Entah sudah berapa hari. Bila tak salah mengingat, ini sudah satu minggu semenjak pertengkaran itu. Dan untuk pertama kalinya pula, ego yang dirasakan pria tersebut tiada meluntur atau pun berkurang. Justru semakin kuat melekat bila bayangan tersebut melintas walau sekilas.
Hoseok memijat pelipisnya sekilas. Di dalam mobil yang membawanya menuju lokasi pemotretan, pria tersebut duduk dengan tenang. Kali ini tidak di sisi Hyeri yang selalu mengajaknya bicara, melainkan di bangku belakang tanpa sedikit pun pertanyaan.
Weekdays yang terlalu tenang. Sama sekali tidak ada eksistensi Heiran yang memberi perhatian. Bahkan sampai detik ini pun, baik Hoseok dan juga Heiran tidak ada satu pun dari keduanya yang saling berkirim pesan. Meski hanya untuk bertanya ataupun memberikan informasi apa yang terjadi hari ini seperti biasanya. Persis sama seperti yang dilakukan oleh sepasang kekasih kebanyakan dan terjadi pada umumnya.
Benar-benar tenang, sampai sesuatu menarik perhatian. Semula tidak ada perhatian khusus saat sebuah lagu melantun. Hingga suara seseorang, menyadarkan Hoseok dan berpikir di tempatnya. Menilai sepihak yang tak dapat dipungkiri, makna yang terkandung di dalam lirik yang dinyanyikan itu pun memiliki arti mendalam. Sehingga dalam sekejap, bayangan samar akan masa lalu pun kembali berputar. Mengingatkan kembali eksistensi seseorang yang dulu pernah tinggal. Meski sampai detik ini pun tiada jauh berbeda. Masih tetap sama seperti sebelumnya.
Hanya saja, mengapa terasa nyeri bila membayangkannya. Hoseok pun mencondongkan tubuhnya seraya menautkan kesepuluh jari jemarinya. Melihat ke arah layar monitor kecil di dalam mobilnya dengan penuh atensi.
Lalu membuka konversasi dan memecah keheningan tersebut. Sudah dua puluh menit semenjak ia berada di dalam mobil, baru kali ini suaranya terdengar dengan penuh minat. Berbanding terbalik seperti sesaat lalu yang terlihat begitu banyak pikiran.
“Lagu ini ... aku baru mendengarnya. Apa kau juga merasa sama?”
Tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang ia lalui, Hyeri melirik sekilas bayangan Hoseok yang terpantul di dalam kaca spion depan. Sebelum kembali menatap kemacetan yang tidak bisa dibilang juga sebagai suatu kemacetan. Hanya kendaraannya saja yang melaju melambat. Mengimbangi mobil sekitarnya yang berjalan sama dengan merayap pelan.
Dengan anggukan mantap, Hyeri membenarkan. “Hm. Wajar bila kau tidak tahu karena fokusmu selama ini hanya tertuju pada pekerjaan dan juga Viona. Terlebih ambisimu pada Brand Soliscte, tentu perhatianmu tidak tertuju pada hal musik. Memang sudah beberapa minggu ini sebelum kau dan Heiran berlibur bersama Viona, produser ternama yang masih di elukan di Jagad raya musik seluruh negeri sekaligus pencipta lagu ini pun mengabarkan bahwa ia akan mengeluarkan sebuah single lagu dengan seorang penyanyi wanita dalam waktu dekat. Dan siang ini lagunya yang dijadwalkan sejak teaser-nya muncul pun diputar di seluruh media musik. Kenapa?”
Hoseok dengan segera menggelengkan kepalanya. Kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Dengan tenang ia pun menimpali.“Tidak. Hanya saja lagunya cukup bagus untuk dapat dinikmati.”
Tanpa melanjutkan topik yang mereka bahas, Hyeri pun bertanya. “Lalu ... bagaimana denganmu dan Heiran? Sepertinya, selama beberapa hari ini tidak ada interaksi yang terjadi terhadap kalian. Tapi, Viona begitu senang saat Heiran bersedia hadir pada acara festival sekolahnya. Apa kau juga akan datang?”
Hoseok menarik napas panjang seraya mengedikkan kedua bahunya. Merasa tidak yakin bahwa ia bisa menghadirinya. Mengingat jadwalnya yang begitu padat hari itu. Terlebih ia telah mendapatkan kepercayaan dari Brand yang menjadi tujuannya selama ini. Sehingga sungguh sayang bila ia harus mengempaskannya hanya untuk perihal kecil meski hal tersebut tidak bisa dibilang sederhana juga. Apa pun yang berkaitan dengan Viona, tetap hal tersebut prioritas utama. Dan sialnya, untuk kali ini Hoseok tidak bisa memenuhi.
“Entahlah, aku tidak tahu. Paling tidak masih ada kehadiran yang bisa diharapkan oleh Viona meski aku tidak bisa.”
Dan di lain pihak, di mana waktu hari itu bergulir begitu cepat, tepat di malam hari, Heiran kembali pada rutinitasnya. Melayani dengan sepenuh hati meski suhu udara malam itu terasa begitu dingin. Tak heran bila hal tersebut disebabkan oleh hujan di luar sana. Terlebih perbincangan yang seharusnya tidak ia dengar.
Di kala ia menyajikan menu ke meja salah satu pelanggan dengan menyuguhkan apa yang berada di atas nampannya, suara seorang gadis muda yang usianya tak jauh dari Heiran pun berbincang dengan temannya. Sekaligus apa yang dibawanya yang dengan jelas pada kover depan majalah edisi khusus tersebut menampilkan wajah seorang model yang ia kenal. Tergeletak begitu saja di atas meja, tepat di tengah dan menjadi topik utama. Benar-benar seketika itu membuat hati Heiran berdesir dan jantungnya berdebar.
Walaupun keduanya masih terjebak dalam situasi yang tidak mengenakan, tapi melihat bagaimana sempurnanya paras Hoseok yang selalu memenuhi dalam setiap majalah tetap berhasil membuat Heiran kalang kabut. Tetap menyadari bahwa dirinya merupakan seorang yang beruntung yang berada di sisi sang model. Entah bisa disebut beruntung atau tidak, yang jelas, setelah apa yang terjadi sedikit pun Heiran tidak bisa menampik rasa kecewanya. Bahkan hingga detik ini, Hoseok tidak memiliki pembelaan apa pun yang bisa diberikan kepada Heiran.
Sehingga yang terjadi justru seperti ini. Tetap pada posisi masing-masing dan saling mendiamkan satu sama lain. Walau apa yang telah terjadi pada keduanya, Heiran sama sekali tidak melibatkan bagaimana emosinya pada Viona. Justru tetap menjalin hubungan meski dalam beberapa kesempatan Heiran menghindar. Sengaja menghindar agar dirinya tidak bertemu dengan sang kekasih sampai Hoseok meminta maaf. Ya, walaupun hal itu untuk saat ini dirasa mustahil bagi Heiran.
Dengan tetap menyajikan apa yang ia bawa, Heiran mendengarkan tanpa menjatuhkan atensi. Sama sekali tidak ingin mengganggu pengunjung tersebut.
“Sepertinya sudah beberapa tahun sejak rumor yang menghebohkan itu. Meski aku tetap menyukainya setelah ia dikabarkan memiliki seorang kekasih dan menyayangkan. Namun, aku tetap peduli padanya.”
Seorang yang berada di depannya pun tersenyum. Menggelengkan kepalanya heran. “Menyayangkan tapi peduli, benar-benar empatimu tajam ya. Walaupun aku juga begitu.”
“Dasar. Kalau sama saja tak perlu mengejekku, kan? Tapi aku serius. Sebenarnya aku penasaran, bagaimana hubungan keduanya berjalan. Apakah kekasihnya mampu menerima kenyataan akan perasaan Hoseok Oppa?”
“Mengapa kau mengkhawatirkannya?”
“Ya ... kau tahu ‘kan bagaimana perasaan Hoseok Oppa dengan Vivian Eonnie. Meski pria itu tidak mengakuinya di depan media, tapi bagaimana bentuk perhatiannya dulu yang bersembunyi di balik kata sahabat, tetap saja menunjukkan segalanya. Terlebih bagaimana rumor itu berkembang kan juga karena sosok tersebut, kau lupa? Meski tidak menyatakannya, tapi dari interaksinya saja, kau juga bisa melihat dan berasumsi demikian, kan? Bahwa Hoseok Oppa benar-benar menyukai sosok ini.”
“Lalu, kau mau bicara apa?”
“Ya ... seperti yang aku katakan barusan. Aku hanya ingin tahu bagaimana wanita hebat ini menerima sosok Hoseok Oppa yang aslinya seperti yang kita ketahui bahwa ia belum selesai dengan masa lalunya. Apa kekasihnya baik-baik saja? Walaupun berusaha ditutup dan bersifat privasi, tapi saat melihat salah satu unggahan-nya belum lama ini, bukankah tempat itu merupakan tempat yang sama yang dulu pernah didatangi keduanya di masa lalu? Kudengar, kabarnya ia pergi tidak seorang diri. Bila itu kekasihnya, lalu bagaimana reaksinya, ya?”
Sang pengunjung pun meletakkan satu tangannya di dagu berpikir. Membayangkan apa yang terjadi pada tokoh idolanya yang masih ia pandangi sosoknya dalam kover majalah yang dibawanya. Tidak sadar bahwa setiap serentetan ucapannya berhasil mengikis perlahan-lahan pertahanan seseorang.
Seketika itu perasaan Heiran mencelus. Baru saja kata-kata tersebut berhasil menancap kuat dalam benaknya. Mengambil tempat tanpa diminta yang dalam sekejap, dalam diamnya, Heiran termenung. Dengan terburu, setelah melayani sang pelanggan, Heiran pun segera beralih ke belakang. Menyembunyikan diri menata hatinya yang kacau balau di tengah pencahayaan yang temaram.
Helaan napas samar mengiringi setiap spekulasi yang tanpa sadar bermunculan mencari kebenarannya sendiri. Tepat dikala Aeri menemukannya setelahnya, menyela lamunan Heiran yang tampak berpikir seorang diri.
Aeri pun menciptakan satu garis lurus di wajahnya dengan pandangan tidak mengerti. Lalu menepuk pundak Heiran pelan dengan penuh tanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE
Mystery / ThrillerSecarik kertas bernoda darah yang ditemukan di antara beberapa benda lain yang berserakan di lantai di sebuah unit apartemen seorang wanita oleh Seong Hoseok, menuntun instingnya untuk mencari kebenaran di balik kematian seorang model sekaligus seor...