Chapter 32

6 3 6
                                    

Bunyi klik atas suara tekanan pada mouse yang ditekan oleh sebuah jari telunjuk di atas mousepad terdengar lirih memecah kesunyian. Dalam ruang studio nan gelap tersebut, di mana gemuruh petir dan hujan semakin deras di luar sana, seorang pria dengan wajah seriusnya tampak terfokus pada layar monitor berukuran besarnya.

Di balik meja kebesarannya, pria yang sedang terduduk menyandarkan berat tubuhnya pada sebelah tangan yang sedang mengusap bibirnya yang sengaja ia gigit samar, kini menampilkan ekspresi gelisah. Di mana degup jantungnya dalam sekejap kini berdetak kian tidak menentu. Memantik sengatan listrik samar yang membuatnya bergidik ngeri.

“Sudah berapa kali aku memperingatimu tentang merokok, Heo Yoongi?”

Suara merdu khas seorang wanita bergetar sekaligus menggema begitu keras melalui beberapa perangkat soundsystem yang terpasang di dalam ruang tersebut. Sedangkan kedua netra sang pria, hanya tertuju pada gerakan visual seorang wanita yang terpampang jelas di sana. Sangat jelas di depan wajah Heo Yoongi sampai rasa-rasanya, pria tersebut merasakan kehadiran wanita tersebut. Begitu terasa, hingga setiap indra milik Heo Yoongi turut memberontak, mengingat hal apa saja yang pernah terjadi pada dirinya.

Pandangannya sama sekali tidak teralih dan terus terpaku pada paras cantik sang wanita. Bagaimana saat ini pria tersebut kembali melihat setiap detail akan visual wanitanya yang jujur Yoongi mengakui, sedikit pun perasaannya tiada berbeda. Getaran yang ditimbulkan setiap kali melihatnya, sama sekali tiada menggeser takhta tertinggi di dalam hatinya.

Kali ini Visual itu berganti. Berpindah di dalam ruang yang berubah menjadi privat bila dihuni oleh keduanya. Ruang rias yang begitu sepi, bahkan aroma ruangan yang begitu khas terasa masih terhidu kuat. Mengingatkannya kembali akan rekaman keduanya yang berhasil Yoongi simpan untuk menjaga privasi wanitanya. Di mana di dalam ruang yang begitu sepi dengan pencahayaan temaram tersebut,  keduanya tampak sedang memadu kasih. Berbagi pelukan dengan pagutan bibir yang saling terpaut.

Aktivitas yang terjadi di sela padatnya rutinitas utama. Hanya sebagai selingan, meski hati keduanya tidak merasa begitu. Justru lebih menjurus pada pelepasan atas luapan rindu. Bahkan dari jarak yang lekat dengan pandangan yang begitu intens, di mana kala itu sang puan menangkup wajah prianya dengan tatapan penuh arti dan memuja, Yoongi seolah masih mendengar bisikannya yang begitu lirih dalam pangkuan sekaligus pelukannya.

“Aku mencintaimu, Yoon. Sangat. Kau tidak ingin mengikatku?”

Yoongi yang melihat masa lalunya kembali berputar, sontak memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja berdenyut pening. Mengembuskan napas samar diikuti dengan perutnya yang terasa terpilin. Dalam ruang sepi pribadinya, pria berkulit putih pucat itu pun bergumam. Sama sekali tidak menyangka akan mendapat hadiah kejutan yang sanggup menikam jantung tersebut.

“Terlalu dekat. Bahkan video yang aku simpan dengan begitu rapi ... bagaimana ia memilikinya?”

Kedua netra gelapnya bergetar tajam. Hingga dalam sekejap, suara gebrakan meja yang cukup keras menggema singkat.

“Berengsek! Bahkan sampai studioku! Siapa? Siapa orang yang begitu berani menyentuh ranah pribadiku?!”

Yoongi bangkit berdiri, berkacak pinggang seraya berpikir. Menggigit bibir bawahnya dengan deru napas yang memburu. Tidak menyangka, bahwa kamera pengintai yang ia sembunyikan sama sekali tidak menangkap sosok apa pun. Bahkan dalam waktu yang ia perkirakan pelaku akan datang, justru sinyal kameranya mengalami gangguan yang tidak terduga. Semakin menekan mental Heo Yoongi dengan wajah pucatnya.

Pria itu pun mengusap wajahnya frustrasi. Di antara rasa ketidaktenangan yang Yoongi alami, dalam tabir yang tipis itu, terselip rasa yang begitu kokoh. Bukan rasa takut, melainkan lebih mengerucut pada rasa penasaran akan sosok yang begitu gigih menerornya ini.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang