Sudah satu minggu. Dan Hoseok menjalani aktivitasnya dengan normal. Dalam artian juga mengenai melewati masa hubungan jarak jauh tersebut yang ternyata benar-benar menyiksa.
Walaupun pria itu dapat menjalankan rutinitasnya dengan sangat profesional, akan tetapi tetap saja, dalam kesibukannya pun hati dan pikirannya tetap tertuju pada seseorang yang wujudnya jauh berada di sana. Hanya ponsel dalam genggaman dengan sederet kata yang mampu membuatnya tersenyum. Meski tidak benar-benar mengusir rasa rindunya.
Suara hilir mudik beberapa staf terdengar memenuhi ruangan. Dan pria tersebut, dalam balutan sweter hangatnya yang bercorak tiga warna yaitu biru, putih dan cokelat tampak langsung menjatuhkan bokongnya sesaat di atas sofa tunggal yang berada di sudut ruang istirahat.
Kembali menilik ponselnya yang terakhir kali dia buka di kala terbangun hingga pekerjaannya dimulai. Lalu pada waktu seperti ini, gawai tersebut yang buru-buru menyita seluruh perhatiannya. Tidak peduli dengan seseorang yang selalu memperhatikannya berikut dengan perubahan ekspresi Hoseok yang begitu cepat beralih.
Ternyata memang benar, sebuah ponsel bahkan sanggup membuat gila seseorang. Tersenyum sendiri di kala melihatnya dan entah apa yang menjadi fokusnya, tapi tetap, hal ini menyita perhatian. Sampai-sampai, akhirnya sosok tersebut pun hanya mengawasi, walau hati merasa geli.
"Wah, ternyata ... orang yang selama ini begitu serius dalam pekerjaan dan selalu muram memilih tidur di sela kesempatan yang ada, kini berubah menjadi sinting ya. Senyum-senyum sendiri lalu cemberut kesal, serius, begitu seriusnya. Wae? Apa lega sekarang belahan jiwamu kembali?"
Saat itu Hoseok melirik sekilas memberikan atensi. Mendengkus samar, meski sejujurnya dia begitu jengkel. Hanya saja, saat kembali mengulang membaca pesan sejak semalam hingga di pagi hari, hal ini sontak menghilangkan rasa letihnya.
Ya, walaupun sebenarnya Hoseok merasa kesal karena sampai sore ini, wanitanya yang entah sedang mengerjakan apa yang dia yakin juga sibuk dengan pekerjaannya sama sekali belum membalas pesan singkatnya. Bahkan hanya sekadar menerima telepon, sedikit pun sosok yang dirindunya tiada menjawab. Membuat sang pria merutuk sebal karena menjalani ini begitu berat. Padahal baru satu minggu, tapi realitasnya seperti satu tahun.
Entah orang lain akan menganggapnya berlebihan atau apa pun. Yang jelas, memang sejak dulu sangat sulit bagi Hoseok membina suatu hubungan dengan kondisi jarak yang memisahkan. Terlepas dari masalah yang selama ini membelenggunya hingga sampai di titik ini. Ya, meski pada akhirnya terasa manis, tapi tidak benar-benar menciptakan ketenangan di dalam sana.
Tetap Hoseok merasa was-was karena yang berada di dekat Heiran adalah Vincente. Sosok yang selalu berhasil membuatnya cemburu.
Teringat akan satu minggu lalu yang benar-benar membuat Hoseok tidak habis pikir dan tetap membuatnya menyesal. Menyesal terhadap dirinya sendiri yang tidak bisa mengantar Heiran hingga ke Paris.
Tadinya Hoseok berpikir bahwa Heiran akan melakukan penerbangan seorang diri. Namun, siapa sangka, pikiran tenangnya yang sedikit kacau karena Heiran begitu enggan tinggal bersamanya dan pindah pekerjaannya di sini semakin dibuat kalang kabut karena keberadaan Vincente yang turut menemani Heiran.
Di saat itu, Hoseok berada di titik ketidakmampuannya yang mau dibalik seperti apa pun, pria tersebut memang tidak bisa meninggalkan Korea Selatan. Masih ada jadwal pemotretan dengan beberapa Brand walaupun yang paling membuatnya sibuk adalah Brand milik ayah Heiran.
Tetapi kendati demikian, Hoseok tetap berusaha menjadi sosok yang selalu ada di setiap waktu meski kendalanya adalah jarak. Sampai-sampai, Hoseok berkhayal, seandainya saja dia bisa mempercepat atau bahkan menghentikan waktu, pria itu ingin berada di samping kekasihnya. Dan bila perlu, ingin segera menikahinya. Meski yang menahannya adalah tawaran awal yang ingin memulai segalanya kembali setelah pesakitan yang sulit untuk dijelaskan dan tetap sakit saat menjalaninya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOUCHABLE
Misterio / SuspensoSecarik kertas bernoda darah yang ditemukan di antara beberapa benda lain yang berserakan di lantai di sebuah unit apartemen seorang wanita oleh Seong Hoseok, menuntun instingnya untuk mencari kebenaran di balik kematian seorang model sekaligus seor...