Chapter 17

14 4 2
                                    

“Apa memang begitu berat, ya? tinggal di dunia seperti kalian.”

Kala itu pandangan Heiran masih melanglang buana tanpa ingin menjatuhkan fokusnya. Sekilas dari ekspresi wajah Heiran memang terlihat berpikir. Tidak sadar bahwa pertanyaan random-nya ternyata menarik perhatian seorang pria yang baru saja keluar dari dapur seraya membawakan dua cangkir hangat berisi cokelat panas.

Seraya menyuguhkan salah satunya pada Heiran, pria bersurai legam bergelombang itu pun menanggapinya dengan serius sekaligus pandangan penuh selidik. Terkadang ia memang tidak begitu memahami pemikiran Heiran yang sifatnya angin-anginan.

“Maksudmu? Memangnya dunia macam apa yang sedang kau pikirkan, sehingga kau menanyakannya begitu serius?”

Heiran sekilas menelisik pergerakan awan mendung di luar sana yang tampak bergerak perlahan. Masih membayangkan bagaimana posisi Hoseok kala itu yang mendapati seseorang yang dicintainya telah meregang nyawa. Walaupun Hoseok telah beberapa kali meyakinkannya. Namun, tetap saja Heiran masih merasa gamang. Entahlah. Turut berpikir apakah memang semengerikan itu, sehingga sebuah profesi bisa memaksa seseorang memilih mengakhiri hidup.

“Tidak. Bukan apa-apa,” ucap Heiran dengan lirihnya. Tidak ingin menarik atensi meski yang terjadi justru sebaliknya.

“Kau sudah mengucapkannya dan sekarang kau sendiri yang tidak ingin mendapatkan jawabannya. Dan juga, eoh, maaf dua bulan ini aku mengabaikan panggilan darimu. Aku benar-benar sibuk. Sampai-sampai lupa membalas pesanmu. Meski sejujurnya aku juga merasa kesal akan sikapmu yang terbilang sama. Apa selama itu kau baik-baik saja?”

Antara ingin menjawab baik. Namun, tidak bisa juga dibilang baik. Bingung. Bagaimana Heiran harus mengartikan perasaannya yang sangat berwarna-warni. Sesekali terasa hangat seperti berjemur di bawah sinar mentari dengan desiran lembut angin musim semi, atau bahkan sedikit-sedikit ragu akan apa yang ia jalani. Kenyataannya, hubungan yang semula bersifat hanya sebatas hitam di atas putih, kini Hoseok benar-benar mewujudkannya.

Bahkan setelah itu, Hoseok meminta Heiran secara khusus untuk tinggal bersamanya dalam satu atap meski Heiran pada akhirnya justru menolaknya. Bagaimana pun segala yang terjadi begitu tiba-tiba dan ini sedikit membuatnya merasa risi. Sehingga, Hoseok yang sebenarnya kala itu juga sempat merasa kecewa pun tetap memberikan kepercayaan dengan menampilkan senyum terbaiknya. Walaupun berakhir dengan Hoseok yang sering mengunjunginya atau bahkan sekadar meminta bantuan Heiran untuk menjaga putrinya di saat-saat tertentu.

Begitu tersadar, Heiran yang sempat menunduk meraih cangkir berisi cokelat panasnya pun, mengiyakan. Meski tidak secara langsung, begitu Vincente menanyainya.

“Tentu. Meski karena perubahan cuaca, tubuhku harus berusaha menyesuaikan diri.”

“Lalu, mengenai pertanyaanmu yang tadi. Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,” tanyanya ulang. Masih begitu penasaran akan pertanyaan Heiran.

“Tidak. Hanya saja ... akhir-akhir ini aku sering membaca artikel mengenai orang-orang yang pada akhirnya memilih mengakhiri hidup karena tidak kuat menghadapi tekanan. Dan kebanyakan dari mereka, bukan hanya kalangan dari artis. Melainkan juga seorang model, sama sepertimu. Apa memang begitu sulit menjadi pusat sorotan?”

“Dari pada hal itu, apa kau tidak pernah memosisikan dirimu sebagai ayahmu? Meski bukan artis, tetap saja, bagaimana ayahmu berkiprah di dunia bisnis, sedikit pun ayahmu tiada berhenti menjadi pusat sorotan. Ya, meski selama itu, bahkan sepertinya kau juga tidak cukup peduli akan kekuasaan ayahmu yang berimbas pada ruang gerakmu yang terbatas. Meski begitu, tetap saja, hal itu terasa sama saja.”

“Kau sedang menceramahiku?” Heiran menaikkan sebelah alisnya. Sedikit merasa tersindir akan hal yang Vincente tahu benar bagaimana tidak menyenangkannya hidup dalam lingkup seperti itu.

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang