sedikit merasa senang, karena hari-harinya selama menjalani perawatan di rumah sakit sungguh bagaikan mimpi indah yang pada akhirnya sirna setelah tiga hari itu.

Ya, Heiran hanya bisa menikmati kebersamaan dirinya dengan sang model pujaan hatinya selama tiga hari. Dan mungkin itu cukup untuk mengobati rasa patah hatinya yang seharusnya Heiran tidak merasa begitu.

“Maksudmu?” akhirnya Heiran merespons setelah berusaha menelan roti isi yang ia kunyah secara sempurna. Kembali menyingkap keheningan karena Aeri menunggunya. Namun, tanpa Heiran sadari, responsnya kala itu benar-benar membuat Aeri tidak puas. Bukankah begitu mendengarnya harusnya Heiran terkejut? Tapi ini, sungguh datar sekali. Seolah berita tersebut memang tidak berarti apa pun bagi Heiran. Padahal yang dikabarkan Dating adalah model pujaan hatinya.

Dengan ekspresi penuh menelisik, Aeri kembali menjawab. “Astaga, Eonnie benar tidak tahu? Kini media di internet masih terus ramai memperbincangkan kabar Dating yang berasal dari Seong Hoseok itu.”

“Memangnya kenapa bila Hoseok oppa mulai mengkonfirmasi status hubungannya ke ranah publik? Bukankah ia juga memiliki kehidupan normal? Sama seperti kita yang bebas berkencan dengan siapa saja? Seharusnya netizen tidak perlu meributkan hal itu mengingat kita semua sama. Hanya profesi mereka yang pada akhirnya menuntut dan menekan mereka hingga bersikap demikian. Tidak sebebas kita yang ingin berkencan dengan siapa saja tanpa perlu disorot publik dan merasa terganggu.”

“Woah, lihat. Apa Eonnie sadar akan apa yang Eonnie katakan, sekaligus yakin ini perasaan Eonnie yang sesungguhnya? Apa hatimu tidak turut merasa patah hati?”

Heiran nyaris tak kentara hanya tersenyum miris kala itu. Kenyataannya hatinya sudah lebur lebih dulu begitu mengetahuinya. Bahkan sebelum kabar dating itu ramai diperbincangkan. Terlebih fakta yang Heiran ketahui yang belum tentu publik mengetahuinya perihal ‘anak’. Sungguh, Heiran sudah menepis apa pun akan fakta yang ia ketahui yang kenyataannya justru semakin menunjukkan keseriusan Seong Hoseok dalam menjalin suatu hubungan.

Bukankah adanya anak dalam hubungan mereka itu pertanda bahwa Hoseok benar-benar menunjukkan keseriusannya dalam membina hubungan? Tentu hubungan yang pada akhirnya diharapkan bagi sebagian banyak orang yaitu menikah dengan pasangan yang dicintainya dan memiliki belahan jiwa yang terwujud dalam bentuk anak.

Saat itu Heiran hanya menarik napas pelan. Meski kali ini ekspresinya sudah mulai berubah dengan tetap memaksakan senyumnya. Menahan denyut nyeri yang sebenarnya masih tetap tinggal di sudut ruang hatinya jauh di sana.

“Mau patah atau tidak, bukankah tetap saja Hoseok oppa tetap akan mempertahankan hubungannya tanpa memedulikan asumsi publik? Mengingat kami hanya seorang penggemar yang tidak memiliki kuasa apa pun atas hati idolanya yang sudah jatuh cinta. Tak terlebih kita, apa kau memedulikan pendapat orang lain ketika kau mencintai seseorang? Aku yakin, kau juga akan bersikap sama. Tidak perlu mempertimbangkan pemikiran orang lain hanya untuk cinta yang telah kau yakini.”

“Ucapan Eonnie ada benarnya. Terdengar realistis. Namun, apa Eonnie tidak penasaran? Bahkan saat kejadian di lift sebagaimana kronologi yang telah disebutkan oleh berbagai macam pihak media yang kala itu menyatakan bahwa Seong Hoseok sepertinya baru menemui kekasihnya lalu sepeninggal lift di tutup, tak lama berselang lift kembali terbuka begitu ada sesuatu yang entah apa telah terjadi pada sang wanita hingga ia terburu-buru membawa wanitanya ke dalam mobilnya dengan pengawalan ala kadarnya dan melarikannya ke rumah ....”

Selama itu Heiran kini dibuat mencerna tanpa menginterupsi ucapan Aeri yang masih terus menjelaskan tanpa ingin berhenti.
“Sakit. Kau tahu? Bahkan Seong Hoseok di hari berikutnya telah mengkonfirmasi bahwa wanita yang ia bawa ke rumah sakit guna menjalani perawatan intensif adalah kekasihnya.”

“Apa?!” tiada diduga, refleks Heiran bereaksi. Sontak Heiran terkejut. Menyadari rasa penasaran Aeri yang berujung pada kronologi yang ia alami waktu itu.

“Nah, kau baru terkejutkan Eonnie? Eoh, bila diingat, bukankah apartemen di mana Hoseok oppa yang diduga menemui kekasihnya itu adalah gedung apartemen yang sama yang Eonnie tinggali? Wah beruntung sekali Eonnie bisa berada dalam satu gedung dengan kekasih Seong Hoseok. Walaupun Eonnie yang menyukainya bila begini tidak termasuk beruntung juga, ya. Hm.”

Aeri kini tampak berpikir, menyayangkan setelahnya. Tidak tahu bahwa begitu Heiran mendengar serentetan penjelasan darinya, perutnya kini serasa terpilin. Lalu Heiran segera mengeluarkan ponsel pintarnya. Mengecek kembali lebih tepatnya berita dating yang beredar itu. Sebelum Aeri menambahkan.

“Bahkan Hoseok oppa juga menambahkan, bahwa kekasihnya ini non selebriti. Eoh, di internet bahkan disebutkan, Hoseok oppa juga menyebutkan inisial dari nama kecil wanitanya, ‘H’. Hingga dengan senangnya, Hoseok memadukan inisial namanya dan nama kekasihnya menjadi ‘2H’.”

Sinting! Heiran ingin merutuk. Menghentikan aktivitasnya yang tanpa sadar saat Aeri melanjurkan ucapannya, Heiran sudah menoleh ke arah sahabatnya. Sebelum pada akhirnya Heiran kembali berpikir dalam jeda sejenak. Kali ini begitu jernih sampai-sampai sesuatu yang sempat membuat hatinya terenyak pun sedikit terkikis.

“Mungkinkah yang dimaksud oleh Hoseok oppa adalah Hyeri eonnie?” kali ini Aeri seraya melipat satu tangannya dengan tangan yang lain ia letakkan di dagu seolah berpikir.

Tadinya begitu mendengarnya Heiran merasa lega bila benar yang dimaksud adalah Hyeri yang dikenal sebagai asisten yang selama ini mengikuti ke mana pun perginya Seong Hoseok. Namun, ingatan Heiran teringat akan wanita yang ia lihat kala itu yang ia yakin benar itu bukan Hyeri. Lalu, bila diingat lagi akan ucapan Aeri yang mengatakan bahwa Hoseok mengakui wanita yang dibawanya secara terburu kala itu adalah kekasihnya, jelas bukankah di sini yang dimaksud adalah Heiran?

Seketika itu Heiran teringat akan ucapan ambigu seorang Seong Hoseok dengan mengandalkan informasi yang tampak memusingkan itu.

“Sepertinya setelah ini, kau tidak memiliki pilihan selain bersamaku.”

“Maaf bila ke depannya aku akan membuat hidupmu sedikit sulit.”

Seketika itu, Heiran yang baru teringat mengacak rambutnya. “Haish.” Apa dia sungguh-sungguh dengan ucapannya?
Heiran menggumamkan sisanya dalam hati. Kala itu Heiran berharap seseorang akan segera menjelaskan situasinya. Tentu bila Heiran boleh dan bisa berharap, ia ingin mendengarnya secara langsung dari Hoseok sendiri.





























Wah.... abang mo apa kau, hm?
Sinting emang.

Huaaa senin yang hectic yag...
Thanks buat mampir. Jangan lupa voment.

🤣🤣💜💜😃🤗

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang